Cari Blog Ini

24 April 2017

Ahokers Kecewa? Gaklah

Ahokers KECEWA....? Begini, bahkan Ko Ahok juga bilang kalau kalah ya sudah, diterima saja. Kalau memang Ahokers sejati, maka jika Ahok kalah, hanya akan mengatupkan tangan dan berdoa, terima kasih Tuhan, terjadilah kehendak-Mu.
Ahokers tidak kecewa karena Ahok kalah. Toh kalah dengan wajar, tidak ada kecurangan yg terlihat. Memang ada intimidasi, tapi tidak signifikan. Legal formal, Anies menang. Ahok tidak panas terus mengadu ke MK. Jadi, ya sudah. Hidup Ahok lebih mudah kalau tidak jadi Gubernur kok. Let's move on....

Bagaimana jika Pak Anies jadi Gubernur? Ada banyak pertanyaan, dan ini adalah proses sebab-akibat. Sebab kita semua sudah melihat bagaimana Anies-Sandi mengungkapkan diri di debat pilkada, putaran pertama dan kedua. Sebab kita sudah melihat betapa absurd nya program yang dicanangkan oleh Anies. Ini bukan soal perasaan, bukan soal emosi 'jagoanku kok kalah' melainkan kening yang mengernyit memikirkan, kalau kampanyenya begitu, bagaimana dengan prakteknya saat menjabat?
Karena, sangat menyebalkan jika rakyat dibohongi hanya karena ingin memenangkan pilkada. Pembohong itu tidak pernah disukai, dulu, sekarang, sampai selama-lamanya.
Apakah karena tidak bisa move on, lantas merasa sebal melihat foto2 perayaan kemenangan pesta pora di jl wijaya?
Apakah karena mewek jagoan kalah, lantas merasa eneg menonton video bagi2 hadiah dari para pengusaha kaya yg membalikkan semua gambaran saleh semasa kampanye?
Tidak, Ahok kalah itu bukan masalah. Yang jadi masalah adalah Anies bilang bahwa programnya baru bisa dijalankan tahun 2019. Kenapa harus selama itu?
Apakah karena Anies sudah melihat sistem pemda DKI yg e-budgeting dan dijagai password, terhubung ke KPK dan BPK, sehingga tidak bisa kembali digarong sambil kongkalikong dengan oknum2 DPRD, seperti di saat2 Ahok memaki "pemahaman Nenek Lu!" -- jadi Anies butuh waktu untuk merombak semua yang dikerjakan Ahok?
Gak masalah Ahok gak jadi gubernur. Masalahnya adalah bila kemudian anggaran dikorupsi, pengelolaan kota tidak beres, preman beraksi, dan Jakarta kembali tidak enak untuk dihuni. Kekhawatiran ini beralasan dan tidak perlu menunggu sampai nanti serah terima jabatan. Lihat saja sekarang, selagi Ahok digantikan oleh Plt Gubernur, dan preman kembali berusaha berkuasa di Kalijodo.
Apakah setelah menang, Anies menunjukkan bahwa ia akan menjadi gubernur yang sama efektifnya dan siap mengatasi masalah DKI Jakarta yang kompleks, dengan banyak garong dan preman dan koruptor di setiap sudut kantor?
Ini bukan move on dari pihak yang kalah. Ini tuntutan move on kepada pihak yang menang. Anda memenangkan jabatan jadi pelayan rakyat, bukan jadi pemimpin yang seenaknya sendiri. Bisa move on?
Karena, apapun yang terjadi di Jakarta, akan terjadi juga di tempat lain di negeri ini.

Tidak ada komentar: