Cari Blog Ini

31 Oktober 2010

Fondasi

Fondasi adalah yang pertama dibuat. Semua bangunan harus memperhatikan fondasi, kalau mau bertahan untuk jangka panjang. Ini pekerjaan yang tidak menyenangkan, karena berat dan kotor, harus menggali tanah dan batu. Tidak ada 'kesaksian' yang dapat diberikan mengenai fondasi, walaupun fondasi menentukan kapasitas bangunan, berapa tingkat yang dapat dibuat. Orang kagum saat melihat gedung tinggi, namun berapa yang terpesona oleh fondasinya? Tidak terlihat. Tidak terpahami.

Karena tidak terpahami, orang sering berpikir bahwa urusan membuat fondasi adalah kepandaian ahli bangunan, para insinyur sipil. Asal menggali, taruh batu, jadilah. Orang yang tidak paham, mungkin tidak mau menyediakan banyak dana. Uang yang ada lebih baik untuk dinding dan atap, betul?

Tidak, karena di kala musibah gempa, rumah tanpa fondasi kokoh akan runtuh. Dan tidak, orang tidak cukup hanya sekedar ahli membangun fondasi. Sebuah fondasi terkait kepada tanah di sekitarnya. Jika tanah berpasir, fondasi tidak kuat sehingga harus diperdalam, sampai ketemu batu keras. Itupun, jika tanahnya bergerak-gerak karena perubahan lempengan bumi, rumah yang didirikan tetap bisa rubuh.

Rumah kita adalah kehidupan kita, demikianlah kehidupan juga membutuhkan fondasi, dasar yang teguh. Tanpa dasar yang kokoh, guncangan hidup tidak tertanggungkan. Kematian tiba-tiba. Kecelakaan yang membuat cacat. Terkena penyakit yang sangat berat. Menjadi korban kejahatan. Tiba-tiba saja, harapan menghilang, lenyap. Apa yang masih tersisa untuk masa depan, jika seluruh dinding dan atap telah runtuh?

Fondasinya. Di atas dasar apa kehidupan kita dibangun?

Tuhan Yesus adalah batu karang yang teguh. Dia tidak bergeser, tidak berubah. Dia adalah jalan, dan kebenaran, dan kehidupan. Orang bisa membangun dengan sebuah kepastian dan jaminan dalam kekekalan. Tidak akan ada gempa. Jika angin badai bertiup keras, kehidupan yang tertanam dalam Yesus akan bertahan.

Dalam kehidupan, saat pertamanya adalah kelahiran. Untuk memiliki Yesus Kristus sebagai dasar, orang harus dilahirkan kembali. Orang bisa mengganti atap, merubah dinding, tapi untuk mengganti fondasi, ia harus mulai lagi dari lahir. Dari titik awal kehidupan.

Orang bisa membangun kehidupan yang mempesona di atas dasar yang rapuh. Kita melihatnya, bahkan merasa iri seperti Asaf, sang pemazmur. Ia lihat orang jahat hidup senang, bisa mendapatkan apa saja yang ia mau, dan kelihatan bahagia. Semua nampak baik, sampai tiba guncangannya. Sekali terkena gempa, dan lihatlah bagaimana seluruhnya runtuh dalam seketika!

Di atas dasar ini, kita mengusahakan: ada yang menanam, ada yang menyiram, tapi hanya Tuhan yang memberi pertumbuhan. Kita dibangun oleh Tuhan, dan jalannya adalah lingkungan di sekitar kita. Istimewanya, Tuhan mengijinkan kita memakai bahan sesuai selera kita sendiri. Tentu saja kelak ada ujiannya, seperti saat kebakaran. Bagaimanapun juga, kita akan tetap selamat selama dasarnya tetap kokoh dalam Kristus.

Terpujilah TUHAN!
Published with Blogger-droid v1.6.4

Tidak ada komentar: