Cari Blog Ini

24 Oktober 2010

Kekar

Penjara pada awalnya tidak dikenal di Israel. Orang yang bersalah, entah dihukum mati atau dibuang, atau membuat perdamaian dengan Allah dan segera kembali ke komunitasnya. Juga tidak ada tahanan perang, karena musuh dibunuh atau diserap dalam komunitas sebagai budak. Semua ini berubah ketika Israel mengenal bentuk kerajaan, dan akhirnya menjadi seperti orang lainnya, jatuh dalam penaklukkan. Orang Israel tahu apa artinya ditawan.

Penjara pada awalnya adalah lambang penegakan kekuasaan. Tidak perlu ada pengadilan, karena tidak semua orang setara. Hanya di antara warga yang sederajat saja hakim datang untuk mengadili. Untuk para budak, untuk orang asing yang lemah, sebuah tuduhan atau tuntutan sudah cukup untuk menjebloskan orang dalam penjara. Kekuasaan menjadi penentu bagaimana nasib orang yang dipenjara. Kekuatan menjadi ukuran, dan kehidupan tidak bernilai lebih daripada kemampuan yang ditunjukkan.

Di tengah permainan kekuasaan, Kepala Penjara adalah wakil dari kekuasaan. Di satu sisi, ia harus menunjukkan diri dengan sempurna. Tidak boleh ada kesalahan, tidak boleh ada kegagalan. Di sisi lain, tidak ada yang dapat menentang kepala penjara, karena itu berarti menentang kekuasaan yang diwakilinya.

Jadi, bayangkan sosok kekar Kepala Penjara. Tubuh yang besar kuat mengerikan. Kehadirannya mengancam, menakutkan. Para pengusaha berupaya nenariknya berpihak pada mereka, dan itu membuat kehidupan kepala penjara makmur. Namun ia tidak menjawab orang biasa atau kepala setempat,
karena Kepala Penjara hanya tunduk kepada Raja dan tanda kekuasaannya. Tidak jarang, Kepala Penjara juga harus menangkap jenderal atau gubernur pemberontak. Sungguh sosok kekar yang menakutkan!

Bagaimana menjelaskan kabar baik tentang keselamata. kepada orang yang tidak tersentuh oleh manusia lain di sekitarnya?

Jalan Tuhan dimulai dengan seorang perempuan muda yang kesurupan, serta dua orang rasul yang harus menghadapi gangguan menyebalkan darinya sepanjang jalan. Bayangkan jika kita yang menjadi kedua penginjil itu, betapa tersiksa rasanya!

Respon yang bisa diduga, sang rasul mengusir iblis dari perempuan itu. Tetapi akibatnya lebih menyusahkan: para pengusaha yang memakai kuasa iblis di si perempuan itu menjadi marah, dan menangkap serta menjebloskan kedua orang malang itu ke penjara. Bukan hanya ditangkap, mereka juga lebih dahulu disiksa habis-habisan. Sakitnya!

Apa reaksi kita jika berada dalam situasi serupa? Adakah kita menjadi marah dan kecewa dan putus asa? Berapa sering kita berniat baik memberitakan Injil, tapi malahan mendapati kemalangan terjadi atas kita, seperti baru kena kutuk neraka?

Rasul Paulua dan Silas bernyanyi di penjara. Mereka menunjukkan iman. Di sini kuasa yang lebih besar dinyatakan, sehingga terjadilah hal yang tidak mungkin. Pintu penjara terbuka. Pintu kepada si Kepala penjara turut terbuka.

Jalan Tuhan tidak dapat diduga. Jika kita mau memberitakan Injil, perhatikanlah. Barangkali jalan yang terbuka tidak nampak nyaman, tetapi ini perlu. Dan kita tetap menerimanya dengan sukacita.

Terpujilah TUHAN!
Published with Blogger-droid v1.6.3

Tidak ada komentar: