Cari Blog Ini

20 Desember 2011

Para Majus

Mat 2:2 ...dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."

Orang majus bukan orang Yahudi. Mereka dari kalangan kasdim, yang dahulu berpusat di babilon, yang di masa Nebukadnezar telah menawan orang Yahudi. Dipikir demikian, sebenarnya orang Yahudi lebih lemah daripada orang kasdim, di bawah kebanggan jadi orang majus. Tetapi orang kasdim juga tidak pernah lupa Daniel dan Ratu Ester, karenanya sejak dahulu orang kasdim tahu soal keistimewaan Allah orang Yahudi.

Saat Yesus lahir, Babel sudah ditaklukkan Yunani, dan Yunani sudah ditaklukkan Romawi. Orang majus menjadi kaum elite istimewa, yang tetap dihormati melewati abad2 peperangan. Sementara itu, orang Yahudi tidak pernah menjadi besar walaupun sudah kembali dari pembuangan di masa Ezra dan Nehemia. Setelah 4 abad, mereka tetap menjadi kaum eksklusif, tertutup, dan berpusat di Yerusalem. Sejak jaman Ezra, mereka tidak lagi bergaul, menikah, atau menyesuaikan dengan cara hidup orang lain, apalagi dengan para majus yang jauh.

Karena itu, bayangkan betapa terkejutnya Herodes. Kaum elite dari Timur, menempuh perjalanan jauh, untuk menyembah raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Ada tiga hal yang mengherankan di sini.

Yang pertama, kelahiran itu ditegaskan oleh tanda alam. Bintang yang diamati orang majus menyatakan keistimewaan Raja orang Yahudi -- tapi hanya orang majus saja yang bisa memahami tanda alam, karena mereka mengamati. Apakah pengamatan ini mudah? Tidak. Mereka belajar mengamati langit malam sejak kecil. Harus membedakan berbagai susunan dan gerak benda langit yang rumit.Soal bintang penunjuk, pastilah bukan bintang yang sangat mencolok, karena jika begitu maka kegemparannya mungkin melanda seluruh dunia! Lagipula perjalanan mereka jauh dan panjang, jadi pasti bukan mengikuti satu tanda di langit semacam komet atau sejenisnya yang hanya muncul sebentar. Sungguh sukar! Pelajaran: apakah kita mempelajari tanda alam, tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya? Atau kita seperti banyak orang lain yang tidak mengerti melihat bintang, karena terlalu sibuk mengurusi kepentingan kita sendiri?

Yang kedua, mereka memahami bahwa raja itu baru dilahirkan. Masih anak-anak. Tetapi, ada keyakinan dan kepastian bahwa anak ini yang akan menjadi Raja, bukan anak yang lain, dan bukan dari bangsa lain. Pikirkanlah: orang majus sendiri punya agama dan keyakinan berdasar bintang-bintang. Mereka tidak pernah jadi orang Yahudi, atau ikut kepercayaan Yahudi. Kalau mengikuti logika, susah diterima. Tapi, bagi mereka yang melihat langit, keyakinannya melebihi logika dan 'masuk akal'. Pelajarannya: bagi kita yang sudah sering diajar untuk serba ilmiah, butuh penelitian mendalam dan rasional, apakah keyakinan itu masuk akal? Bagi banyak orang modern, keberadaan Yesus sebagai Tuhan adalah tidak masuk akal. Sekalipun dibesarkan dalam keluarga Kristen, tokoh2 teologi kontemporer tidak percaya bahwa Yesus adalah Kristus, TUHAN. Apakah kita sungguh percaya Yesus adalah Tuhan, Tuan bagi hidup kita? Kita bisa saja aktif di gereja, namun kepercayaan itu haruslah berasal dari diri kita masing2.

Yang ketiga, para majus itu bukan sekedar ingin tahu, melainkan mereka datang untuk menyembah-Nya. Mereka, yang bukan Yahudi, datang dari jauh untuk menyembah anak yang diyakini jadi Raja -- itu berarti mereka mengakui bahwa Raja orang Yahudi bukan hanya jadi Raja bagi orang Yahudi, melainkan jadi RAJA bagi segenap umat manusia! Mereka datang dan bertemu Herodes, raja bagi orang Yahudi saat itu, namun mereka tidak menyembahnya, bukan? Bahkan, mereka tidak takut kepada Herodes, yang bertanya dengan detil... Sampai Herodes sendiri berpura-pura mau menyembahnya padahal raja gila itu membunuh anak kandungnya sendiri karena dicurigai mau merebut tahta! Hanya keyakinan akan ke-Allah-an dari Raja orang Yahudi yang membuat para majus bersikap demikian. Bagi Dia yang kedatangannya ditandai bintang, hanya ada kemuliaan yang lebih besar daripada segala bintang!

Pelajaran terpenting: apakah kita memiliki sikap hati menyembah secara demikian, seperti orang majus? Jika kita mencari-Nya, siapkah kita untuk menyembah-Nya?

Lebih hebat lagi: bukan kita yang menemukan Tuhan, sebaliknya kitalah yang ditangkap oleh-Nya, di beri anugerah untuk menjadi satu dengan Kristus. Jadi, apakah sikap kita dalam kehidupan... Apakah kita bisa mengabaikannya, atau menganggap-Nya sebagai sampingan saja dalam hidup kita yang sibuk dengan segala macam urusan?

Marilah, bersama-sama para majus, kita menyembah Tuhan Yesus Kristus, yang kelahiran-Nya kita rayakan!

Selamat Natal!

Donny, des 2011

Published with Blogger-droid v2.0.2

03 Desember 2011

The LIGHT Financial Planners Consultancy Group


Perencana keuangan profesional adalah orang-orang yang telah terdidik, teruji, dan berkomitmen untuk mengikuti standar etika dan standar kerja berdasarkan FPSB (Financial Planning Standard Boards). Kami telah mendapatkan sertifikasi CFP® dan siap melayani masyarakat secara independen. Perhatian utama kami adalah kepentingan klien, bukan kepentingan provider atau penyedia jasa produk keuangan.



The Light memiliki Visi sebagai berikut:
Di Tahun 2014 menjadi Penyedia Perencanaan Finansial Terbaik di Indonesia, Menjadi Konsultan Pilihan dan Pemimpin Pasar Di Bidang Perencanaan Finansial

The Light memiliki Misi sebagai berikut:
Memberikan Pencerahan dalam Pemahaman Finansial, membuat Perencanaan Keuangan yang Bertanggungjawab bagi Individu dan Usaha Kecil Menengah

Nilai-nilai utama dari The Light adalah sebagai berikut:

Love, kasih. Kami percaya bahwa hukum utama dan pertama adalah melakukan segala sesuatu atas dasar kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kasih kepada sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri. Prinsip kasih menjadi dasar dari prinsip keutamaan nasabah – kami mengasihi nasabah kami sehingga mengutamakan mereka lebih daripada mencari keuntungan bagi diri sendiri dan/atau perusahaan penyedia jasa dan produk keuangan.

Integrity, integritas. Kami mengutamakan keutuhan dan kesatuan dari segala hal yang dipikirkan, diucapkan, dan dikerjakan bagi nasabah kami. Kami senantiasa berusaha mengutamakan kejujuran dalam komunikasi, sedapatnya berusaha menghindari kesalahpahaman dengan cara menjelaskan seutuhnya sebelum memberikan rekomendasi.

Goal oriented, berorientasi pada sasaran. Kami memahami bahwa ada masalah dan harapan dalam diri setiap nasabah kami, oleh karena itu kami merencanakan dengan orientasi sasaran yang hendak dicapai. Setiap langkah haruslah memiliki makna dan membawa perubahan dalam kehidupan nasabah, bukan sekedar keinginan memiliki suatu produk keuangan atau ingin mendapatkan hadiah promosi pemasaran.

Hope, harapan. Kami percaya bahwa semua orang memiliki harapan bagi masa depannya, apapun masa lalu yang telah terjadi, asal orang itu mempercayai bahwa harapan masih ada baginya. Harapan menyediakan tujuan untuk dicapai dan menuntut perubahan perilaku dalam kehidupan nasabah kami, di mana kami berperan sebagai konsultan.

Team based, berdasarkan kerja tim. Kami menyadari bahwa tidak ada orang yang memiliki semua kompetensi pada dirinya sendiri, karena itu untuk memberikan hasil yang terbaik dibutuhkan kerja sama. Nasabah kami tidak dilayani oleh satu orang saja, melainkan oleh seluruh The Light berdasarkan kompetensi profesional masing-masing.

02 Desember 2011

Kaya

Siapa yang kaya? Kita menilai dari nilai aset, yang diukur secara tertib dalam sistem akuntansi, menjadi neraca dan laporan laba rugi. Yang orang sering lupakan, akuntansi sekalu membuat penilaian berdasarkan apa yang sudah berlalu. Sistem akuntansi tidak bisa memberikan gambaran tentang apa yang kelak harus dibayar.


Sederhananya, kaya berarti selalu dapat membayar apapun, kapanpun, dan dimanapun, segala sesuatu yang harus dibayar.


Published with Blogger-droid v2.0.1