Kehidupan Daniel adalah contoh yang ekstrim tentang adaptasi. Bayangkan, pada mulanya Daniel adalah kaum bangsawan di Israel. Kemudian Nebukadnezar datang dan menghancurkan semuanya. Daniel menjadi rampasan perang, sedangkan orang-orang dewasa lain dibunuh, binasa. Itulah nasib raja dari pihak yang kalah! Daniel selamat karena ia masih muda.
Apa yang diharapkan orang muda yang tiba-tiba hidupnya dihancurkan oleh perang? Dari hidup nyaman, sekarang sengsara luar biasa. Sedih luar biasa. Dan tiba-tiba pula, mereka direkrut menjadi pegawai raja. Suatu kesempatan untuk kembali hidup enak, malah lebih hebat lagi karena masuk istana raja Nebukadnezar yang mewah nan megah. Hebat!
Anak muda lain mungkin akan berusaha beradaptasi sebisanya. Tapi Daniel dan teman-temannya memilih untuk tidak najis, sekalipun itu berarti menolak makanan dan minuman raja.
Renungkanlah. Dalam perubahan yang sangat ekstrim, Daniel dan kawan-kawannya memilih untuk tetap kudus, tetap sama di hadapan Tuhan. Mereka bertaruh pada penyertaan Tuhan, sekalipun nyatanya saat itu orang Israel adalah tawanan. Mereka percaya, Tuhan tetap lebih besar.
Keyakinan ini terbukti - mereka hanya makan sayur, tapi lebih sehat dan gemuk. Mereka lebih pandai dan berhikmat dibandingkan semua orang lainnya. Mengikuti Firman Allah melalui nabi Yeremia, mereka mengusahakan kesejahteraan kerajaan tempat mereka dibuang. Mereka menjadi penasehat yang baik, penolong yang bijaksana, sampai tiba waktunya orang Israel kembali...
Dapatkah kita menjadi Daniel? Dapatkah kita tetap tidak najis, di tengah-tengah dunia yang memaksakan perubahan?
Dan, apakah kita tetap mengupayakan kesejahteraan kota tempat kita berada?
Published with Blogger-droid v1.5.2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar