Cari Blog Ini

25 Juli 2010

Surga

Kalau berbicara tentang Surga, atau membaca tentang Surga, apa yang menjadi niat, menjadi harapan kita? Kalau kita membayangkan Surga, apa hal yang mempesona kita? Manusia punya konsep tentang tempat ini, yang digambarkan dengan segala keindahan dan kenikmatannya, dibahas dalam berbagai agama dan kepercayaan. Dan apakah hal yang begitu kita inginkan saat berbicara tentang Surga?

Pertama-tama, mungkin kita berpikir tentang masuk Surga, karena alternatifnya adalah masuk neraka. Kita memikirkan soal indah, enak, nyaman, sehat, kekal -- dalam kontras dengan gelap, menderita, siksa, sakit, dan kematian kedua di neraka. Pastinya kita mau yang enak. Mau yang nyaman, selama-lamanya sejahtera dan bahagia. Tetapi, dalam pengertian yang paling mendasar, Surga didefinisikan dari apa yang kita dapat, kita terima, dan berpusat pada diri kita sendiri. Kita menjadi penentu, ini Surga dan itu neraka.

Yang kedua, kita memandangnya sebagai suatu transaksi. Kalau mau masuk resort hotel yang mewah, orang harus bayar mahal. Kalau mau masuk Surga, orang juga berpikir tentang membayar, yaitu dengan perbuatan baik. Makanya, kalau melihat orang bersikap baik dan dermawan, kita bilang dia ini pasti masuk Surga. Bukankah dia sudah bayar harganya dengan segala perbuatan baiknya? Adakah Surga memang seperti tempat tinggal yang bisa dibeli?

Firman Tuhan tidak bicara mengenai suatu tempat, atau petunjuk lokasi Surga. Tidak ada pengungkapan tentang 'jalan ke langit' atau '7 lapis langit' dalam Alkitab. Sebaliknya, Surga selalu berhubungan dengan kehadiran Tuhan. Di mana Tuhan hadir, disanalah Surga. Akibat dari keberadaan Tuhan adalah tiadanya kegelapan, sakit, gelap, atau kematian. Dia adalah sumber kehidupan. Dia adalah terang. Yang utama atau terpenting bukanlah akibat dari kehadiran-Nya, melainkan diri TUHAN sendiri.

Karena penentunya adalah Tuhan, maka kita juga harus siap untuk melayani Tuhan. Masuk Surga berarti siap untuk mematuhi-Nya dan memuliakan-Nya, siap memberi apa yang dikehendaki-Nya dan yang memang layak diterima-Nya: puji, hormat, dan kuasa atas diri kita. Surga bukanlah mengenai apa yang kita terima, melainkan apa yang kita berikan. Segala hal lain adalah akibat sampingan yang menyenangkan...

Firman Tuhan memberi gambaran yang hebat mengenai hal ini. Perhatikanlah bagaimana Surga dilukiskan, dengan jalan dari batu permata dan emas murni. Ini semuanya berharga di bumi, tapi hanya batu jalan di Surga. Yang utama adalah Tuhan, tidak ada yang lain!

Kehadiran Tuhan bersama kita adalah hal yang telah terjadi, dahulu, sekarang, dan sampai selamanya. Dahulu, Tuhan memanggil kita, bahkan di saat kita masih berdosa. Kita bisa menjawab-Nya karena Dia melawat kita, bukan? Sekarang kita hidup dengan penyertaan-Nya, oleh Allah Roh Kudus. Kelak, kta bersama Tuhan dan bisa bertemu muka dengan muka. Bukankah kita memiliki Surga saat ini juga, dengan derajat yang berbeda?

Hanya saja, ketika kita masih memakai ukuran kita sendiri, kita tidak menyadari, atau mengakui, bahwa kita berada di Surga. Karena kita mau dilayani dan menerima dan merasa enak... tapi, kalau demikian halnya, kita bisa jadi akan kecewa.

Ketika Tuhan menjadi penentu, tidak ada transaksi yang dapat membeli-Nya. Di bumi ini saja, seorang dermawan yang baik hati tetap harus masuk penjara karena satu perbuatan kriminalnya di masa muda. Segudang perbuatan baik tidak dapat menghapus satu perbuatan jahat. Bayangkan, bisakah orang nampak benar di hadapan Allah yang Maha Kudus?

Sebaliknya dari membayar, memasuki Surga adalah anugerah. Allah Bapa memberikan orang-orang kepada Kristus, dan semua yang diberikan tidak ada yang dibuang-Nya. Apa yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus? Bukankah Roh Kudus telah menjadi meterai keselamatan kita?

Tidak ada satupun dari semua hal ajaib ini berasal dari perbuatan, atau upah, yang kita terima. Kita pada hakekatnya tidak layak untuk menerima, namun toh Tuhan memberikannya juga! Jadi, demikianlah kita dapat berada dalam Kristus, yaitu hanya karena anugerah. Satu-satunya yang membawa kita adalah iman, dipimpin dalam iman dan menuju iman. Dan hanya Alkitab, Firman Tuhan saja yang dibutuhkan sebagai pedomannya, petunjuk jalan, agar kita bisa berjalan dalam Kristus. Kita dimampukan oleh penyertaan Roh Kudus, diterangi oleh Kristus yaitu Firman Allah, dan menerima karunia dari Bapa di Sorga.

Inilah Surga, dan kita diberi hidup serta pekerjaan baik untuk kita lakukan. Adakah kita cukup bertanggung jawab untuk melakukan kehendak Bapa? Itulah Surga, yang beserta kita!

Sampai Maranatha!

Published with Blogger-droid v1.4.8

18 Juli 2010

Anti Kristus

Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir.

Benar, sudah banyak! Tidak usah bayangkan orang itu harus sakti mandraguna, tidak mesti ajaib. Seorang anti kristus adalah dia yang anti kepada Kristus. Soal mujizat, itu hanyalah tentang penyesatan yang dilakukannya. Masalahnya, orang masih memakai mujizat sebagai legitimasi kebenaran. Asal orang bisa menunjukkan mujizat, lantas orang berpikir bahwa ia benar.

Anti Kristus adalah suatu sikap yang menolak Kristus. Sikap menolak segala kebenaran yang diungkapkan Firman Tuhan tentang Kristus. Jadi, pertama-tama si anti kristus bersikap anti Alkitab.

Kedua, si anti kristus menolak sejarah tentang Kristus. Kehadiran Kristus bukan hanya dicatat Alkitab, melainkan juga dicatat oleh sejarawan Yahudi seperti Josephus, yang tidak memihak kekristenan. Ada juga catatan-catatan romawi, bahkan dari para imam, yang memusuhi Yesus Kristus. Semua ini ditolak, dianggap keliru, dan perlu diperbaiki. Dapatkah manusia memperbaiki sejarah?

Yang ketiga, mereka yang anti kristus menolak prinsip hidup dari Kristus. Mereka menolak mengasihi tanpa pamrih. Menolak mengampuni. Menolak mentaati Allah Bapa. Dan pastinya, menolak Yesus adalah Tuhan, sehingga tidak bisa menerima doa dalam nama Yesus Kristus.

Pada awalnya, hanya orang Kristen yang menjadi anti Kristus, karena hanya orang Kristen yang tahu tentang Kristus. Kita tidak dapat bersikap anti terhadap yang tidak kita ketahui, bukan? Namun kini ada banyak anti kristus, bahkan melembaga menjadi agama baru, yang ajarannya anti kristus. Dan ada lebih banyak pemaksaan untuk anti terhadap kristus.

Dimanakah kita? Tentunya kita menerima Kristus, karena masih mau menulis dan membaca kata-kata artikel ini. Tapi, apa sikap hati kita? Jika kita mengabaikan Alkitab, tidak mau tahu sejarah, dan tidak peduli soal prinsip hidup seperti kristus, kita mungkin ada di tebing kesesatan. Awaslah, jangan sampai kita jatuh karena terpesona dan disesatkan, entah oleh tekanan kekuasaan atau daya tarik mujizat.

Published with Blogger-droid v1.3.9

11 Juli 2010

2012

Mengapa film 2012 begitu ramai ditonton orang? Sekarang, film itu sudah berlalu dari bioskop, tapi orang masih beli dvdnya. Ceritanya tidak terlalu dramatis, tapi visual effectnya hebat. Dalam hal ini toh kita tidak mencari drama. Kita butuh film itu untuk membayangkan kengeriannya. Dan mengapa kita menginginkannya?

Dalam diri kita ada suatu indra keenam, apa yang disebut dengan firasat. Jaman modern telah mengajar kita mengabaikan firasat, tetapi perasaan gelisah itu tidak hilang begitu saja. Kita memandang langit, mengamati bumi, dan mempelajari apa yang terjadi, serta merasa 'ada sesuatu di luar sana'. Adakah kita dapat abaikan, atas dasar rasionalisme dan logika?

Mari kita pelajari sesuatu tentang rasio, dimulai dari diri sendiri. Berapa banyak yang memakai rasionya untuk merencanakan masa depan yang diketahuinya? Orang pasti jadi makin tua, suatu saat akan pensiun. Sementara itu, inflasi terus terjadi tiap tahun dan semakin berat; baca saja berita tentang kenaikan tarif listrik dan kenaikan harga bahan makanan. Kalau mengikuti logika, seharusnya kita semua berusaha lebih keras dan menabung lebih banyak. Berapa banyak yang melakukan hal-hal ini?

Namun, kita menolak peringatan tentang akhir jaman karena itu rasanya tidak sesuai logika dan ilmu pengetahuan. Sekalipun bumi sudah berubah dan cuaca menjadi aneh, kebanyakan orang merasa semua masih baik-baik saja. Bekerja dan bersenang-senang seperti biasa.

Pada akhirnya, ini bukan soal rasio, melainkan keinginan manusia. Bukankah sejak pertama, manusia mati karena mau menjadi seperti Allah?

Di akhir jaman, keinginan ini akan mencapai puncaknya. Manusia meninggikan diri, sekalipun sebenarnya masih tetap sama lemah dan menyedihkan, seperti bunga rumput yang berlalu dalam semalam. Durhaka akan tiba, itulah tanda akhirnya. Firasat ini telah berteriak sedemikian kerasnya, tapi tidak didengarkan. Tidak semua mendengarkan.

Ingatlah akhir jaman. Hiduplah dengan suci dan saleh, percayalah kepada Tuhan!

Published with Blogger-droid v1.3.9

04 Juli 2010

Ingatlah Aku

Hari ini adalah hari Perjamuan Kudus. Sebagai sakramen yang secara khusus dititahkan oleh Tuhan Yesus, kita wajib mengingat-Nya setiap kali memakan roti dan minum dari cawan anggur itu. Tetapi, hari ini sedikit berbeda. Tuhan menunjukkan hal yang baru.

Sementara Pak Pendeta memimpin kebaktian, masuklah seorang wanita muda dan duduk di depan kami, diujung baris sebelah kiri. Usianya sekitar 20an, memakai sweater abu, cukup bersih, meski bukan yang bagus sekali. Dia duduk, menatap ke depan sebentar, lalu mengambil bolpen dan warta jemaat. Sementara Pendeta mulai berkhotbah, dia mulai menulis. Caranya, dia mengangkat warta itu cukup tinggi, sehingga kami yang di belakangnya bisa melihat apa yang ditulisnya. Mula-mula, terlihat seperti catatan khotbah...

Tapi dia tidak menulis catatan khotbah. Ia menulis terus, kata-kata yang tidak beraturan, dan model tulisan yang semakin kusut cakar ayam. Ah, saya dan istri saling berpandangan. Dia tidak waras...

Kebaktian jalan terus, lalu masuk ke prosesi Perjamuan Kudus. Seperti jemaat lain, ia mengambil roti, sambil tetap memegang kertas penuh tulisan itu. Begitu juga waktu cawan anggur dibagikan, diambil juga. Hanya, kami tidak melihat ia makan atau minum. Seharusnya, ia tidak ambil sama sekali, tapi siapa yang tahu atau bisa melarang?

Terbersit dalam pikiran, betapa Tuhan akan menghukum wanita muda ini! Namun, apakah Dia menghukum orang yang mengalami gangguan kejiwaan? Sebaliknya, barangkali kita yang menganggap diri waras, kita juga tidak jauh berbeda.

Kita memang tidak mencoret-coret kertas, tapi kita mengisi pikiran dengan kekacauan. Kita mengambil roti dan anggur, bahkan kita memakan dan meminumnya, tapi kita tidak mengingat, apalagi memberitakan karya Tuhan Yesus. Dimata Tuhan, apakah perbedaan antara kita dengan wanita yang tidak sehat ini?

Bacalah tulisan orang Kristen sekarang, atau cuma lihat judulnya saja. Berapa banyak yang mengingat dan memuliakan Kristus? Atau, judul dan isinya adalah tentang mensukseskan diri kita, memenuhi angan-angan kita, dengan memakai kuasa Allah?

Barangkali, kita lebih parah dari ketidakwarasan, karena kita masih bisa memilih. Wanita muda ini tidak bisa memilih sikapnya, karena ia tidak sehat. Tapi kita sehat, bisa memilih mau bersikap bagaimana. Kita bisa memilih untu mengingat dan memuliakan Kristus, bukan hanya hari ini, tapi di sepanjang hidup kita.
Published with Blogger-droid v1.3.8