Cari Blog Ini

03 April 2011

Makan

Hidup perlu makan, tapi apakah yang diberikan oleh sepotong pizza di siang hari? Makanan? Rasa? Kesenangan? Persahabatan?

Tanda bahwa di jaman sekarang ini, banyak hal tidak lagi nampak seperti apa adanya. Kalau makan sudah jadi berteman, lantas apa arti hidup kita sekarang?
Published with Blogger-droid v1.6.7

Takut Akan Manusia

"Rupapun tidak, sehingga kita memandangnya." Inilah yang dinubuatkan oleh kitab nabi Yesaya. Kita tahu bahwa ayat-ayat ini berbicara tentang Tuhan Yesus, hanya apakah kita terganggu jika kenyataannya Tuhan Yesus bukan seorang yang gagah tampan rupawan, seperti model yang biasa nampak dalam lukisan?

Jika kita terganggu, barangkali kita mengalami perasaan takut akan manusia, fear of men. Kita tidak lagi takut akan Allah, fear of God, karena satu alasan: manusia terlihat di depan mata sedangkan Allah tidak terlihat. Sudah lama Allah tidak menampakkan kekudusan-Nya kepada manusia, karena jika hal itu dilakukan-Nya pastilah banyak manusia yang binasa seketika di tempat. Tapi, kita mungkin lebih banyak belajar takut akan manusia daripada takut akan Allah.

Takut akan manusia berakar pada dua hal: yang pertama adalah menghindari penderitaan, yang kedua adalah mendapatkan posisi di masyarakat, karena jika seorang tidak mendapatkan tempat dalam masyarakat, ia menderita serta mengalami alasan yang pertama.

Karena itu, melihat Yesus buruk rupa adalah sebuah masalah yang sekaligus memenuhi alasan takut akan manusia. Yang pertama, buruk rupa berkaitan dengan "biasa menderita kesakitan" yaitu penderitaan. Bagaimana kita menempatkan Yesus yang menderita sebagai Pemimpin? Kalau Pemimpin menderita, bukankah pengikutnya patut mengalami yang sama?

Yang kedua, buruk rupa tidak menempatkan orang dalam masyarakat, sekalipun di dalam gereja. Yang tampil di depan haruslah yang kaya, pandai, berpenampilan baik. Pendeta sekarang banyak yang tampil terawat, gemuk, berpakaian bagus, dan bepergian dengan mobil bagus. Tuhan memberkatinya! Kita menginginkannya!

Tapi, mungkin kita tidak menginginkan Tuhan Yesus. Dia saja yang menderita, jangan kita. Kita mau berkat anugerah karunia, tapi tidak mau memikul salib...karena kita takut orang-orang mengata-ngatai. Sebaliknya, demi memenuhi harapan orang agar mendapatkan pengakuan, kita bersedia jungkir balik dalam kesusahan. Kita takut dipandang buruk rupa di hadapan manusia. Kita tidak takut dipandang buruk di hadapan Allah.

Apakah kita masih mau mengikuti Tuhan Yesus, yang penampilannya tidak diinginkan orang?

Jika YA, berhentilah takut akan manusia. Mulailah hidup takut akan Allah, dan turut memikul salib dan memakai kuk yang sudah seharusnya kita pikul, muliakanlah TUHAN!

Terpujilah TUHAN!

Salam kasih,
Donny
Published with Blogger-droid v1.6.7