Cari Blog Ini

09 Maret 2016

Kenapa Dengan OKI?

Mulanya, saya merasa heran dengan hasil Deklarasi OKI di Jakarta. (http://www.bbc.com/…/2016/03/160306_indonesia_ktt_oki_dampak)
Ayolah. Sebesar apa kondisi krusial di Palestina?
Tapi, membaca ft.com hari ini "Saudi Arabia turns the screw on Lebanon's economy" -- terlihat bahwa pilihan deklarasi OKI memang harus begitu. Negara-negara Islam harus memiliki musuh bersama, yang bernama Israel.
Walaupun, dalam setahun terakhir, tidak ada isu baru dan genting yang muncul di Palestina. Beritanya kurang lebih serupa: kelompok-kelompok pejuang Palestina menyerang penduduk sipil Israel, yang memicu tentara Israel mengejar dan mengisolasi desa-desa di Palestina, yang kemudian diberitakan sebagai gerakan pendudukan Israel ke Palestina, serta membenarkan perlawanan Palestina dengan menyerang sipil Israel, yang mendorong tentara Israel mengejar...... dan seterusnya.
Bertahun-tahun seperti itu. Para pemimpin negara Islam, termasuk Pak Jokowi, mustahil tidak memahami kondisi ini.
Namun Israel sebagai musuh bersama, adalah jangkar yang mempersatukan negara-negara Islam. Tanpa Israel, peperangan di antara negara Islam bisa hebat sekali.
Perang dingin yang terjadi adalah antara Iran, yaitu Syiah, dengan Arab Saudi, yaitu Sunni. Peperangannya terjadi di Lebanon; pasukan Hizbullah (yang tahun 2006 memerangi Israel) adalah kelompok Syiah, yang didukung Iran. Pemerintah Lebanon selama ini didukung oleh Arab Saudi. Jadi, di Lebanon selama bertahun-tahun terjadi pertentangan, seperti bara api dalam sekam.
Februari lalu kelompok negara-negara teluk (Gulf Cooperation Council) telah menyatakan Hizbullah sebagai organisasi teroris. Pemerintah Arab Saudi menahan bantuan USD $3 Milyar bagi tentara Lebanon. Ini jadi tekanan yang bisa mengganggu stabilitas Lebanon.
Sementara itu, Arab Saudi masih belum berhasil menghancurkan basis suku Houthi yang Syiah di Yemen.
Begitu pula, di Syria, pasukan pemberontak yang didukung negara Teluk DAN Amerika mengalami kekalahan melawan tentara Pemerintahan Bashar Al-Assad yang didukung oleh Iran dan Rusia.
Keramaian ditambah oleh Turki, yang Pemerintahan Erdogan cukup bermasalah dengan Rusia, yang menunjukkan bagaimana ISIS diam-diam bertransaksi melalui Turki. Ada bukti-bukti bahwa tentara Turki bekerja sama dengan ISIS; padahal, Turki masih menjadi anggota NATO dan ISIS belum lama ini membuat teror yang hebat di Perancis.
Di dalam sisi kemanusiaan, ada gelombang pengungsi dari Suriah, yang bukan hanya pergi ke Eropa dan sekarang ditolak di sana. Para pengungsi juga masuk ke Lebanon, yang masih punya masalah ekonomi berat.
Perlawanan terjadi, seperti yang dinyatakan oleh pimpinan Hizbullah, Hassan Nasrallah. Ia mengecam sikap intervensi Arab Saudi, bahkan lebih dari kecamannya terhadap Israel. Jelaslah ada potensi konflik besar berikutnya, karena Lebanon yang punya kesulitan ekonomi, mungkin akan mendekat kepada Iran.
Negara Iran sendiri kini telah bebas dari sanksi ekonomi, sedang memperkuat aliansinya dengan pemerintahan di Irak yang sekarang juga Syiah.
Untungnya, eskalasi tidak terjadi dengan cepat karena semua pihak mengalami kesulitan ekonomi, yang disebabkan rendahnya harga minyak bumi. Seandainya saja harga minyak bumi masih berada di level di atas $60 oer barrel, dengan dana yang ada mungkin konflik sudah menjadi perang terbuka.
Ini semua menjadi latar belakang negara-negara OKI, dan mereka tidak membahas bagaimana bisa berdamai di antara negara Islam. Sebaliknya, resolusi adalah untuk bersatu melawan musuh yang sangat besar dan sangat mengerikan, Israel.
Bagi Indonesia?
Baguslah jika memang semuanya mau memerangi Israel. Posisi teraman bagi Indonesia.
Karena, jika sampai terjadi pecah perang Sunni vs Syiah, dan mungkin bisa menarik Amerika vs Rusia di belakang masing-masing pihak (kemungkinan kecil Amerika mau langsung berhadapan dengan Rusia) -- ada kemungkinan cukup besar kedua belah pihak mencari dukungan ke Indonesia.
Sangat bodoh jika Indonesia mau terlibat dalam perang Syiah vs Sunni. Tapi, lihat saja bagaimana propaganda anti-syiah sudah diluncurkan pihak-pihak Sunni di media sosial....

Tidak ada komentar: