Cari Blog Ini

17 Agustus 2016

INDONESIA KERJA NYATA

Apa artinya Kerja Nyata? Dalam perayaan Dirgahayu Indonesia Ke-71, motto yang dengan jelas diangkat adalah Kerja Nyata. Apakah makna yang bisa diperoleh dari sana? Untuk itu, mari sedikit mengulang sejarah.

Indonesia adalah wilayah yang besar dan kaya. Ada berbagai suku yang menempati 13.466 pulau, dengan berbagai hasil yang sangat berharga. Tanah pulau Jawa menjadi pusat peradaban, di sinilah bangsa-bangsa berdatangan. Dari arah barat, datang orang-orang India, membawa budaya dan agama. Candi Borobudur adalah bukti agama Buddha, di abad kesembilan oleh Dinasti Syailendra. Candi Prambanan adalah bukti agama Hindu, juga di abad kesembilan oleh Dinasti Sanjaya.

30 Juli 2016

Pengantar Trading Bagian 1



Bagian pertama dari Pengantar Trading, yang tujuannya untuk membangun kekayaan. Semoga berkenan...

28 Juli 2016

Mengelola Keuangan Pribadi



Silakan disimak dan dishare... maaf masih baru belajar nih

Poli-kampret

KAMPRET ITU KELELAWAR yang makan tanaman, makan buah. Dahulu para petani sebal sekali dengan kampret, karena mahluk kecil bersayap itu keluar bergerombol di malam hari, menyerbu ladang dan pohon-pohon, menjadi hama.

17 Juli 2016

Sungguhan

KITA ORANG TUH, KADANG ANEH... karena kita lebih memikirkan alat daripada tujuan. Lebih menghargai bungkus daripada isi. Lebih mementingkan kebiasaan daripada menjadi benar. Berapa banyak hal yang dicari karena itu populer?

15 Juni 2016

Sejarahnya Isa menurut Islam.... bukan Yesus Kristus

Ada yang bilang, Nabi Isa AS dalam Islam adalah Yesus Kristus dalam sejarah, karena sama-sama punya ibu bernama Maria, seorang perawan yang mengandung tanpa dibuahi oleh laki-laki.

Tapi, pasti ada kekeliruan dalam pandangan yang menyamakan itu, karena sejarah keluarganya sungguh berbeda.

12 Juni 2016

Agama vs Kebenaran

Sementara beragama menjadi bagian dari politik, penentu dari kebenaran pernyataan-pernyataan agamawi adalah REALITA. Tidak peduli seperti apapun pakaian, atau kata-kata yang saleh, "puji Tuhan!", "Alhamdullilah!", "Haleluyah!", atau apapun kegiatan seremonial - ritual - sakramental yang diliput media dengan pesan yang keras-keras: "SAYA ORANG BAIK! SAYA ORANG BERIBADAH!"

23 Mei 2016

Fed Rate gimana?

RASANYA nggak ingat kapan terakhir melihat situasi di mana semua ekonom kelas dunia ramai dan berdebat tentang apakah bulan Juni nanti akan ada kenaikan bunga The Fed. Betul-betul terpecah. Ada yang bilang, seriusan? Harusnya The Fed tidak memutuskan di bulan Juni. Harusnya bunga The Fed gak usah berubah dululah. Soalnya pada tanggal 23 Juni itu akan ada referendum di Inggris tentang Brexit -- apakah Inggris tetap mau berada dalam Masyarakat Ekonomi Eropa. Soal ini juga ada ketidakpastian yang mencemaskan. Nyeremin.

20 Mei 2016

Kebangkitan Nasional

Kebangkitan Nasional, hari ini ya. Kita mengingat berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei 1908. Pada saat itu, ada sekolah kedokteran STOVIA yang memiliki mahasiswa bernama Soetomo yang punya gagasan mendirikan organisasi untuk memperjuangkan masa depan bangsa dan tanah air. Pada waktu berdiri, Boedi Oetomo bukan gerakan politik. Pimpinannya adalah para bangsawan Jawa, sedang penggeraknya adalah para pemuda Jawa.

13 Mei 2016

Palu Arit

KOMUNISME TELAH GAGAL dengan bukti pecahnya Uni Soviet tahun 1991. Palu telah patah. Arit telah tumpul. Penyebabnya belum sepenuhnya dipahami orang, karena ada banyak sekali faktor, tapi bisa terlihat bahwa akhirnya, bubar. Yang bubar adalah negara Uni Soviet. Bagaimana dengan komunisme?

09 Mei 2016

Menyalahkan

TOM AND JERRY adalah film kartun sejak masa saya masih anak-anak. Lucu, bikin gemas, juga menyentuh dengan caranya sendiri. Film klasik ini diputar di seluruh dunia. Kebanyakan merasa senang, lucu, dan kadang jadi berpikir tentang hidup.

06 Mei 2016

Sebatang Roti Tawar

Di Walmart Amerika, 5 lbs (baca: pon) terigu all-purpose harganya $2.61. Diterjemahkan: 1 lbs kira2 0.4xx... jadi 5 lbs adalah 2,268 kg dan harganya adalah Rp 34.559. Berarti, 1 kg terigu serbaguna di sana harganya Rp 15.237.

01 Mei 2016

Cuma Sales?

http://www.bloomberg.com/news/articles/2016-04-30/buffett-says-hedge-funds-get-unbelievable-fees-for-bad-results

Warren Buffet bilang, “There’s been far, far, far more money made by people in Wall Street through salesmanship abilities than through investment abilities,”

Ada jauh lebih banyak uang yang dihasilkan orang di Wall Street melalui kemampuan Salesmanship, daripada kemampuan dalam berinvestasi.

Karena Warren Buffet yang ngomong, semua terdiam, tertunduk. Dan terus melaksanakan apa yang biasa mereka kerjakan: mendapatkan hasil melalui salesmanship, alias pinter jualan. Nah, seandainya saja Warren Buffet berkeliling Indonesia, apa yang dia akan dapatkan?

Berapa banyak orang di Indonesia yang punya kemampuan yang betul-betul teruji dalam bidang keuangan dan mendapatkan hasil dari jasa profesional yang disediakan? Atau, kebanyakan para penjual atau sales produk keuangan itu -- walaupun diberi titel "Financial Consultant" atau "Perencana Keuangan" -- pada dasarnya hanya pandai dalam ilmu menjual?

Jadi, tidak ada bedanya entah mau jualan investasi, atau asuransi, atau mobil, atau rumah, atau supplemen kesehatan.

Ketika masyarakat semakin pandai, masalahnya bukan tentang investasi atau asuransi atau mobil atau rumah atau supplemen kesehatan. Masalahnya adalah kemampuan pas-pasan dari si agen penjual....

Bedanya, kalau bicara mobil atau rumah, banyak orang yang mempunyai hobi atau minat dan memiliki informasi yang digali. Atau jika bicara supplemen obat, masih ada kalangan dokter yang mungkin bisa memberi penjelasan. Tapi, jika bicara investasi dan asuransi dan perbankan?

Tak heran, banyak yang memandang dengan skeptis. Atau malah antipati, kepada produk keuangan. Kenyataannya juga, di OJK ada gerakan agar masyarakat memakai produk jasa keuangan. Sangat besar energi untuk itu -- karena selama ini masyarakat Indonesia masih banyak yang belum ikut.

Lha, kenapa belum ikut?
Lha, kalau tidak paham, kenapa harus ikut?
Lha, kalau ada begitu banyak cerita seram tentang kerugian karena ikut, misalnya ikut asuransi....

Ayolah. Di agensi Asuransi Jiwa sering dibahas tentang baru 10% rakyat Indonesia yang berasuransi jiwa, berarti ada banyak sekali pasar asuransi jiwa yang bisa digarap. Artinya, ada potensi bisnis yang luar biasa.

Jadi, mau dong, menggarap potensi bisnis luar biasa?
Hanya, apa yang dilakukan? Mengumpulkan orang? Mendesak untuk jadi agen asuransi, lantas berjualan setelah beri training tiga hari?

Ayolah. Bisnis konsultasi apa yang bisa dikuasai dalam training selama tiga minggu, atau tiga bulan? Apalagi hanya tiga hari! Tapi karena orang-orang menginginkan menerima komisi yang besar, mereka berjuang untuk berjualan. Ini seperti orang mau memperoleh penghasilan dokter (dalam hal kesehatan), lantas belajar tiga hari terus membuka 'klinik pengobatan' yang intinya menjual produk supplemen makanan yang diklaim lewat kata-kata -- tentu tidak dalam bentuk tulisan -- bisa mengobati banyak penyakit.

Lalu, jika berhasil terus menulis "WE ARE THE WINNING TEAM" serta foto-foto bepergian ke luar negeri sebagai apresiasi pencapaian penjualan yang luar biasa.

Itu adalah kemenangan para penjual. Bagaimana dengan para pembeli, para klien, para pasien, para nasabah? Apakah mereka juga jadi pemenang?

Sampai di sini, ayo kembali membaca artikel tentang kritik pedas dari Warren Buffet. Ada kebenaran yang harus direnungkan semua konsultan yang mengaku sebagai Profesional.

Termasuk saya juga.

29 April 2016

Tax Amnesty Indonesia 2016

Perkembangan menarik di Indonesia. Adanya Tax Amnesty membuat beberapa reaksi. Bagi negara2 yang selama ini memperoleh dana dari Indonesia, mereka ketar ketir. Bila Tax Amnesty (TA) berjalan dan menarik dana dari negaranya, akan jadi masalah ekonomi. Jadi mereka melakukan lobi dan entah apa, untuk menggagalkan TA, atau untuk membuat TA jadi tidak menarik.

Di sisi lain, investor melihat Indonesia bisa terbang sangat cepat dengan "rocket fuel" dana sangat besar yang dibawa masuk jika TA berjalan. Indonesia masih sangat luas, sangat banyak daerah yang belum berkembang. Jadi ada dana banyak, ada banyak juga daerah bisa dibangun. Keunggulan Indonesia: Stabil dalam pemerintahan, demokratis, dan sekarang kuat membersihkan diri dari korupsi. Aturan yang lebih adil dan terbuka. Plus, jumlah penduduk yang banyak. Saat ini, 252 juta jiwa, dan masih bertumbuh.

Bandingkan dengan negara maju yang tidak ada tempat untuk dibangun besar-besaran, yang penduduknya malas menikah, malas berkeluarga dan punya anak, yang secara statistik orang tuanya banyak sekali.

Demografi adalah akar masalah ekonomi saat ini: Orang muda yg lebih sedikit harus menanggung orang tua dan anak-anak mereka, sementara ada hutang besar yang juga harus dibayar. Hutang yang timbul dari skema serupa Ponzi, tapi ukurannya raksasa, dilakukan oleh negara.

Indonesia bebas dari semua penyakit itu. Hutang Indonesia masih dibawah 60% PDB, dan masih berupa hutang produktif. Bukan hutang untuk bayar gaji PNS, yang merupakan hutang konsumtif.

Tidak heran kalau dana dari luar negeri terus masuk, investor yang mau ambil bagian ketika ekonomi Indonesia melesat. Lihat bagaimana IHSG tetap positif ketika yang lain negatif?

Sudah cukup lama kita duduk sedih dalam kondisi investasi suram dunia. Kini waktunya untuk bangkit dan melihat ada kesempatan bagus yang mungkin segera terjadi.... Tentunya masih ada perjuangan, karena banyak yang tidak mau TA jadi kenyataan hebat, yang berarti musibah hebat bagi mereka....

Mari berdoa dan bersemangat!

16 April 2016

Sektor Jasa Keuangan dan OJK

SEKTOR JASA KEUANGAN -- adalah area di mana produk keuangan diluncurkan. Di Indonesia, pengawasan dan regulasi SJK ada di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dan kita saat ini bisa melihat Master Plan dari OJK untuk SJK dari tahun 2015-2019. Bagian ini penting karena OJK, yang baru muncul 2014, kini mengambil peran sentral dan penting dalam sektor jasa keuangan di Indonesia.

Hanya, yang memahami situasinya, mungkin masih mengangkat alis. Atau angkat tangan? Masih ingat, dua tahun lalu orang meributkan soal bagian yang harus dibayarkan oleh Lembaga Jasa Keuangan (LJK) kepada OJK. Lha, ini regulator atau mau pungut memungut dana saja dari perusahaan keuangan? Ahh…. Itu salah paham yang terjadi dua tahun lalu.
 
Ada lima kelompok yang ditangani OJK. Ada perbankan, ada perusahaan pembiayaan, ada perusahaan sekuritas dan manajemen aset, ada perusahaan asuransi, dan ada bursa efek juga bursa berjangka. Eh, dari sudut pandang OJK, pembagiannya adalah Perbankan, Pasar Modal, IKNB, dan Syariah. OJK juga menangani Konsumen; bagaimana mendidik konsumen untuk lebih paham.

Ribet-ribetnya: belum tentu para pelaku, para agen, di dalam SJK ini sungguh memahami urusannya. Berapa banyak agen bank yang sungguh-sungguh mengerti dan bisa membantu nasabah untuk membuat perhitungan usaha? Berapa banyak agen asuransi jiwa yang sungguh-sungguh dapat melayani nasabah memperoleh asuransi jiwa yang sesuai?

Ok deh. Bicara fakta ya. Faktanya, orang modern tidak mungkin lepas dari jasa keuangan. Jika mau bertransaksi, jaman sekarang ini sangat butuh jasa bank. Butuh taruh dana di bank. Butuh buat penjaminan di bank. Sebaiknya menaruh uang dan menarik uang melalui bank -- daripada memakai jasa tetangga.

Jadi, ayo pakai jasa bank! Kalau kantor cabang nggak ada, kan sekarang ada program LAKU PANDAI yang bisa bawa bank ke depan pintu toko. Manfaatkan dong? Tapi, namanya transaksi ya ini berjangka pendek.

Untuk jangka panjang? Sebaiknya menaruh di instrumen investasi; saya menyukai REKSA DANA, yang bahasa Inggrisnya adalah Mutual Fund. Ini adalah suatu Kontrak Investasi Kolektif, di mana dana dikelola oleh Manajer Investasi dari suatu perusahaan Manajemen Aset. Jadi, kalau berpikir mau menabung jangka panjang, lebih dari 1 tahun, ya taruh di Reksa Dana sajalah.

Asuransi sangat penting sebagai penjamin, memastikan adanya PERTANGGUNGAN di saat terjadi musibah. Maksudnya begini: kalau terkena musibah (dan semua musibah itu bakal mengambil duit Anda), ada yang menanggung sebagian atau seluruh pengeluaran yang besar itu. Kalau nggak ditanggung orang lain, ya siap-siap menanggung sendiri semua kehilangan itu.

Pusingnya begini: buat menabung jangka panjang, orang memilih taruh di deposito. Lha, itu kan jangka pendek? Tapi mereka memakai fasilitas ARO - Automatic Roll Over, dalam deposito yang tidak lagi dicek, tidak lagi dikendalikan, dan tidak lagi dilihat apakah bunga riilnya positif atau negatif. Jadi bank dikasih banyak uang yang tidak mengalir. Tahu apa yang terjadi ketika sang pemilik uang meninggal dunia?

Untuk itu, ada agen asuransi yang mengajari bahwa lebih baik menabung jangka panjang -- misalnya untuk biaya pensiun, di Asuransi Jiwa. Nah dibuatlah perbandingan begini: kalau nabung di bank dapatnya cuma segini, nabung di asuransi unit link dapatnya segini, lebih besar! Ada salah paham besar di sini: yang namanya investasi itu tidak pasti, tidak dijamin. Kalau ada ilustrasi asuransi unit link, baca baik-baik HASIL INVESTASI TIDAK DIJAMIN. Maka tidak bisa dibilang bahwa hasilnya akan segini dan nanti pasti jadi segini.

Lagipula, sudah sadar belum, kalau dalam program asuransi unit link, investasi berupa unit itu akan OTOMATIS dicairkan secara periodik SEPANJANG KONTRAK untuk membayar biaya asuransi? Jadi misalnya orang berinvestasi untuk pensiun, tapi investasinya secara periodik dicairkan untuk bayar biaya asuransi. Ini bukan tipuan, MEMANG seperti itulah Asuransi Unit Link.

Terbayang.… ini ayah dan bunda setengah mati menabung untuk ananda nanti kuliah, tanpa sadar unitnya banyak dihabiskan untuk biaya asuransi, karena agennya dengan manis membujuk untuk mengambil banyak manfaat tambahan dalam asuransi, yang semuanya bakal meminta dibayar biaya asuransi. Soalnya, bagi sang agen, semakin banyak manfaat tambahan, semakin banyak pula komisi didapatkan. Miris 'kan?

Masih mau, menabung buat biaya pendidikan nanti, di produk Asuransi? Begini lho: jika MEMANG mau berinvestasi, pilihlah produk investasi. Sekali lagi: sebaiknya menaruh di instrumen investasi seperti Reksa Dana. Atau kalau punya kemampuan dan kompetensi cukup, belilah SAHAM. Tuh, OJK juga buat program NABUNG SAHAM….

Susahnya, banyak yang tidak paham ya.

Seperti, banyak orang yang gagal paham bahwa Asuransi itu memberikan PERTANGGUNGAN yang sangat dibutuhkan dalam kondisi terjadi musibah. Semua orang punya risiko, tidak bisa dihindari. Satu-satunya jasa keuangan yang memberi dana saat musibah terjadi adalah Asuransi. Yang lain, kalau misalnya punya kredit ke bank, itu kredit langsung JATUH TEMPO ketika debitor meninggal dunia.

Jadi, yang terpenting dari Asuransi adalah UANG PERTANGGUNGAN yang diberikan. Dalam Asuransi Jiwa yang sampai usia 100 tahun, besarnya Uang Pertanggungan (UP) itu hampir pasti akan diterima, karena jarang yang hidup lebih dari 99 tahun. Dalam kepastian itu, orang bisa hitung berapa premi yang dibayarkan dibanding berapa UP yang diterima oleh keluarga…. Dan dengan demikian, Asuransi Jiwa juga menjadi instrumen untuk pemindahan kekayaan yang sangat efisien, bebas pajak dan bebas dari biaya hukum. (Soal ini, nanti kapan2 ditulis lebih banyak).

Kondisi saat ini adalah: banyak yang salah jual, banyak yang salah beli. Produk keuangan itu bagus, tapi kalau ada salah jual, ada salah beli, dan pastinya salah paham -- maka bisa terjadi kerugian yang sangat menyebalkan.

Peran OJK sangat penting sebagai regulator, yang memberikan kontribusi untuk mengembangkan pembangunan. Dengan OJK menjaga kestabilan sektor jasa keuangan, masyarakat akan lebih aman untuk mengambil produk jasa keuangan -- karena kalau ada yang ngawur, bisa mengadu ke OJK 'kan? Masyarakat bisa bilang ke OJK, ini produk ngawur, saya dirugikan! -- maka OJK bisa datang untuk menyelidiki.

Bisa saja, perusahaan memang salah. Atau agennya salah. Atau konsumennya yang salah. Ada aturan, dan kita bisa lihat apakah peraturan diikuti, atau dilanggar. Eh. Belum tentu perusahaan atau agen salah ya. Yang mau nakal terhadap lembaga keuangan juga ada. Rampok ada di mana-mana…..

UU memberikan kekuasaan kepada OJK. UU No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, misalnya, memberi banyak kekuasaan kepada OJK untuk mengatur. UU itu juga memberikan ancaman pidana kepada agen atau pihak manapun yang memanipulasi nasabah, yang merugikan nasabah. Jadi, merasa ditipu oleh agen asuransi? Sekarang bisa datang ke polisi dan buat LP, atas pelanggaran UU No. 40 Tahun 2014. Ancaman max hukuman 5 Milyar dan/atau 5 tahun penjara…..

Nggak main-main jadi agen asuransi ya.

Hal-hal begini, seharusnya memberikan ketentraman bagi nasabah. Semoga agen yang tidak kompeten menjadi takut karena ancaman ini dan terus keluar. Maka hanya agen profesional yang betul-betul mampu yang datang melayani masyarakat. Lebih baik bagi masyarakat 'kan?

Profesionalisme dibutuhkan, karena kita sedang mengalami situasi yang sukar dalam perekonomian global. Pilihan yang salah, membawa akibat yang berat. Misalnya begini: dulu orang tua kita nabung sebisanya, itu cukup untuk memasukkan kita masuk kuliah. Sekarang, jika kita jadi orang tua, program menabung/berinvestasi harus dibuat secara serius. Kalau tidak begitu, tidak cukup uang untuk memasukkan anak kita kuliah.

Asuransi juga begitu: dulu kalau ada yang kena musibah, banyak keluarga yang datang dan membantu, juga secara finansial. Untuk pemakaman juga ada uang patungan. Tapi sekarang, kalau sang ayah meninggal dunia…. Ibu dan anak-anak harus menanggung sendiri. Mana keluarga besar yang datang membantu? Malah, keluarga harus keluarkan biaya untuk makan-makan para keluarga yang datang melayat…. Biaya final jaman sekarang mahal, dan semakin mahal. Kalau asuransi jiwa cuma 10 - 50 juta, mana cukup?

Melek finansial -- literasi finansial -- menjadi suatu kebutuhan yang semakin mendesak. Umm…. OJK sampai di mana ya, untuk ini? Semoga, OJK bisa bekerja lebih cepat, lebih profesional, dan tidak terus bingung karena aturan-aturan lama yang tidak cocok dengan kondisi lapangan….

Namun, nampaknya kita harus bersabar…. Apalagi dengan para pembuat UU yang nampaknya tidak begitu paham dengan seluk beluk riil dari kondisi ekonomi dan masyarakat Indonesia. Dan coba lihat, bukankah ruang media kita masih penuh dengan keributan tentang Sumber Waras -- yang sebenarnya lebih memperlihatkan betapa TIDAK KOMPETEN nya BPK dalam bekerja?

Sampai, tidak tahu lagi, apa sih pentingnya semua pemberitaan dan keramaian begini?

Ini bagus untuk disimpan: http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-terkini/Pages/Master-Plan-Sektor-Jasa-Keuangan-Indonesia-2015-2019.aspx

Indonesia - Quo Vadis?

INDONESIA berada di tengah ekonomi global yang lelah. Seperti orang yang terus-menerus harus meniup balon yang bocor, tapi harus dijaga tetap mengembang. Kalau balon ini kempes, ekonomi kempes, hancurlah gaya hidup dan kehidupan banyak negara, banyak rakyat yang akan menderita. Tapi terus menerus meniup balon bocor ini selalu melelahkan…

Perbankan, bank sentral, mempunyai kewenangan dalam menetapkan kebijakan moneter. Sudah tahu belum, sekarang Bank Indonesia akan menetapkan BI Rate dengan cara berbeda? Tadinya, BI Rate berlaku untuk jangka waktu 12 bulan. Jadi misalnya mau taruh duit di deposito, diberi bunga yang hitungannya per tahun (walau depositonya hanya 1 bulan). Mulai bulan Agustus 2016, yang jadi patokan adalah suku bunga pinjaman antar-bank yang dikenal sebagai 7-days-reverse-repo-rate.

Sederhananya (mohon maaf dan koreksi kalau ada salah dalam penyederhanaan ini). Pemerintah kan mengeluarkan surat utang negara (SUN). Nah, SUN ini dijual BI kepada Bank dengan perjanjian nanti, 7 hari kemudian, dijual balik oleh Bank kepada BI (makanya disebut repo) dengan harga lebih rendah (alias reverse). Bank memperoleh keuntungan dari reverse-repo. Rate dari 7-days-reverse-repo ini menjadi patokan, ambil 75 bps lebih rendah untuk suku bunga tabungan dan 75 bps lebih tinggi untuk suku bunga pinjaman.

Akibatnya? Di satu sisi, suku bunga tabungan jadi nggak tinggi. Di sisi lain, suku bunga pinjaman juga jadi nggak tinggi. Secara keseluruhan, pergerakan suku bunga bisa menjadi lebih sempit untuk transaksi yang jangka waktunya lebih pendek. Yang diharapkan, duit lebih banyak beredar di pasar, daripada di bank. Posisi bank adalah jadi intermediasi bisnis, dukung transaksi bisnis. Taruh duit di bank untuk bisnis!

Nah, repot-repotnya, orang masih menaruh duit di bank, seperti deposito, untuk jangka panjang. Kalau boleh menduga-duga, nanti perubahan BI Rate bisa lebih seru, jadi bunga deposito juga bisa lebih fluktuatif dari bulan ke bulan. Siapa bilang menaruh duit di deposito itu stabil dan garis lurus tetap sama? Sebaiknya orang taruh duit jangka panjang di instrumen investasi, seperti Reksa Dana.

Namun gimana nih, saat ini dana di reksa dana kebanyakan datang dari institusi baik perusahaan, yayasan, maupun dana pensiun, bukan perorangan. Jumlah reksa dana dari perorangan hanya berapa % ya? (belum dapat datanya).

Lantas, ada juga urusan perpajakan. Pemerintah nampak bingung karena ingin menarik pajak sekaligus menjaga konsumsi masyarakat. Maka, Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) naik dan diwacanakan naik lagi, sementara kegiatan Dirjen Pajak mengejar WP Perorangan semakin giat. Yang bayar pajak tentunya adalah para WP yang pendapatannya di atas 3 jt per bulan (saat ini -- diwacanakan nanti jadi 4,5 jt per bulan).

Masalahnya, orang pajak hanya melihat bahwa ada penghasilan sekian untuk dipajaki. Pendapatan lebih tinggi sebenarnya bisa dibagi dua kelas: yang datang sebagai pendapatan/gaji/upah/income, dan yang datang sebagai kapitalisasi dari risiko dalam mengerjakan aset. Ada perbedaan besar.

Kalau namanya gaji, itu kan stabil, tidak pakai risiko. Karyawan dapat gaji rutin, apapun kondisi perusahaannya.
Kalau namanya aset, bisa untung bisa juga rugi. Hari ini untung besar. Besok rugi besar. Biasa dalam bisnis.

Jadi tidak biasa, ketika semuanya dipajaki dengan cara yang sama, asal lihat angka penghasilan. Jadi lebih tidak cocok lagi, ketika pajak juga melihat kekayaan dan peningkatan kekayaan sebagai pokok pengenaan pajak yang sama besarnya. Kenapa?

Karena kalau memiliki aset dan terus mengalami dipajaki selangit adalah peraturan yang harus diikuti tanpa bisa ditawar lagi, maka… lebih baik jadi karyawan dan terima gaji. Sebaiknya setinggi-tingginya jadi karyawan dan terima gaji besar. Mungkin pajaknya besar, tapi kan pendapatan itu nggak ada risikonya?

Daripada jadi pengusaha. Waktu ada pendapatan besar, harus dilaporkan dan dipajaki sama besarnya seperti karyawan. Tapi waktu ada kerugian, akibatnya pajaknya lebih kecil -- terus datanglah petugas pajak dan mencari tahu kenapa pendapatan menurun, kenapa bayar pajak lebih sedikit? Maunya pajak tinggi terus, makin tinggi terus….

Dalam ekonomi seperti sekarang di mana tingkat risiko lebih tinggi, pengusaha mempunyai beban berat mempertahankan tingkat perputaran usaha. Mau sama saja sudah susah -- bagaimana caranya bisa membuat usaha bertumbuh? Tapi orang pajak punya target dalam memperoleh pungutan pajak. Ini kan jadi pilar penopang APBN, apalagi dengan kondisi harga minyak rendah, harga komoditi rendah, dan pajak dari ekspor tidak bisa diharapkan sebesar dahulu.

Dengan PTKP dinaikkan ke 4,5 jt per bulan, sebagian besar rakyat Indonesia tidak bayar pajak. Yang sebagian kecil harus bayar pajak dengan taat -- bukan saja laba, tapi juga aset dikenakan pajak. Bagi orang yang punya aset, mau taruh di mana? Menaruh aset di negara-negara yang tidak memajaki aset dan kekayaan menjadi menarik (termasuk di Amerika Serikat -- di sana aset nggak dipajaki).

Tax Amnesty adalah usaha 'mengampuni kesalahan' orang yang menaruh aset di luar negeri, sehingga kekayaannya itu tidak dikenakan pajak. Harapannya, dengan tax amnesty maka asetnya boleh kembali ke Indonesia…. Nggak dipajaki atas apa yang sudah terjadi di masa lalu, tapi untuk selanjutnya bisa dikenakan pajak dong?! Lagipula, aset yang jumlahnya sangat besar itu -- konon mencapai 11 quaddrilliun -- akan membuat dorongan yang sangat besar dalam likuiditas di Indonesia; dan utamanya adalah selanjutnya menjadi objek pajak.

Kemarin, dari konsultasi DPR dengan Presiden, RUU Tax Amnesty nampaknya akan segera dikeluarkan sebagai UU.

Sejujurnya saya merasa takut dengan kondisi yang mungkin terjadi. Bayangkan, semisal ada duit 11.000 Triliun (buat perbandingan, total dana pihak ketiga di perbankan Indonesia sekitar 4.000 Triliun) masuk ke Indonesia…. Duit itu kan milik institusi dan individu. Lari ke mana? Taruh di Bank?

Kalau taruh di bank, itu bank nya kelimpungan kebanyakan duit. Mau dikemanain duitnya? Siapa yang mau pinjam duit, yang punya tingkat risiko sepadan?
Kalau ditaruh ke pasar, misalnya terus dibelanjakan properti, maka harga properti akan terus terbang ke langit, sampai menjadi gelembung yang nggak masuk akal.
Kalau ditaruh ke pasar modal, terjadi gelembung pasar modal yang gila-gilaan -- karena semua investor (termasuk saya) pasti akan terus beli saham apapun, yang harganya akan naik jauh berlipat-lipat dibandingkan earning dari perusahaan. Mau beli saham dengan PER berapa?

Inflasi, jadi hyper-inflation. Kalau berpikir ada duit banyak masuk Indonesia itu lantas bagus, mungkin di depannya saja nampak bagus. Sudah tahu belum, ada orang mati karena kebanyakan makan? Ini perbankan sedang berusaha membuat duit nggak banyak dan nggak lama2 di perbankan kok, dengan pengaturan BI Rate baru itu.

Hampir pasti, duit yang banyak itu nggak akan masuk secara merata ke akar rumput, terbagi ke seluruh rakyat. Kemampuan dan kompetensi orang tetap akan jadi pembeda -- yang terjadi adalah gap yang lebih besar antara orang kaya dan miskin, parameternya coba cek koefisien gini yang terjadi.

Tapi orang pajak kan punya target ya….

Bagaimana ya, nasib rakyat Indonesia?

Secular Stagnation

SECULAR STAGNATION -- adalah kondisi pertumbuhan ekonomi rendah sekali di mana dalam tingkat kekayaan yang besar, jumlah tabungan melebihi jumlah investasi jangka menengah - panjang. Artinya, uang tersimpan lebih banyak di brankas daripada diputarkan untuk bangun (misalnya) infrastruktur dan pendidikan, yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Alhasil, pertumbuhan ekonomi menurun, pendapatan per kapita menurun. Bisa dibilang: ekonominya stagnan. Bagi yang punyai duit di tabungan, nggak mau nilainya menurun dong…. Jadi mereka terus mengalihkan kekayaannya di negara yang pertumbuhannya masih bagus. Akibatnya, duit mengalir keluar dan menyebabkan devaluasi mata uang, kalau jumlah uang keluar banyak sekali.

Devaluasi mata uang itu membuat nilai barang ekspor jadi menurun, dan terus meningkatkan pesanan, membuat pabrik berjalan, orang bekerja, dan pendapatan tetap dijaga nggak jeblok-jeblok amat, pertumbuhan ekonomi nggak sampai negatif -- masih berkisar di angka 0%.

Cerita ini terjadi di berbagai negara maju, di Eropa dan Jepang. Lihat saja Jepang: ekonomi Jepang parah, tapi investor Jepang banyak taruh duit di Indonesia. Dan bagi negara-negara ini, penguatan mata uang adalah masalah. Mereka mau supaya terjadi devaluasi -- perang mata uang adalah kompetisi saling menurunkan nilai mata uangnya. Mungkin cuma orang Indonesia saja yang suka kalau mata uang Rupiah menguat….

Bagi negara seperti Jepang, duit dikeluarkan dari sistem perbankan dengan membuat rate suku bunga negatif; artinya orang DIHUKUM karena menaruh duitnya di perbankan Jepang. Begitu juga dengan Eurozone. Ya itu duit terus dikeluarkan…. Dan untuk itu bank sentralnya tidak berbuat apa-apa. Tidak melakukan apa-apa adalah pilihan yang mereka ambil.

Sementara, uang mengalir kembali ke AS, dan dengan ragu-ragu masuk ke pasar saham serta investasi lain. Masalahnya, dengan Secular Stagnation maka nilai barang Amrik jadi tinggi, biaya dan harga barang & jasa Amrik tinggi…. Dan The Fed yang neracanya seperti gajah bengkak itu, pelan-pelan tapi pasti menaikkan suku bunganya. Bagi The Fed, sudah tidak banyak pilihan, opsi mereka terbatas. Mau ikutan bikin duit keluar dari Amerika? Itu bisa meruntuhkan pasar saham. Mau menahan duit terus ada di dalam negeri? Harga barang menjadi tinggi.

Logika ekonominya gampang sih. Di mana duit berkumpul, di sana terjadi kenaikan harga yang menyebabkan barang nggak kompetitif lagi. Kalau mau tetap ada pesanan, tetap ada pertumbuhan ekonomi, maka duit nggak boleh kumpul terlalu banyak terlalu lama.

Tapi secular stagnation ini bikin frustasi para pemegang duit. Kalau berlama-lama begini, kepercayaan kepada para pembuat kebijakan menjadi semakin terkikis. Para pembuat kebijakan bank sentral itu mungkin membuat keputusan yang secara politis bagus buat kebanyakan rakyat, 80% penduduk yang hidup dari gaji mereka. Tapi, itu jelek untuk 5% high-net-worth-individual investors yang punya uang sedemikian banyak dan ingin melihat ada pertumbuhan. Mereka kalau mau charity ya charity, yang bisa dipakai potong pajak. Nggak mau disuruh menerima rate negatif.

Jadi…. Ada kemungkinan pasar saham di amrik bakal anjlok, yang tidak selalu berarti bursa efek Indonesia ikutan anjlok…. Haeh. Kondisinya susah diprediksi.

Moga-moga nggak lelah membaca posting begini…. Hahaha (NEXT: bagaimana Indonesia)

12 April 2016

Panama Papers

PANAMA PAPERS membuat mata terbuka tentang praktek orang-orang kaya untuk menyelamatkan kekayaannya dari incaran pajak. Ok. Sebelum lebih lanjut, lebih dahulu harus dipahami ada dua hal yang berbeda soal tidak membayar pajak ini. Yang pertama adalah PENGGELAPAN PAJAK (Tax Evasion), yang merupakan kriminal. Yang kedua adalah PENGHINDARAN PAJAK (Tax Avoidance), yang bisa saja sepenuhnya legal.

Penggelapan pajak adalah, situasi dimana orang atau badan usaha seharusnya membayar pajak, namun melakukan berbagai manipulasi dan pat pat gulipat, sehingga tidak bayar pajak atau membayar pajak lebih kecil. Seringkali caranya kerjasama dengan petugas pajak…. Itu adalah tindakan kriminal, berakhir di penjara.

Penghindaran pajak adalah, situasi dimana orang mengatur badan atau aset dan hasilnya menjadi BUKAN objek pajak, atau setidaknya hanya sebagian membayar pajak, melalui penetapan yang SAH dan diijinkan. Ini bukan tindakan kriminal, namun secara moral patut dipertanyakan.

Kenapa patut dipertanyakan? Karena, secara moral, seorang warganegara yang baik akan bersedia membela dan membangun negaranya dengan rela membayar pajak secara penuh. Seharusnya, selayaknya, pajak dibayar agar negara memperoleh cukup pendapatan untuk bekerja, menjaga kehidupan seluruh rakyat.

Di sisi dirjen pajak, pokok utamanya sederhana: ada target yang harus dicapai, di mana penerimaan pajak menjadi salah satu pendukung utama APBN. Jadi, harus dipikirkan bagaimana pungutan pajak bisa dilakukan lebih banyak, lebih luas -- supaya anggaran belanja negara tercukupi.

Di sisi wajib pajak…. Apakah seseorang yang bekerja lebih banyak, lebih keras, menjadi wajib untuk mendukung bangsa dan negara ini? Mereka yang berjerih lelah membangun perekonomian, patutkah mereka diberi hadiah berupa dikejar-kejar untuk bayar pajak?

Sedangkan, sebagian besar orang di usia kerja, yang pendapatannya 3 jt per bulan, tidak dikenakan pajak (PTKP adalah 3 jt per bulan atau 36 jt per tahun)?

Pertanyaannya berlanjut menjadi, masih adakah hak azasi seorang untuk memiliki, menyimpan, dan mengelola hartanya sesuai dengan apa yang dikehendakinya? Jika masih ada hak azasi itu, maka apa yang melarangnya untuk menaruh hartanya di luar negeri? Orang Indonesia bisa menaruh harta di mana saja, kan?

Mereka menaruh harta di luar negeri, dengan cara membentuk perusahaan asing. Sahamnya dibuat atas nama warganegara asing tempat perusahaan didirikan, sementara si pemilik harta sebenarnya hanya menjadi direktur pelaksana. "Perusahaan asing" ini terus bekerja di Indonesia, mendapatkan untung, dan tentunya membayar pajak badan secara normal (bukan menggelapkan pajak lho).

Karena ada keuntungan, maka ada dividen dari saham. Keuntungan ini secara hukum diterima oleh warganegara asing tadi, tapi itu hanya nama saja…. Dan oleh orang Indonesia ini dana itu terus dibuatkan menjadi aset lain, perusahaan lain, juga di luar negeri. Dari waktu ke waktu, kekayaannya bertambah.

Orang Indonesia ini akan 'dibayari' oleh perusahaan asing yang didirikannya -- itu adalah biaya operasional yang mengurangi laba. Tentunya sebagai 'pegawai' ia akan dikenakan pajak penghasilan -- tetapi bukan dihitung dari segala kekayaan yang sebenarnya. Pajak yang dibayarnya jauh lebih kecil daripada peningkatan kekayaan yang dimilikinya. Perusahaannya terus bertambah, bertumbuh, berada di luar negeri.

Perusahaan Panama itu menjadi penyedia jasa untuk membuat semua hal ini bisa terjadi.

Secara hukum, semua ketentuan perpajakan dipenuhi. Tidak ada penggelapan pajak. Kekayaan, aset perusahaan bertumbuh di negara yang tidak mengenakan pajak pada aset dan kekayaan. Negara-negara ini hanya memungut sebagian kecil dari pendapatan laba perusahaan, untuk menutupi biaya negeri yang kecil mungil dan berpenduduk tidak sampai satu juta orang itu. Kalaupun mau melakukan 'pelacakan' kekayaan, nama orang Indonesia tidak muncul dalam dokumen pemilik di akte. Perjanjian antara orang Indonesia dan warga asing yang ditunjuk, itu adalah perjanjian khusus berdua saja, yang tidak diumumkan.

Jadi….. Kalau tidak ada pelanggaran hukum, maka tidak bisa dilakukan tindakan hukum. Namun secara moral, hal ini mengganggu -- dan muncul usaha untuk mengambil kembali 'kekayaan' itu…. Masalahnya, secara politik, bagaimana menyelaraskan antara hak individu dengan kebutuhan komunitas? Jika secara politik, demi popularitas partai politik, dilakukan langkah-langkah represif, misalnya memenjarakan orang kaya itu untuk memaksanya….. Apa dasar hukum untuk memenjarakan orang karena melakukan penghindaran pajak, dan secara hukum memasang nama orang lain sebagai pemilik yang sah?

Lebih jauh lagi, tindakan represif hanya membuat orang-orang kaya itu terus pergi dari Indonesia, dan menarik semua aset dan usaha mereka. Sebagai pemilik yang sebenarnya, bukankah mereka bisa melakukan hal itu? Toh masih ada negara lain di atas muka bumi ini. Pemerintah tidak bisa menjadi lebih pandai daripada orang yang memikirkan cara untuk memperoleh kekayaannya.

Orang Indonesia tidak harus punya aset di Indonesia.
Orang Indonesia tidak harus berbisnis di Indonesia.
Orang Indonesia tidak harus berbahasa Indonesia.
Orang Indonesia bisa berubah menjadi bukan Indonesia.


Yang tertinggal hanya orang Indonesia yang biasa-biasa saja, dan bisanya cari makan -- bukan menyediakan pekerjaan. Jadi, siapa yang sebenarnya kehilangan?

23 Maret 2016

Paskah, Jalan Langsung

Ketika tanggal 21 Maret kemarin orang-orang berdemo, ada sesuatu yang berbeda.
Demo kemarin bukan tentang kebijakan. Bukan tentang keputusan Pemerintah atas sesuatu.
Demo kemarin adalah tentang persaingan. Pemerintah didemo karena tidak membuat keputusan, karena tidak mencegah ada kemajuan dan perubahan. Kenapa Pemerintah tidak membuat segala sesuatu seperti sediakala?

Orang-orang ini terbiasa berhubungan dengan "jalur bisnis" -- mereka jadi sopir, bekerja pada perusahaan, yang menyediakan jalan dan cara kerja serta pengharapan. Berharap bahwa situasinya akan seperti itu bagi semua orang: kalau mau berusaha maka harus memakai jalur perusahaan, harus memakai baju seragam, harus mentaati peraturan perusahaan, dan memenuhi setoran. Selebihnya, boleh bawa pulang. Bersaing dalam cara seperti itu, bergerak dengan koridor itu.

Jalur langsung? Tidak masuk akal. Hubungan melalui gadget? Tidak bisa diterima. Harus memakai jalur ini.

Peristiwa ini terjadi dalam masa Paskah, yang puncaknya pada hari Minggu, 27 Maret nanti.

Peristiwa kemarin itu bisa menggambarkan bagaimana manusia mau berhubungan dengan Tuhan. Cara yang lama, cara yang dahulu, adalah melalui "jalur rohani" -- mereka jadi umat, beribadah melalui upacara agama tertentu, yang menyediakan jalan dan cara kerja serta pengharapan. Berharap bahwa situasinya akan seperti itu bagi semua orang: kalau mau berkomunikasi dengan Tuhan maka harus memakai jalur imam. Pemimpin agama. Pandito. Pendeta.

Lalu tibalah cara baru, yang tidak masuk akal. Kini orang berhubungan langsung. Direct Access. Ya, orang tetap berdoa -- tapi kini ada Roh Kudus yang berada bersama setiap individu. Ini seperti aplikasi khusus yang tertanam dalam hati manusia (bukan gadget), yang mengajarkan kebenaran, yang berdoa bagi manusia dengan keluhan yang tidak tersampaikan.

Semua ini terjadi karena Tuhan Yesus Kristus dahulu sudah disalibkan, mati, dan bangkit pada hari ketiga, lalu naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Maha Kuasa. Jreng! Connected! Tuhan Yesus menjadi Imam yang menghubungkan manusia dengan Bapa. Roh Kudus menjadi ujung satunya yang menyertai setiap orang percaya. Langsung.

Dan ini adalah situasi yang juga tidak dapat diterima. Bagaimana mungkin, seorang biasa boleh berhubungan dengan Sang Khalik, Pencipta alam semesta? Maka beberapa juga melakukan demo, menolak, mencibir -- para imam yang kehilangan sumber pemasukan, juga mencegat orang Kristen di tengah jalan dan menganiaya mereka. Para pemimpin agama, bahkan juga pemimpin gereja, menginginkan orang-orang hanya bisa berhubungan dengan Tuhan melalui mereka saja -- ada banyak keuntungan di sana.

Hubungan langsung ini, adalah suatu kerugian. Tapi, kenapa harus melalui imam jika Tuhan sudah membuat jalan bagi semua orang?

Paskah adalah momen pembebasan. Bebas dari kuasa maut. Bebas dari ikatan seremoni ritual. Semua hubungan dengan Tuhan adalah anugerah, pemberian. Tidak ada lagi bagian dari seremoni manusia yang 'berjasa' membuat hubungan dengan Tuhan. Jika itu pernah terjadi dahulu di Bait Allah, tirai pembatas Bait Allah telah terobek. Bait Allah juga tidak ada lagi.

Ketika kita melakukan kebaktian, ketika melaksanakan seremoni -- itu adalah respon terhadap anugerah. Kita beribadah karena bersyukur, bukan karena ingin mencapai sesuatu. Kita berbakti sebagai wujud bakti orang yang telah menerima, bukan sedang mencari. Merayakan Paskah adalah merayakan penerimaan, bukan pencarian.

Maka, dalam Paskah yang ada hanyalah Berita. Tuhan Yesus telah bangkit! Yesus adalah Kristus, Tuhan! -- Berita ini disebarkan dan diteruskan dan dirayakan. Dibuat jadi drama. Dibuat jadi kegiatan anak-anak. Dicampurkan dengan kebudayaan lama -- telur dan kelinci, yang merupakan simbol kehidupan dan kesuburan. Beberapa melihatnya sebagai bagian dari ritual terpenting untuk mengingat bagaimana Tuhan sudah mati dan berkorban bagi manusia. Jadi, umat Tuhan harus tunduk dan taat pada segala perintah dan dogma dari pemimpin gereja…. dan kembali lagi pada keterikatan.

Tuhan sudah bangkit, dan itu membuat setiap orang dapat menjalani jalan yang langsung kepada Allah Bapa. Wahai, bukankah kita memangil-Nya, "Bapa", seperti yang diajarkan Yesus? Hormatilah anugerah itu. Rayakanlah Paskah. Bersyukurlah, terimalah, nikmatilah.


Selamat menjalani kehidupan yang diberikan-Nya. Hidup itu kekal, tidak ada kesudahannya.

21 Maret 2016

Talenta


Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."
(Mat 25:14-30)

Tiga hal yang bisa dipelajari.

Hal yang pertama, bagian perikop ini ada di Matius 25, yang membahas tentang hari kedatangan Tuhan yang kedua. Ini kisah yang dituturkan Yesus setelah kisah tentang 10 gadis yang menunggu pengantin pria, 5 pandai dan 5 bodoh. Ini kisah yang dilanjutkan tentang Tuhan akan memisahkan ilalang dan gandum di hari kedatangan-Nya.

Maka perlu kita taruh seluruh bagian ini dalam pengajaran tentang akhir jaman.
Bagaimana pada akhirnya? Bagaimana kita mempertanggungjawabkan karya kita di hadapan Tuhan?

Semua ini akan dialami manusia pada akhir jaman. Kalau meninggal sekarang, akan menunggu sampai tiba saatnya. Tetapi kesempatan manusia adalah ketika masa dalam hidupnya. Yang penting adalah pemahaman bahwa kehidupan ini bukan berakhir dalam tubuh ini saja. Manusia mempunyai waktu yang lebih panjang dibandingkan masa hidup tubuhnya.

Hal yang kedua, pengertian bahwa TUHAN mempunyai orang-orang yang berada dalam rumah-Nya. Kepada orang-orang ini, TUHAN memberikan:
  1. Kemampuan untuk mengelola uang
  2. Talenta, yaitu uang
  3. Wewenang untuk mengerjakannya

Jadi, kita mempunyai kesanggupan dan sumber daya dan wewenang untuk mengerjakan.
Ada yang diberikan banyak. Ada yang diberikan sedikit.

Yang menerima banyak, akan menghadapi situasi yang lebih kompleks, lebih rumit. Urusan yang lebih besar; mengerjakan satu proyek dengan modal 5 talenta, langsung menghasilkan 10 talenta -- kalau berhasil. Risiko besar

Yang menerima sedikit, akan menghadapi situasi yang lebih sederhana, dengan risiko kecil, hasil yang kecil juga. Untuk mendapatkan hasil duakali lipat, harus berulang-ulang mengerjakan hal yang sama, yang sederhana. Risikonya kecil, tapi butuh ketekunan untuk mengulang-ulang pekerjaan.

Ada orang yang mampu mengerjakan hal besar yang rumit, ada juga orang yang sederhana. Tuhan tidak perlu memberikan semua orang dengan kekuatan yang sama. Tapi bagi yang menerima kemampuan besar, ada risiko yang lebih besar. Tanggung jawabnya sama; tidak berarti orang yang mendapat sedikit akan lebih sedikit bertanggungjawab.

Hal yang ketiga adalah tuntutan untuk MEMBERI. Kita melihat hal ini dari apa yang terjadi ketika Tuhan datang. Orang yang mendapat 5 talenta dan 2 talenta, memberikan kemampuannya. Orang yang menerima satu talenta, tidak bersedia memberi -- ia merasa Tuhan tidak adil, tidak menanam (tidak bekerja) tapi mengharapkan hasil.

Perhatikanlah: hamba dituntut untuk memberi, bekerja. Orang harus positif, artinya memberi. Tujuan orang Kristen adalah memberi, bukan menerima.

Dunia ini bekerja sebaliknya: mau menerima, bukan memberi.

Mari kita lihat sekarang, bagaimana masalah terjadi. Tujuan orang adalah menerima sebanyak-banyaknya dengan modal, tenaga, dan waktu yang sesedikit-sedikitnya. Ketika situasi menjadi sukar maka yang menjadi sasaran adalah memperoleh UANG TUNAI sebanyak-banyaknya. Cash is the King.

Kenapa Cash is The King? Karena dalam bentuk Cash, penurunan tidak terjadi. Paling sedikit nilai yang tertera pada uang tidak akan berkurang. Bank Sentral di berbagai negara maju membuat kondisi di mana Suku Bunga adalah NEGATIF. Kalau orang taruh uang di Bank, ia kena 'hukuman' pengurangan uangnya. Maka paling baik memegang uang tunai, menyimpan uang tunai secara harafiah.

Masalahnya? Karena saat ini kemampuan orang untuk menghasilkan tidak lagi sebesar dahulu. Kenapa tidak sebesar dahulu? Karena, situasi saat ini tidak lagi seperti 10 tahun yang lalu, tahun 2006.

Apa yang terjadi 10 tahun yang lalu?
Saat itu, orang membesarkan harapan. Karena mempunyai harapan, maka investasi dilakukan. Harapan dikonversi menjadi peningkatan uang, dalam bentuk peningkatan nilai efek dan property. Beli rumah 500 juta. Langsung tawarkan kepada orang lain 750 juta -- ada yang beli karena punya harapan harganya jadi 1 M.

Kenapa bisa begitu? Karena orang meyakini bahwa uangnya akan bertambah dengan cepat, bisnisnya akan bertumbuh dengan cepat, diharapkan demikian. Banyak pernyataan, cerita, suara, yang didengungkan tentang peningkatan ekonomi -- di seluruh dunia.

Kenapa bisa meningkat begitu?
Karena, saat itu The Fed membuat suku bunganya rendah sekali sedangkan imbal hasil masih tinggi. Waktu itu, The Fed membuat gelembung…. Yang meletus di tahun 2007, jadi krisis subprime mortgage 2008. Yang belum dipahami orang waktu itu adalah, bagaimana gelembung juga terjadi dalam kehidupan orang-orang yang menikmati gelembung yang dibuat The Fed.

Jadi waktu gelembung itu pecah, CDO yang berdasarkan subprime mortgage jadi 'racun'…. Itu tidak ada di seluruh bank, tetapi masalahnya tidak ada yang tahu mana bank yang kena racun dan bank mana yang aman. Situasinya membuat semua bank dianggap bisa bermasalah dan mudah runtuh. Diam-diam, gaya hidup juga merupakan gelembung dan pecah. Ini menjadi letusan susulan di tahun 2011.

Prinsipnya begini: orang bekerja sama, atau bahkan lebih sedikit, tetapi mendapat bayaran lebih tinggi, dan meyakini bahwa ia bisa dibayar lebih tinggi lagi, mereka membuat hutang yang hanya bisa dibayar jika di masa depan gajinya naik lebih besar lagi.

Berhutang, ia membeli rumah yang sebenarnya tidak sanggup ia beli, tetapi bank memberikannya juga karena yakin bahwa kenaikan harga rumahnya lebih besar daripada bunga kreditnya. Sederhananya: mengambil lebih banyak, memberi lebih sedikit. Tidak mampu (atau tidak mau capek) memproduksi, tapi ingin dapat semua peningkatan gaya hidup, sesuai dengan apa yang ditampilkan film dan tv….

Ketika terjadi gelembung pecah, semua kehilangan kepercayaan. Maka, harapan juga hilang; bagaimana bisa berharap pada apa yang tidak dipercayai? Orang lantas mengejar uang sebagai Raja jika kondisinya tunai, karena dalam kondisi ini nilainya tetap, tidak menurun.

Untuk itu, orang menyimpan dan mereka juga berusaha mengambil -- tidak bekerja, tapi meminta makan. Siapa yang peduli pada mandat Tuhan untuk terus bekerja dengan tekun, memutarkan uangnya? Mereka memilih menyimpan uangnya di bawah kasur!

Jadi, dalam hal ini orang-orang menjadi seperti yang menerima hanya 1 talenta itu, sesuai dengan kondisi di mana ekonomi susah dan tidak ada yang menerima 5 talenta. Merasa tidak menerima kemampuan lebih, merasa Tuhan tidak "cukup bekerja dalam diri saya" -- maka memilih untuk berdiam diri, tidak mau ambil risiko, tidak mau cape.

Kepada yang demikian, yang meributkan soal "keadilan" dan menuntut Tuhan bekerja -- mereka tidak memberi apa-apa, karena tidak merasa menerima apa-apa.

Orang Kristen juga, bisa merasa Tuhan tidak bekerja apa-apa, tidak memberi saya apa-apa. Mungkin Tuhan sudah memberi kemampuan, tapi Dia tidak memberi cukup modal. Tidak memberi cukup uang untuk bekerja lebih.

Maka orang memilih untuk tidak memberi lebih. Tidak produktif, tidak melayani, tidak mengusahakan. Sudah saja begini, tunggu saja nanti Tuhan bekerja. Sementara itu hidup masih terus berjalan, jadi boleh dong berhutang untuk smartphone baru itu kan…. Sesuatu yang tidak produktif, tidak meningkatkan produktivitas.


Inilah masalah dunia sekarang. Apakah kita menjadi bagian dari masalah, atau jadi bagian dari solusi?

15 Maret 2016

Mau resesi?

Sekarang ini sedang melihat Bloomberg TV dan chart harga komoditas tetap tiarap sambil merosot turun, walau ada pantulan naik sedikit di sana sini. Rating perusahaan tambang logam Fortescue yang dipangkas Moody. Pasar Future yang turun, merah semua... DOW FUT, S&P FUT ....

Ada satu tulisan kolumnis Inggris yang saya sukai. Dikatakan, di Inggris sekarang ini ada dua kelompok. Satu kelompok besar adalah orang-orang yang tidur dan bermimpi. Satu kelompok kecil adalah orang-orang yang bangun dan memandang ke depan.

Orang yang tertidur, mereka bergembira dengan banyak indikator yang menunjukkan situasi positif, pencapaian pertumbuhan besar, dan bermimpi untuk kembalinya Britania Raya yang Hebat. Orang yang terbangun melihat kemungkinan masa depan, dengan menganalisa saat ini. Berusaha melihat apa yang akan muncul.

Misalnya ya: orang senang sekali dengan peningkatan upah. Namun ada data yang menunjukkan bahwa rata-rata jam kerja orang semakin pendek. Artinya, peningkatan upah terjadi untuk waktu kerja yang lebih singkat. Artinya, biaya per jam menjadi lebih tinggi..... padahal, harga-harga mengalami deflasi alias penurunan harga.

Artinya: perusahaan-perusahaan harus menanggung peningkatan biaya dan penurunan pendapatan.

Pertanyaan: berapa lama dan berapa banyak modal yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan menahan situasi seperti ini?

Kenyataan: sudah banyak pengusaha yang menyerah dan menutup usahanya. Biaya terlalu tinggi, pendapatan terlalu rendah. Pemerintah yang membuat paksaan ini kepada para pengusaha.... tapi jika pengusaha itu berhenti, apakah Pemerintah bisa melarang?

So, ketika para pengusaha mundur, maka investasi juga mundur. Permintaan bahan logam mengalami penurunan; tidak banyak yang beli mesin baru, atau membangun pabrik baru. Toh ada kapasitas produksi besar yang tidak terpakai --- order terlalu sedikit, sudah berjalan berbulan-bulan seperti ini.

Masa depan? Kemungkinan resesi akan datang, dan kali ini lebih keras dan kejam.

Apa yang jadi reaksi Pemerintah dan Bank Sentral? NEGATIVE RATE HIT BANKS, judul di Bloomberg TV barusan (ini sambil nulis sambil mendengarkan TV) .... orang sekarang dihukum jika menaruh dananya di bank. Mestinya kan uang dialirkan ke usaha?

Mereka memilih menaruh uangnya di bawah kasur secara harafiah.....

13 Maret 2016

Kebenaran Yang Dipilih

Agama adalah hak asasi manusia yang pertama. Manusia bebas untuk beragama -- walau, tentunya, tidak bisa bebas dari konsekuensinya. Sebagai hak, beragama adalah pilihan manusia.

Di sisi lain, TUHAN berhak untuk menilai, menghakimi, dan menghukum manusia. Keberadaan TUHAN membuat ada hal-hal yang benar, dan ada hal-hal yang salah. Biasanya, kita akan menyatakan sesuatu 'salah' karena tidak sesuai dengan kenyataan.

Ambil contoh ya? Kebanyakan kaum muslim mengatakan bahwa ajaran Ahmadiyah itu salah. Ajaran itu membuat orang tidak sesuai dengan ajaran Islam, yang diyakini berasal dari Allah. Jadi, ajaran Islam Ahmadiyah itu salah; bahkan itu tidak boleh disebut 'Islam".

Nah, apakah orang yang percaya Ahmadiyah, masih berhak beragama Ahmadiyah?

Ya, berdasarkan hak asasi manusia, mereka berhak. Tetapi ada konsekuensinya, yaitu tidak lagi diterima bersekutu dengan umat Islam lainnya. Itu dari sudut pandang umat Islam pada umumnya.

Lihat dari sudut pandang pengikut Ahmadiyah: mereka percaya apa yang mereka pegang ini benar, sedang orang Islam lainnya tidak tepat, alias salah. Setiap usaha untuk "meluruskan" adalah suatu paksaan untuk mengambil jalan yang salah. Bayangkan bagaimana rasanya dipaksa demikian.

Jadi agama memang suatu pencarian, dan penentunya adalah kebenaran kenyataan tentang kehidupan. Adakah agama itu mendorong umat menjadi lebih baik, menjadi lebih sesuai dengan standar kehidupan orang yang mempercayai Allah?

Kenyataan adalah penentu. Mau contoh?

Lihat FPI. Mereka mengaku sebagai pembela Islam. Apakah yang mereka lakukan membuat agama Islam menjadi lebih mulia? Orang-orang ini percaya demikian. Tapi akan tiba satu saat di mana mereka berada di hadapan Allah dan mendapati kenyataan penilaian Allah sendiri. Tidak ada manusia yang bisa menyatakan, "dosamu diampuni". Itu adalah haknya Allah.

Hanya Anak Allah yang mampu mengatakan demikian. Yesus Kristus, yang dalam sejarah telah membuat perubahan besar di atas muka bumi. Dialah yang membuka jalan kepada Allah di Surga. Dialah yang menyatakan semua kata-kata Allah, Firman Allah, bagi dunia. Maka dikatakan, Firman itu telah menjadi manusia.

Apakah kenyataan ini dapat diterima manusia? Tidak, mereka yang menjadi Pemimpin Agama adalah orang-orang yang menyalibkan Yesus. Pernyataan diri Yesus adalah suatu hujatan di mata mereka, karena mereka tidak dapat menerima kenyataan bahwa Anak Allah menjadi manusia.  Mereka mengharuskan Allah mengikuti aturan agama yang mereka percayai.

Lihatlah, bukankah sekarang ini juga masih begitu juga?

Contoh yang sangat ramai saat ini adalah Ahok kembali menjadi Gubernur. Lihat kenyataan, ada begitu banyak yang telah dilakukan untuk Jakarta. Ada banyak pembersihan yang telah dilakukan. Jakarta menjadi tempat yang lebih baik dan nyaman untuk hidup. Melihat kenyataan ini, sangat masuk akal untuk kembali mengangkat Ahok menjadi Gubernur Jakarta. Orang-orang lain, para pesaing dan penantangnya, mereka tidak punya kenyataan apapun untuk dilihat sebagai karya sebagai seorang Pemerintah Daerah.

Tapi, isu yang kemudian muncul adalah Ahok bukan umat Islam. Orang-orang FPI itu mengharuskan Ahok mengikuti aturan agama yang mereka percayai. Masa bodoh dengan kenyataan. Tidak peduli apa kebenarannya. Pokoknya, tidak cocok aturan agama, tidak boleh jadi Pemimpin. Mereka juga tidak peduli bahwa ini adalah Republik Indonesia, yang berdasarkan Pancasila.

Dalam Pancasila, seorang beragama Kristen sama layaknya dengan seorang beragama Islam. Penentunya adalah kenyataan, kebenaran. Bukan seperti apa kalimat yang terucap, atau cara ritual agamanya dijalankan, melainkan apakah orang itu melakukan kehendak Allah, yang bisa dilihat buahnya oleh semua orang. Apakah orang itu telah bekerja, membangun sesuatu yang hasilnya bisa disaksikan semua orang.

Pemerintahan yang lebih bersih? Ruang hidup yang lebih baik? Pelayanan masyarakat yang lebih profesional? Penegakkan peraturan yang lebih tegas? Kalau memilih Gubernur, ingatlah bahwa hal-hal ini menjadi tujuan rakyat. Kita mau hidup lebih baik, bukan?

Sedangkan bagi orang-orang yang masih meributkan agama itu menjadi segala ukuran…. Satu Pertanyaan: jika suatu hari bertemu dengan Allah secara langsung, seandainya Dia bertanya "apakah yang sudah kamu lakukan atau kamu miliki untuk masuk ke dalam Surga-Ku?"


Apakah jawaban Anda kepada Allah?

10 Maret 2016

Tidak Ada Deparpolisasi

Politik iu apa sih?
Politik adalah pengetahuan dalam memerintah.
Suatu ilmu dan seni untuk memerintah sebuah kota (aslinya, dalam bahasa Yunani, 'polis' artinya 'kota') yang isinya ada berbagai macam kelompok, berbagai macam kepentingan, sedemikian rupa sehingga melalui dialog dan debat bisa diperoleh sebuah keputusan, sebuah jalan tengah yang bisa diterima semua pihak.

Mungkin bukan jalan yang paling menyenangkan. Mungkin bukan kesepakatan yang paling ideal. Tetapi ini adalah keputusan yang bisa diterima semua pihak, untuk menjadi peraturan yang harus ditaati semua pihak.

Nah, Partai Politik adalah organisasi yang mewakili salah satu pihak untuk menentukan keputusan, peraturan.

Partai Politik bertemu,berdialog, berdiskusi, berdebat untuk membuat pengaturan, atau LEGISLASI. Kumpulan ini disebut dengan BADAN LEGISLATIF. Kita di Indonesia memberinya nama: DPR.

Lalu, untuk melaksanakan Pemerintahan, ada satu susunan organisasi Pemerintahan, yang disebut EKSEKUTIF. Pemimpin Eksekutif di Indonesia adalah Presiden, dibantu Menteri-Menteri dalam Kabinet untuk urusan-urusan. Daerah-daerah eksekusinya dipimpin oleh Gubernur dalam Propinsi, yang dibagi dalam Kabupaten dan Kota.

Kenapa menulis begini? Karena sekarang muncul kata DEPARPOLISASI.... nah, kalau kaitannya adalah Pemilu Kepala Daerah, ini salah! KELIRU!

PARPOL beraksi di LEGISLATIF, di DPR atau DPRD. Parpol TIDAK bekerja di Eksekutif. Kepala Daerah, seperti Gubernur, TIDAK BOLEH mementingkan satu Partai Politik tertentu. Tidak boleh, misalnya, memberi kesempatan khusus kepada anggota Partai Politik X yang mengusungnya, dan menghambat Partai Politik Y yang mengkritiknya.

Jadi, jika seorang Kepala Daerah, seorang GUBERNUR seperti Pak Basuki Tjahaja Purnama, hadir dari jalur Independen, itu BUKAN deparpolisasi. Mengatakan demikian, itu menandakan tidak paham bagaimana sistem Trias Politica berjalan.

TIDAK ADA DEPARPOLISASI DALAM CALON PERSEORANGAN INDEPENDEN. Sebagai pimpinan Eksekutif, yang utama adalah integritas dan kompetensinya untuk melakukan eksekusi. Bukan kesetiaan kepada Parpol tertentu.

Parpol tempatnya di Legislatif. Di DPR. Untuk jadi anggota DPR, harus jadi anggota Parpol kan? Aturan itu tetap berlaku. Tidak ada deparpolisasi di Indonesia.

Yang ada adalah Parpol yang mengatur bukan demi kepentingan rakyat, melainkan kepentingan golongannya sendiri.... Dan rakyat harusnya TIDAK menyerahkan suara untuk diwakili Parpol seperti itu.

09 Maret 2016

Kenapa Dengan OKI?

Mulanya, saya merasa heran dengan hasil Deklarasi OKI di Jakarta. (http://www.bbc.com/…/2016/03/160306_indonesia_ktt_oki_dampak)
Ayolah. Sebesar apa kondisi krusial di Palestina?
Tapi, membaca ft.com hari ini "Saudi Arabia turns the screw on Lebanon's economy" -- terlihat bahwa pilihan deklarasi OKI memang harus begitu. Negara-negara Islam harus memiliki musuh bersama, yang bernama Israel.
Walaupun, dalam setahun terakhir, tidak ada isu baru dan genting yang muncul di Palestina. Beritanya kurang lebih serupa: kelompok-kelompok pejuang Palestina menyerang penduduk sipil Israel, yang memicu tentara Israel mengejar dan mengisolasi desa-desa di Palestina, yang kemudian diberitakan sebagai gerakan pendudukan Israel ke Palestina, serta membenarkan perlawanan Palestina dengan menyerang sipil Israel, yang mendorong tentara Israel mengejar...... dan seterusnya.
Bertahun-tahun seperti itu. Para pemimpin negara Islam, termasuk Pak Jokowi, mustahil tidak memahami kondisi ini.
Namun Israel sebagai musuh bersama, adalah jangkar yang mempersatukan negara-negara Islam. Tanpa Israel, peperangan di antara negara Islam bisa hebat sekali.
Perang dingin yang terjadi adalah antara Iran, yaitu Syiah, dengan Arab Saudi, yaitu Sunni. Peperangannya terjadi di Lebanon; pasukan Hizbullah (yang tahun 2006 memerangi Israel) adalah kelompok Syiah, yang didukung Iran. Pemerintah Lebanon selama ini didukung oleh Arab Saudi. Jadi, di Lebanon selama bertahun-tahun terjadi pertentangan, seperti bara api dalam sekam.
Februari lalu kelompok negara-negara teluk (Gulf Cooperation Council) telah menyatakan Hizbullah sebagai organisasi teroris. Pemerintah Arab Saudi menahan bantuan USD $3 Milyar bagi tentara Lebanon. Ini jadi tekanan yang bisa mengganggu stabilitas Lebanon.
Sementara itu, Arab Saudi masih belum berhasil menghancurkan basis suku Houthi yang Syiah di Yemen.
Begitu pula, di Syria, pasukan pemberontak yang didukung negara Teluk DAN Amerika mengalami kekalahan melawan tentara Pemerintahan Bashar Al-Assad yang didukung oleh Iran dan Rusia.
Keramaian ditambah oleh Turki, yang Pemerintahan Erdogan cukup bermasalah dengan Rusia, yang menunjukkan bagaimana ISIS diam-diam bertransaksi melalui Turki. Ada bukti-bukti bahwa tentara Turki bekerja sama dengan ISIS; padahal, Turki masih menjadi anggota NATO dan ISIS belum lama ini membuat teror yang hebat di Perancis.
Di dalam sisi kemanusiaan, ada gelombang pengungsi dari Suriah, yang bukan hanya pergi ke Eropa dan sekarang ditolak di sana. Para pengungsi juga masuk ke Lebanon, yang masih punya masalah ekonomi berat.
Perlawanan terjadi, seperti yang dinyatakan oleh pimpinan Hizbullah, Hassan Nasrallah. Ia mengecam sikap intervensi Arab Saudi, bahkan lebih dari kecamannya terhadap Israel. Jelaslah ada potensi konflik besar berikutnya, karena Lebanon yang punya kesulitan ekonomi, mungkin akan mendekat kepada Iran.
Negara Iran sendiri kini telah bebas dari sanksi ekonomi, sedang memperkuat aliansinya dengan pemerintahan di Irak yang sekarang juga Syiah.
Untungnya, eskalasi tidak terjadi dengan cepat karena semua pihak mengalami kesulitan ekonomi, yang disebabkan rendahnya harga minyak bumi. Seandainya saja harga minyak bumi masih berada di level di atas $60 oer barrel, dengan dana yang ada mungkin konflik sudah menjadi perang terbuka.
Ini semua menjadi latar belakang negara-negara OKI, dan mereka tidak membahas bagaimana bisa berdamai di antara negara Islam. Sebaliknya, resolusi adalah untuk bersatu melawan musuh yang sangat besar dan sangat mengerikan, Israel.
Bagi Indonesia?
Baguslah jika memang semuanya mau memerangi Israel. Posisi teraman bagi Indonesia.
Karena, jika sampai terjadi pecah perang Sunni vs Syiah, dan mungkin bisa menarik Amerika vs Rusia di belakang masing-masing pihak (kemungkinan kecil Amerika mau langsung berhadapan dengan Rusia) -- ada kemungkinan cukup besar kedua belah pihak mencari dukungan ke Indonesia.
Sangat bodoh jika Indonesia mau terlibat dalam perang Syiah vs Sunni. Tapi, lihat saja bagaimana propaganda anti-syiah sudah diluncurkan pihak-pihak Sunni di media sosial....