Cari Blog Ini

30 Mei 2010

Maunya

Doa yang dijawab. Jadi begini ceritanya: Kami sudah memiliki 2 orang anak laki-laki, dan kami mengharapkan seorang anak perempuan. Lalu kami berdoa dan Tuhan menjawab doa itu. Akibatnya, kami kebingungan! Waktu istri saya mau melahirkan anak ketiga, kami tidak punya uang. Pada bulan yang sama, kami juga sudah menunggak uang kontrakan rumah selama satu bulan, menambah kepusingan. Maka kami berdoa lagi, dan Tuhan menyediakan persis yang kami butuhkan. Nah... ini kisahnya pak penginjil di mimbar.

Tapi jadi terpikir begini: mengapa tidak mempersiapkan diri untuk anak ketiga? Mengapa tidak menabung sejak bulan kehamilan pertama? Mengapa tidak menyisihkan uang kontrakan? Mengapa tidak berdisipln sejak awal?

Ketika Tuhan mengabulkan doa, apakah itu hal yang dikehendaki-Nya, atau itu adalah wujud dari belas kasihan karena kebodohan kita?

Tuhan memang memelihara kita, tapi lebih penting untuk taat dan menjadi orang yang seturut kehendak-Nya. Bapa kita bukan bapa para pengemis. Kita harus menjadi terang, bukan mau-maunya saja.

Mau?

23 Mei 2010

Tidak Tuntas

Sudah jadi kebiasaan banyak orang untuk tidak tuntas. Kebiasaan ini nampak dimana-mana, lihat jalan raya yang berlubang begitu lama dan begitu parah di seantero kota, kecuali bagian yang dilewati pejabat.

Nah, ini bukan hanya soal jalanan atau pejabat lewat. Kita punya kebiasaan tidak tuntas dan hanya mengerjakan apa yang dilihat orang lain, agar baik dimata yang berwenang untuk menilai. Tapi sebenarnya, kerusakan karena setengah-setengah itu mengganggu, bahkan membunuh. Dalam jangka panjang, kebiasaan tidak tuntas itu akan menghancurkan apa yang baik.

Mari bereskan sampai tuntas!