Cari Blog Ini

21 Maret 2016

Talenta


Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."
(Mat 25:14-30)

Tiga hal yang bisa dipelajari.

Hal yang pertama, bagian perikop ini ada di Matius 25, yang membahas tentang hari kedatangan Tuhan yang kedua. Ini kisah yang dituturkan Yesus setelah kisah tentang 10 gadis yang menunggu pengantin pria, 5 pandai dan 5 bodoh. Ini kisah yang dilanjutkan tentang Tuhan akan memisahkan ilalang dan gandum di hari kedatangan-Nya.

Maka perlu kita taruh seluruh bagian ini dalam pengajaran tentang akhir jaman.
Bagaimana pada akhirnya? Bagaimana kita mempertanggungjawabkan karya kita di hadapan Tuhan?

Semua ini akan dialami manusia pada akhir jaman. Kalau meninggal sekarang, akan menunggu sampai tiba saatnya. Tetapi kesempatan manusia adalah ketika masa dalam hidupnya. Yang penting adalah pemahaman bahwa kehidupan ini bukan berakhir dalam tubuh ini saja. Manusia mempunyai waktu yang lebih panjang dibandingkan masa hidup tubuhnya.

Hal yang kedua, pengertian bahwa TUHAN mempunyai orang-orang yang berada dalam rumah-Nya. Kepada orang-orang ini, TUHAN memberikan:
  1. Kemampuan untuk mengelola uang
  2. Talenta, yaitu uang
  3. Wewenang untuk mengerjakannya

Jadi, kita mempunyai kesanggupan dan sumber daya dan wewenang untuk mengerjakan.
Ada yang diberikan banyak. Ada yang diberikan sedikit.

Yang menerima banyak, akan menghadapi situasi yang lebih kompleks, lebih rumit. Urusan yang lebih besar; mengerjakan satu proyek dengan modal 5 talenta, langsung menghasilkan 10 talenta -- kalau berhasil. Risiko besar

Yang menerima sedikit, akan menghadapi situasi yang lebih sederhana, dengan risiko kecil, hasil yang kecil juga. Untuk mendapatkan hasil duakali lipat, harus berulang-ulang mengerjakan hal yang sama, yang sederhana. Risikonya kecil, tapi butuh ketekunan untuk mengulang-ulang pekerjaan.

Ada orang yang mampu mengerjakan hal besar yang rumit, ada juga orang yang sederhana. Tuhan tidak perlu memberikan semua orang dengan kekuatan yang sama. Tapi bagi yang menerima kemampuan besar, ada risiko yang lebih besar. Tanggung jawabnya sama; tidak berarti orang yang mendapat sedikit akan lebih sedikit bertanggungjawab.

Hal yang ketiga adalah tuntutan untuk MEMBERI. Kita melihat hal ini dari apa yang terjadi ketika Tuhan datang. Orang yang mendapat 5 talenta dan 2 talenta, memberikan kemampuannya. Orang yang menerima satu talenta, tidak bersedia memberi -- ia merasa Tuhan tidak adil, tidak menanam (tidak bekerja) tapi mengharapkan hasil.

Perhatikanlah: hamba dituntut untuk memberi, bekerja. Orang harus positif, artinya memberi. Tujuan orang Kristen adalah memberi, bukan menerima.

Dunia ini bekerja sebaliknya: mau menerima, bukan memberi.

Mari kita lihat sekarang, bagaimana masalah terjadi. Tujuan orang adalah menerima sebanyak-banyaknya dengan modal, tenaga, dan waktu yang sesedikit-sedikitnya. Ketika situasi menjadi sukar maka yang menjadi sasaran adalah memperoleh UANG TUNAI sebanyak-banyaknya. Cash is the King.

Kenapa Cash is The King? Karena dalam bentuk Cash, penurunan tidak terjadi. Paling sedikit nilai yang tertera pada uang tidak akan berkurang. Bank Sentral di berbagai negara maju membuat kondisi di mana Suku Bunga adalah NEGATIF. Kalau orang taruh uang di Bank, ia kena 'hukuman' pengurangan uangnya. Maka paling baik memegang uang tunai, menyimpan uang tunai secara harafiah.

Masalahnya? Karena saat ini kemampuan orang untuk menghasilkan tidak lagi sebesar dahulu. Kenapa tidak sebesar dahulu? Karena, situasi saat ini tidak lagi seperti 10 tahun yang lalu, tahun 2006.

Apa yang terjadi 10 tahun yang lalu?
Saat itu, orang membesarkan harapan. Karena mempunyai harapan, maka investasi dilakukan. Harapan dikonversi menjadi peningkatan uang, dalam bentuk peningkatan nilai efek dan property. Beli rumah 500 juta. Langsung tawarkan kepada orang lain 750 juta -- ada yang beli karena punya harapan harganya jadi 1 M.

Kenapa bisa begitu? Karena orang meyakini bahwa uangnya akan bertambah dengan cepat, bisnisnya akan bertumbuh dengan cepat, diharapkan demikian. Banyak pernyataan, cerita, suara, yang didengungkan tentang peningkatan ekonomi -- di seluruh dunia.

Kenapa bisa meningkat begitu?
Karena, saat itu The Fed membuat suku bunganya rendah sekali sedangkan imbal hasil masih tinggi. Waktu itu, The Fed membuat gelembung…. Yang meletus di tahun 2007, jadi krisis subprime mortgage 2008. Yang belum dipahami orang waktu itu adalah, bagaimana gelembung juga terjadi dalam kehidupan orang-orang yang menikmati gelembung yang dibuat The Fed.

Jadi waktu gelembung itu pecah, CDO yang berdasarkan subprime mortgage jadi 'racun'…. Itu tidak ada di seluruh bank, tetapi masalahnya tidak ada yang tahu mana bank yang kena racun dan bank mana yang aman. Situasinya membuat semua bank dianggap bisa bermasalah dan mudah runtuh. Diam-diam, gaya hidup juga merupakan gelembung dan pecah. Ini menjadi letusan susulan di tahun 2011.

Prinsipnya begini: orang bekerja sama, atau bahkan lebih sedikit, tetapi mendapat bayaran lebih tinggi, dan meyakini bahwa ia bisa dibayar lebih tinggi lagi, mereka membuat hutang yang hanya bisa dibayar jika di masa depan gajinya naik lebih besar lagi.

Berhutang, ia membeli rumah yang sebenarnya tidak sanggup ia beli, tetapi bank memberikannya juga karena yakin bahwa kenaikan harga rumahnya lebih besar daripada bunga kreditnya. Sederhananya: mengambil lebih banyak, memberi lebih sedikit. Tidak mampu (atau tidak mau capek) memproduksi, tapi ingin dapat semua peningkatan gaya hidup, sesuai dengan apa yang ditampilkan film dan tv….

Ketika terjadi gelembung pecah, semua kehilangan kepercayaan. Maka, harapan juga hilang; bagaimana bisa berharap pada apa yang tidak dipercayai? Orang lantas mengejar uang sebagai Raja jika kondisinya tunai, karena dalam kondisi ini nilainya tetap, tidak menurun.

Untuk itu, orang menyimpan dan mereka juga berusaha mengambil -- tidak bekerja, tapi meminta makan. Siapa yang peduli pada mandat Tuhan untuk terus bekerja dengan tekun, memutarkan uangnya? Mereka memilih menyimpan uangnya di bawah kasur!

Jadi, dalam hal ini orang-orang menjadi seperti yang menerima hanya 1 talenta itu, sesuai dengan kondisi di mana ekonomi susah dan tidak ada yang menerima 5 talenta. Merasa tidak menerima kemampuan lebih, merasa Tuhan tidak "cukup bekerja dalam diri saya" -- maka memilih untuk berdiam diri, tidak mau ambil risiko, tidak mau cape.

Kepada yang demikian, yang meributkan soal "keadilan" dan menuntut Tuhan bekerja -- mereka tidak memberi apa-apa, karena tidak merasa menerima apa-apa.

Orang Kristen juga, bisa merasa Tuhan tidak bekerja apa-apa, tidak memberi saya apa-apa. Mungkin Tuhan sudah memberi kemampuan, tapi Dia tidak memberi cukup modal. Tidak memberi cukup uang untuk bekerja lebih.

Maka orang memilih untuk tidak memberi lebih. Tidak produktif, tidak melayani, tidak mengusahakan. Sudah saja begini, tunggu saja nanti Tuhan bekerja. Sementara itu hidup masih terus berjalan, jadi boleh dong berhutang untuk smartphone baru itu kan…. Sesuatu yang tidak produktif, tidak meningkatkan produktivitas.


Inilah masalah dunia sekarang. Apakah kita menjadi bagian dari masalah, atau jadi bagian dari solusi?

Tidak ada komentar: