Cari Blog Ini

21 Agustus 2005

Masalah Dengan Islam

Salam dalam kasih Kristus,

Membaca diskusi yang heboh tentang Islam, saya jadi ingin menulis. Dan jangan kuatir, tulisan ini boleh diforward kemana saja, termasuk ke milis islam. Silakan. Nama saya Donny Adi Wiguna, dan saya menulis apa adanya.Kiranya Tuhan yang menolong saya!

Bicara tentang Islam, nampaknya ada pemisahan antara dua hal: orang dan agama. Ada yang mengatakan (Ali Sina misalnya), bahwa masalahnya adalah ajaran Islam. Yang lain lagi mengatakan bahwa ini bukan tentang ajaran, melainkan pelaku-pelakunya, orang-orangnya yang salah menafsirkan, sehingga menunjukkan wajah yang bukan islami. Nah, menurut saya ada masalah dengan kedua-duanya. Tetapi sebelumnya saya ingin mengatakan, bahwa menjadi muslim adalah hak setiap orang. Itu pilihan bebas manusia, hak asasi manusia, lengkap dengan segala konsekuensinya. Tak ada yang dapat melarang orang untuk menjadi islam, atau mencap seseorang hakekatnya buruk hanya karena ia beragama islam, sehingga tidak lagi pantas untuk diselamatkan dan dikasihi. Itu adalah hak prerogatifnya TUHAN yang menciptakan manusia, yang kelak akanmembalas setiap orang sesuai dengan standar-Nya sendiri.

Nah, inilah dua masalah yang ingin saya kemukakan:

Yang pertama, tentang orang. Saya melihat ada banyak macam ragam orang islam, seperti juga banyaknya denominasi Kristen. Dari sikapnya, dari yang amat liberal, yang moderat, sampai yang radikal fanatik. Dari pahamnya, setidaknya ada Islam Sunni dan Islam Syiah. Dan di dalamnya juga ada berbagai variasi kepercayaan, seperti aliran Ahmadiyah. Semuanya mengklaim diri sebagai Islam, dan ini bukan hal yang aneh karena rasanya semua agama
juga pengikutnya begitu.

Dan juga bukan hal yang mengherankan, bila setiap orang mengklaim diri sebagai pengikut islam yang benar. Ini sudah sewajarnya, karena seseorang tentu berusaha untuk menjalankan suatu ajaran yang diterimanya sebagai kebenaran tertinggi. Mungkin hanya beberapa kelompok pantheisme (yang suka disalah-mengertikan dengan pluralisme) yang memandang bahwa Allah ada di segala macam ajaran, sehingga semua ajaran sama benarnya walaupun bertentangan. Sebagian besar orang akan memegang kepercayaannya sebagai kebenaran yang mutlak, yang dipercayainya sebagai jawaban atas maknahidupnya.

Tetapi, dalam orang-orang Islam nampaknya ada satu masalah besar dan mendasar: satu sikap untuk mengatakan bahwa kepercayaannya (dan sektenya) adalah yang paling benar, paling tepat, paling islam, SEHINGGA harus menyingkirkan pihak lain, kalau perlu dengan kekerasan (tentu saja, tergantung dari denominasi islam apa). Menurut saya, menganggap diri paling tepat bukan hal yang salah, justru sewajarnya kalau memang konsekuen dengan kepercayaan. Tetapi ketika keyakinan itu diwujudkan dengan menindas oranglain, di situ ada masalah besar dan mendasar.

Lihat apa yang terjadi dengan aliran Ahmadiyah di Indonesia. Coba perhatikan bagaimana Jaringan Islam Liberal bersiap-siap menghadapi massa yang konon mau menyerbu. Itu sesama muslim, tetapi kebringasan yang ditunjukkan benar-benar mengerikan. Dengan orang Kristen, coba perhatikan bagaimana mereka merubuhkan gereja-gereja, menutup sekolah, dan membawa ibu-ibu ke pengadilan! Ini adalah kenyataan, dan tidak ada tindakan nyata untuk menanggulanginya. Yang keluar dari para tokoh islam hanya sebatas pandangan "oh, seharusnya tidak begitu!" -- tetapi tidak ada tindakan untukmengkoreksi pihak-pihak yang mengumpulkan massa dan memaksakan kehendak.

Lantas bagaimana? Pihak seperti Ulil yang sering mengkritik perilaku anarkis, justru menerima ancaman juga. Dan reaksinya, pihak islam liberal juga bersiap-siap untuk membela diri, kalau perlu berkelahi. Belum lama ini saya baca tentang adanya kecemasan terjadi bentrokan, antara kubu yang fanatik dengan yang moderat. Dan nampaknya, memang kecemasan itu valid. Waktu terjadi penembokan dan penutupan sekolah Sang Timur di Tangerang, Gus Dur sempat melontarkan perintah bagi laskan NU untuk turut menjaga sekolah, kalau perlu berhadapan dengan massa yang mau menutup sekolah itu. Untung tidak terus terjadi bentrokan.

Di sini ada satu hal yang jelas: banyak orang islam lebih mengandalkan ototnya daripada otaknya. Saya ragu, apakah dari sekian banyak orang yang berdemo itu, siap dengan pentungan di tangan, adalah orang-orang yang benar-benar memahami islam dan ajarannya. Apakah mereka mengerti benar? Atau, mereka hanya bergerak karena komando dari para kyai yang fanatik? Atau -- lebih menyedihkan lagi -- mereka bergerak karena menerima bayaran dari kelompok-kelompok tertentu? Jika benar, maka ini bukan masalah ajaran islam, melainkan permainan politik agama belaka. Ini adalah tentang sekelompok kecil orang yang menggerakkan kelompok besar pengikut yang tidak mengerti,dan memang dibuat tidak mengerti.

Nah, ini adalah masalah yang kedua.

Yang kedua, tentang ajaran. Di mana-mana juga, agama adalah sesuatu untuk diajarkan, untuk memberi pengertian sehingga menimbulkan suatu keyakinan. Ini adalah suatu hal yang wajar, orang harus mengerti apa yang diyakininya, walaupun orang itu tidak mengerti apa sebabnya atau bagaimana caranya. Misalnya dalam kekristenan, kita harus mengerti kalimat "Kristus telah bangkit dari antara orang mati" barulah kita bisa meyakininya. Kalau ada orang yang tidak mengerti apa artinya "bangkit dari antara orang mati" -- misalnya dia beranggapan bahwa maksudnya ada orang tidur di antara mayat, lantas bangun dari tidur -- maka dia tidak bisa meyakininya, apalagi menaruh iman atas pengertian itu. Hanya oleh pengertian saja orang bisa menjadi yakin, walaupun ia tidak mengerti mengapa dan bagaimana caranya Kristusbangkit dari antara orang mati.

Nah, untuk mendatangkan pengertian, ajaran atau doktrin harus dirumuskan dan disampaikan. Ajaran bukan hanya hal-hal menyangkut Allah dan orang-orang-Nya -- para nabi, imam, rasul -- saja, melainkan juga segala aspek dalam kehidupan manusia. Umat perlu diajari tentang apa yang mereka percayai, untuk memberi nilai dalam setiap pilihan hidup mereka. Ini tidak cukup hanya dengan menghafalkan kitab suci, tidak bisa hanya dengan memberi hukum-hukumsaja.

Tetapi nampaknya, itulah yang terjadi dengan 'ajaran' islam. Dalam banyak kesempatan, isinya bukan pengertian tentang APA yang dipercaya, melainkan BAGAIMANA menjalankan kepercayaan itu. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa islam tidak memiliki ajaran, tetapi saya ingin menunjukkan bahwa kenyataannya orang islam di Indonesia tidak diberi pengertian tentangajaran, selain dari fatwa yang intinya "harus-begini-tidak-boleh-begitu".

Coba lihat saja, misalnya, fatwa MUI baru-baru ini yang kontroversial dan ramai itu. Apakah di dalamnya terkandung pokok-pokok ajaran? Tidak. Apakah ada sesuatu penjelasan tentang apa yang harus dipercayai dan menjadi bagian dari iman? Tidak. Bahkan jika diperhatikan benar-benar, ada banyak kesimpulan yang tidak jelas pokoknya sehingga hanya ujungnya saja yang diterima. Keadaan ini memungkinkan orang membuat kesimpulan sendiri sesuai dengan apa yang diinginkan, seperti yang kita lihat dengan terorisme yangdilakukan dalam nama islam.

Sebagai orang di luar islam, tentu saya juga tidak tahu apa pokok ajaran islam yang 'benar' (saya tidak tahu versi mana yang benar), jika teman saya yang islam juga tidak tahu. Kenyataannya ia hanya tahu bahwa harus begini dan begitu, sesuai syariat islam. Soal berpakaian, misalnya, kalau perempuan harus berjilbab. Bisa saja tidak berjilbab, tetapi itu tandanya tidak saleh, bukan muslimah yang baik. Sejauh mana tidak baiknya, atau sejauh mana baiknya, tidak tahu. Juga tidak dimengerti tentang apa yang diyakininya dengan berjilbab itu; ini adalah hukum yang harus dilakukan, kalau maudianggap 'baik'.

Jadi, apakah islam hanya tentang hukum? Jika ya, artinya hanya ada hukuman di sana. Jangan salahkan Franklin Graham dan Ali Sina yang mengatakan islam adalah agama kekerasan, walau mereka memang tidak tepat -- lebih tepat mengatakan bahwa "Islam adalah agama yang MENGHUKUM". Hukum dan hukuman memang tidak dapat dipisahkan, bukan? Masalah yang muncul kemudian adalahbagaimana menegakkan HUKUM itu, syariat islam, di atas muka bumi.

Di satu sisi, memang hukum dapat membawa damai bagi setiap orang, di mana hukum itu sendiri berlaku kepada SIAPA SAJA, terlepas dari apa yang ia percayai, sejauh berada di wilayah kekuasaan hukum tersebut. Entah dia itu muslim atau kristen atau buddhist, harus mentaati hukum yang diberlakukan, bukan? Di sisi lain, hukum mendatangkan hukuman bagi para pelanggarnya, bahkan dalam bentuk yang paling mengerikan seperti bom yang diledakkan di tempat umum. Hukum macam apa yang memberikan hukuman terhadap publik yang tidak menerima islam dengan bom di hotel atau di stasiun kereta api? Dan bagaimana dengan hak asasi manusia (tetapi, jika memang urusannya adalahhukuman, hak asasi tidak dianggap berlaku)?

Itulah sebabnya, maka pembahasan syariat islam menjadi ramai. Itu pula sebabnya, menjadi masalah ketika sekelompok politisi islam berusaha membuat undang-undang sesuai dengan syariat islam, di tengah bangsa indonesia yang beragam suku dan agamanya ini. Islam sebagai agama adalah wajar, tetapi sebagai hukum yang mengikat semua orang? Nanti dulu, kita tinggal di negara berdasarkan Pancasila, bukan islam. Jika islam hendak menjadi patokan untuk menghukum siapa saja yang dianggapnya menentang -- nah, di situ ada masalah BESAR dan mendasar dengan ajaran islam. Masihkah dapat menyebut islamsebagai ajaran yang al-salam?

Yang terakhir....saya menulis ini karena tergelitik dengan tulisannya Pak Joas:

> jadi pingin tahu, anda berani nggak menforward diskusi kita
> ke milis2 islam? kalau yg anda yakini ini benar ... mustinya
> berani dong ya ... kan murid kristus.
> atau boleh saya andaikan anda berani?

Saya tiba-tiba menyadari, bahwa Pak Joas JUGA mengakui bahwa memang ada ketakutan untuk menyatakan opini tentang islam. Kenapa harus takut? Tetapi, orang tidak begitu saja merasa takut tanpa alasan. Tidak ada seorang pun yang takut untuk menyatakan opini tentang Kristen, karena separah-parahnya opini miring dan negatif, yang dituainya paling banyak hanyalah teguran dan makian dan (kadang2) hinaan. Tetapi itu semua hanya kata-kata, bukan? Tidak ada yang perlu ditakutkan. Tetapi bagaimana dengan kritik terhadap duniaislam? Apakah saya atau bung Iskandar harus bersiap-siap menuai teror?

Jika memang begitu halnya, TUHAN akan menolong kami! Tetapi, jika memang begitu, saya kira tidak ada alasan bagi siapa pun untuk cengengesan membaca posting-posting ini. Jika Anda beragama islam dan membaca posting-posting di milis ini, ada pertanyaan penting yang harus dipikirkan tentang islam: apakah ini agama yang membawa kebaikan, atau hukum yang membawa hukuman? Dan jika hanya hukuman di sana...sebutkanlah satu saja alasan, bahwa Anda tidak akan menerima hukuman dari Allah swt yang memberikan hukum, sedang nabi muhammad saja tidak yakin akan keselamatan dirinya, sehingga sampai sekarangmasih terus didoakan...

Salam kasih,
Donny