Cari Blog Ini

17 Oktober 2010

Terus

Terus. Artinya melanjutkan, tidak berhenti. Kalau mobil disuruh jalan terus oleh polisi, walaupun lampu lalulintas berwarna merah boleh tetap bergerak maju. Tidak berhenti. Kalau orang kerja terus, ia masih mengerjakan apapun yang diperlukan walaupun jam kantor telah berakhir.

Apa kita suka terus? Kita bayar tol agar bisa jalan terus. Sekarang ini, semakin banyak kantor yang tetap aktif sampai jauh malam. Jam kerja menjadi semakin tidak jelas, terutama untuk tingkat atas. Kita berjuang untuk terus, sekaligus kita tidak suka terus-menerus, kecuali kita memaksakan diri. Manusia mau sejahtera, dan untuk menikmatinya harus berhenti. Celakanya, ada kompetisi dan pertandingan yang memaksa untuk terus. Pendapatannya ada, tapi tidak dapat menikmatinya.

Jadi, kita dipaksa untuk terus dalam hal seperti kompetisi dan kerja, sambil kita juga berhenti untuk hal-hal lain. Kita berhenti melayani Tuhan. Kita berhenti melakukan hal-hal yang diajarkan kepada kita sewaktu masih kecil. Kita berhenti mengajarkan hal-hal yang perlu kepada anak-anak, karena kita memaksakan diri, atau dipaksa, untuk terus bekerja, terus berjuang. Kita berhenti bersikap jujur, karena kita terus bersaing mencari untung. Kita berhenti untuk alasan yang salah. Kita terus untuk alasan yang sama salahnya.

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, supaya terus ada di jalan itu sampai tua; demikianlah sabda penulis Amsal. Jalan yang patut adalah jalan yang benar, juga jalan yang memberi kehormatan.

Kepatutan berbanding lurus dengan martabat, dengan status. Setelah kita menjadi anak-anak Allah, menjadi umat-Nya, ada status yang mengiringi martabat, kehormatan, dalam setiap jalan dan cara yang kita lakukan. Ini bukan sekedar ilmu, melainkan apa yang sesuai dengan keberadaan kita. Di luar sana ada banyak pilihan, banyak cara dan jalan yang bisa dipilih, tetapi pilihan kita dibatasi oleh martabat kita.

Sejak muda kita harus belajar, dan mengajari anak muda, mengenai status dan martabat keberadaan umat Tuhan. Mereka perlu tahu, bahwa status ini bukan diperoleh atau diusahakan, melainkan diberikan. Kita harus bertanggung jawab kepada Tuhan yang memberikannya, sama seperti warganegara bertanggung jawab terhadap Rajanya. Ada banyak pilihan, namun tidak semuanya dapat diambil.

Kalau kita berpikir bahwa hal ini mengikat, memang menjadi ikatan. Tapi kita tidak punya pilihan, karena jika kita tidak mengikut Tuhan, maka kita akan ditaklukkan oleh iblis dan kerajaannya. Tidak ada pihak netral, kalau kita tidak tunduk pada Tuhan, maka kita harus tunduk pada iblis yang mengikat lebih kencang, sampai kita tidak punya pilihan selain pilihan sang iblis. Kalau kita tidak mengikuti jalan yang patut, kita akan diikat melalui jalan yang tidak kita ketahui.

Tidak banyak kesempatan, maka perjalanan ini harus dimulai sejak muda. Kita masih bisa memilih berbagai hal, karena jalan yang patut itu bukan hanya satu. Di sana ada kebebasan, ada kehendak yang dihormati, bahkan oleh Tuhan yang memberi kehendak bebas. Iblis tidak pernah menghormati hal itu.

Mari kita terus berjalan di jalan yang patut bagi kita!
Published with Blogger-droid v1.6.3

Tidak ada komentar: