Pada masanya, orang Israel memiliki Allah yang sangat dekat. Sangat dekat, sehingga bisa melihat tiang awan di waktu siang dan tiang api di waktu malam. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, seluruh pengalaman orang Israel menjadi sekedar cerita yang diteruskan dari mulut ke mulut.
Satu hal yang dipahami dan dipegang oleh orang Israel adalah kekhususan keberadaan mereka di hadapan Allah. Mereka berbeda dari semua bangsa lainnya, menjadi bangsa yang kudus. Dalam satu sisi, mereka melihat pembedaan itu sebagai hak istimewa. Mereka memandang diri lebih tinggi, karena memiliki janji Allah kepada Abraham, Ishak, Yakub, dan terutama Daud -- karena kepada Daud, Allah menjanjikan Penguasa yang tertinggi, yang tahta-Nya tidak pernah berakhir. Bisa dibayangkan, betapa bangga memiliki kerabat satu penguasa yang kekuasaannya mutlak dan abadi!
Kesombongan ini membawa kejatuhan, karena menganggap diri lebih baik daripada bangsa lain, dan oleh sebab itu justru berperilaku lebih buruk. Berapa banyak dari antara orang Kristen yang berperilaku seperti itu? Merasa diri 'bagus' sedang orang lain 'jelek'. Yang lain tidak sepadan karena derajatnya lebih rendah. Pandangan semacam ini telah membenarkan perbudakan terhadap orang negro selama berabad-abad oleh mereka yang menyebut diri pengikut Kristus. Persis seperti keangkuhan orang Ibrani dahulu.
Kesalahan ini membawa dua akibat yang ironis. Yang pertama, sebaliknya dari bersikap bijaksana, umat Allah berperilaku sembarangan, lebih ceroboh dan bodoh dibandingkan bangsa lain yang tidak kenal Tuhan. Mereka sebut bangsa lain atau penganut agama lain adalah orang fasik, tapi perilakunya lebih buruk daripada mereka. Yang kedua, karena merasa istimewa, jadinya tidak lagi mencari Tuhan yang kehadiran-Nya ada begitu dekat. Tuhan jadi sumber berkat, pelindung, dan pemecah masalah, di mana puji-pujian dan penyembahan adalah untuk memperoleh segala kelimpahan dalam hidup. Bandingkan dengan ritual agama lain yang menyiksa diri untuk meredakan amarah dewa, yang membuat pengikutnya hidup berhati-hati dalam kesalehan, serta segala upaya memperoleh pahala. Siapa yang hidup lebih tertib dan bijaksana?
Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui! Allah tidak dapat dipermainkan; kasih karunia-Nya tidak boleh dianggap enteng. TUHAN memanggil semua orang yang haus untuk datang pada-Nya, termasuk orang fasik dan jahat, karena bagi mereka, juga bagi kita, tersedia janji Allah pada Daud. Seruan yang diberikan adalah untuk bergegas, segera mencari Tuhan!
Bagi bangsa Israel, mereka gagal memahami seruan ini, sebaliknya jatuh dalam kesesatan yang lebih dalam, sampai mereka dibuang ke Babel. Bagi kita sekarang, banyak juga yang terlahir di keluarga Kristen turun temurun, sehingga sejak kecil telah menjadi orang Kristen yang aktif di gereja.
Apakah karena aktif, serta merta otomatis tahu untuk mencari Tuhan? Apakah karena ada seseorang mengajak kita ke gereja, lantas kita beroleh keselamatan?
Dengarlah panggilan-Nya. Jika hari ini kita bisa ke gereja, boleh beribadah, itu bukan kebetulan. Jika kita bisa sedekat ini dengan Tuhan, itu adalah kesempatan. Mari, manfaatkanlah kesempatan ini! Terpujilah TUHAN!
Published with Blogger-droid v1.6.5