Cari Blog Ini

20 Februari 2011

Rukun

Mazmur 133:3 Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.

Kalau ada beragam orang berkumpul dalam satu tempat, apa yang baik? Dengarkanlah pandangan modern tentang ini.

Dalam dunia modern dan post-modern, pertama-tama harus diakui pluralitas alias kemajemukan. Perbedaan adalah indah, setiap individu hendaknya memiliki hak untuk menjadi dirinya sendiri. Jika mengikuti orang lain atau pikiran lain, sampai menyangkali diri sendiri -- itu hal yang BURUK. Dunia modern mengagungkan individu, menganggap bahwa itulah yang terbaik, yaitu setiap individu bertanggung jawab untuk mengembangkan diri sendiri. Pernah dengar kata-kata motivasi seperti, "kesuksesan tergantung pada diri kita sendiri" dan "success is MY right"?

Tentu saja, dunia berbohong tentang kata-kata itu, karena kenyataannya yang berkembang di dunia adalah networking dan interdependency. Net artinya jala dan work artinya kerja. Persaingan yang terjadi adalah, bagaimana menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja sama demi kesuksesan individual. Kesuksesan adalah milik individual yang berhasil membuat orang-orang lain bersatu. Jika kerja, sama-sama. Jika terima uang, seorang demi seorang. Itulah dunia!

Masalah tentang keberagaman adalah mengenai kepentingan. Satu individu berkepentingan pluralistis bagi dirinya sendiri, sebaliknya berkepentingan kesatuan bagi orang lain. Orang yang "kuat" menonjolkan dirinya, sementara mengajar dan memaksa orang lain untuk bersatu.

Tuhan menempatkan standar yang berbeda. Setiap kali umat Israel hendak memasuki Bait Allah, mereka menyanyikan mazmur ini, yang membawa pesan kesatuan. Tuhan tidak memisahkan orang berdasarkan kepentingan individual; yang hadir di hadapan Tuhan harus mengangkat dan memenuhi satu kepentingan, yaitu kepentingan Tuhan.

Lalu, apa bedanya dengan seorang Pemimpin yang menyuruh pengikutnya untuk bersatu demi dirinya sendiri? Ada tiga perbedaan besar.

Yang pertama, Tuhan adalah yang menciptakan dan paling mampu membuat penilaian, sebagai Pencipta manusia. Dialah yang berhak menentukan apa yang terbaik, secara absolut. Tidak ada manusia yang dapat mengambil posisi-Nya, walaupun iblis dan manusia ingin menjadi seperti Tuhan.

Yang kedua, kenyataannya seluruh mahluk hidup bergantung pada Allah. Kita pada hakekatnya dipersatukan dalam kehidupan oleh Tuhan yang memberikannya. Sekalipun Tuhan menciptakan beragam manusia, tapi esensinya satu dan sama karena Satu yang membuatnya.

Yang ketiga, kesatuan itu memang dalam kepentingan Tuhan, namun bukan untuk Diri-Nya sendiri, melainkan kesanalah berkat diperintahkan. Manusia menyatukan manusia lain drmi mengambil bagi dirinya, dan menyebut hal itu "sukses". Tuhan menyatukan dan memberi berkat, sehingga setiap orang yang bersatu di dalam Dia memperoleh kesuksesan yang sejati, yaitu hidup kekal bersama-Nya.

Terpujilah TUHAN!

Kebaktian Minggu, 20 Feb 2011 di GII BAYON GATSU, Bandung
Published with Blogger-droid v1.6.7