Cari Blog Ini

23 Maret 2016

Paskah, Jalan Langsung

Ketika tanggal 21 Maret kemarin orang-orang berdemo, ada sesuatu yang berbeda.
Demo kemarin bukan tentang kebijakan. Bukan tentang keputusan Pemerintah atas sesuatu.
Demo kemarin adalah tentang persaingan. Pemerintah didemo karena tidak membuat keputusan, karena tidak mencegah ada kemajuan dan perubahan. Kenapa Pemerintah tidak membuat segala sesuatu seperti sediakala?

Orang-orang ini terbiasa berhubungan dengan "jalur bisnis" -- mereka jadi sopir, bekerja pada perusahaan, yang menyediakan jalan dan cara kerja serta pengharapan. Berharap bahwa situasinya akan seperti itu bagi semua orang: kalau mau berusaha maka harus memakai jalur perusahaan, harus memakai baju seragam, harus mentaati peraturan perusahaan, dan memenuhi setoran. Selebihnya, boleh bawa pulang. Bersaing dalam cara seperti itu, bergerak dengan koridor itu.

Jalur langsung? Tidak masuk akal. Hubungan melalui gadget? Tidak bisa diterima. Harus memakai jalur ini.

Peristiwa ini terjadi dalam masa Paskah, yang puncaknya pada hari Minggu, 27 Maret nanti.

Peristiwa kemarin itu bisa menggambarkan bagaimana manusia mau berhubungan dengan Tuhan. Cara yang lama, cara yang dahulu, adalah melalui "jalur rohani" -- mereka jadi umat, beribadah melalui upacara agama tertentu, yang menyediakan jalan dan cara kerja serta pengharapan. Berharap bahwa situasinya akan seperti itu bagi semua orang: kalau mau berkomunikasi dengan Tuhan maka harus memakai jalur imam. Pemimpin agama. Pandito. Pendeta.

Lalu tibalah cara baru, yang tidak masuk akal. Kini orang berhubungan langsung. Direct Access. Ya, orang tetap berdoa -- tapi kini ada Roh Kudus yang berada bersama setiap individu. Ini seperti aplikasi khusus yang tertanam dalam hati manusia (bukan gadget), yang mengajarkan kebenaran, yang berdoa bagi manusia dengan keluhan yang tidak tersampaikan.

Semua ini terjadi karena Tuhan Yesus Kristus dahulu sudah disalibkan, mati, dan bangkit pada hari ketiga, lalu naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Maha Kuasa. Jreng! Connected! Tuhan Yesus menjadi Imam yang menghubungkan manusia dengan Bapa. Roh Kudus menjadi ujung satunya yang menyertai setiap orang percaya. Langsung.

Dan ini adalah situasi yang juga tidak dapat diterima. Bagaimana mungkin, seorang biasa boleh berhubungan dengan Sang Khalik, Pencipta alam semesta? Maka beberapa juga melakukan demo, menolak, mencibir -- para imam yang kehilangan sumber pemasukan, juga mencegat orang Kristen di tengah jalan dan menganiaya mereka. Para pemimpin agama, bahkan juga pemimpin gereja, menginginkan orang-orang hanya bisa berhubungan dengan Tuhan melalui mereka saja -- ada banyak keuntungan di sana.

Hubungan langsung ini, adalah suatu kerugian. Tapi, kenapa harus melalui imam jika Tuhan sudah membuat jalan bagi semua orang?

Paskah adalah momen pembebasan. Bebas dari kuasa maut. Bebas dari ikatan seremoni ritual. Semua hubungan dengan Tuhan adalah anugerah, pemberian. Tidak ada lagi bagian dari seremoni manusia yang 'berjasa' membuat hubungan dengan Tuhan. Jika itu pernah terjadi dahulu di Bait Allah, tirai pembatas Bait Allah telah terobek. Bait Allah juga tidak ada lagi.

Ketika kita melakukan kebaktian, ketika melaksanakan seremoni -- itu adalah respon terhadap anugerah. Kita beribadah karena bersyukur, bukan karena ingin mencapai sesuatu. Kita berbakti sebagai wujud bakti orang yang telah menerima, bukan sedang mencari. Merayakan Paskah adalah merayakan penerimaan, bukan pencarian.

Maka, dalam Paskah yang ada hanyalah Berita. Tuhan Yesus telah bangkit! Yesus adalah Kristus, Tuhan! -- Berita ini disebarkan dan diteruskan dan dirayakan. Dibuat jadi drama. Dibuat jadi kegiatan anak-anak. Dicampurkan dengan kebudayaan lama -- telur dan kelinci, yang merupakan simbol kehidupan dan kesuburan. Beberapa melihatnya sebagai bagian dari ritual terpenting untuk mengingat bagaimana Tuhan sudah mati dan berkorban bagi manusia. Jadi, umat Tuhan harus tunduk dan taat pada segala perintah dan dogma dari pemimpin gereja…. dan kembali lagi pada keterikatan.

Tuhan sudah bangkit, dan itu membuat setiap orang dapat menjalani jalan yang langsung kepada Allah Bapa. Wahai, bukankah kita memangil-Nya, "Bapa", seperti yang diajarkan Yesus? Hormatilah anugerah itu. Rayakanlah Paskah. Bersyukurlah, terimalah, nikmatilah.


Selamat menjalani kehidupan yang diberikan-Nya. Hidup itu kekal, tidak ada kesudahannya.

Tidak ada komentar: