Cari Blog Ini

20 Mei 2016

Kebangkitan Nasional

Kebangkitan Nasional, hari ini ya. Kita mengingat berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei 1908. Pada saat itu, ada sekolah kedokteran STOVIA yang memiliki mahasiswa bernama Soetomo yang punya gagasan mendirikan organisasi untuk memperjuangkan masa depan bangsa dan tanah air. Pada waktu berdiri, Boedi Oetomo bukan gerakan politik. Pimpinannya adalah para bangsawan Jawa, sedang penggeraknya adalah para pemuda Jawa.

Mau dibilang nasionalisme.... awalnya ini untuk suku Jawa saja, dengan Bupati Karanganyar, Raden Adipati Tirtokoesoemo menjadi Ketua atau Presiden yang pertama. Utamanya adalah kebudayaan dan pendidikan, bukan politik. Setelah Boedi Oetomo, juga ada Sarekat Dagang Islam, yang belakangan jadi Sarekat Islam, yang menjadi organisasi yang menyatukan orang-orang Islam di Solo. Ini pun bukan nasionalisme, karena hanya untuk orang Islam.

Nasionalisme baru tercetus oleh Douwes Dekker, juga oleh Soewardi Suryaningrat alias Ki Hadjar Dewantara dan Tjipto Mangoenkoesoemo - ini membuat Belanda marah dan memasukkan ketiganya ke penjara. Nasionalisme tidak lagi melihat suku Jawa. Tidak lagi melihat agama. Nasionalisme adalah tentang kemerdekaan orang-orang yang lahir di tanah air Indonesia, bebas dari kehendak orang asing, menolak eksploitasi asing atas tanah air dan darah Indonesia.

Berapa banyak bangsa di dunia yang berminat untuk mengeksploitasi tanah air dan darah Indonesia? Banyak. Ada Portugis, ada Belanda. Lalu ada Jepang, dalam peperangan mereka melawan Amerika di PD II. Cara-cara lama adalah melalui peperangan.

Setelah PD II, peperangan bukan lagi menjadi opsi yang mudah atau murah. Lebih mudah memanipulasi dan melobi pemimpin, dan kita lihat selama periode orde baru ada banyak perusahaan Amerika Serikat yang bebas mengeksploitasi Indonesia oleh rezim Soeharto. Kalau orang meributkan bagaimana kondisinya pada hari ini, meributkan perpanjangan kontrak Freeport -- ingatlah bagaimana Freeport McMoran memulainya!

Dalam periode kebangkitan gerakan Islam di Arab Saudi, siapa bilang orang dari Timur Tengah tidak berminat pada Indonesia? Pergerakan melalui cara yang lain, lewat cara-cara penyebaran agama. Tiba-tiba saja kita dikejutkan oleh orang-orang yang berjubah ala Timur Tengah di tengah jalan -- mereka tidak lagi berbudaya nusantara. Orang-orang ini bahkan dengan terang-terangan menyatakan mau mendirikan kekhalifahan di Indonesia, mereka menolak Pancasila.

Mungkin, orang Indonesia memang gampang untuk dibeli. Waktu Belanda datang untuk berdagang -- VOC itu adalah perusahaan dagang -- raja-raja yang serakah dengan sengaja 'memanfaatkan' kekuatan para bule itu, dengan bedil dan teknologi besi untuk bikin senjata, sehingga bisa mendesak kerajaan tetangga. Waktu itu belum ada persatuan Indonesia, semua raja masih ingin berkuasa sesukanya. Tanpa mereka sadari, para bule Belanda itulah yang mengendalikan mereka, membuat mereka hanya jadi boneka. Satu abad kemudian, VOC bisa menjajah Indonesia. Siapa yang salah?

Jika saat ini orang Arab membawa agama (bukan mereka yang datang ke sini, melainkan kita yang datang ke sana), apakah orang Indonesia tidak jatuh untuk kembali menjadi boneka? Dengan datangnya pengaruh Timur Tengah, masuk pula keributan yang terjadi di sana. Keributan Sunni melawan Syiah, Arab Saudi melawan Iran --- dan di Indonesia juga ada gerakan anti Syiah yang luar biasa. Keributan dengan Ahmadiyah dari Pakistan-India Utara, dan di Indonesia juga ada gerakan anti Ahmadiyah.

Semua ini baru terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Padahal, kehadiran Syiah, Ahmadiyah, sudah puluhan tahun ada di Indonesia. Ini adalah negara yang beragam dan terbuka, bukan negara Islam. Entah kenapa, orang lupa bahwa dahulu sekali, agama Hindu menguasai Nusantara lalu datang Buddha, terus Islam oleh Walisongo di abad ke-14, lalu datang Kristen bersama orang Belanda di abad ke-16. Agama Islam baru berkembang secara nasional di abad ke 20 oleh Sarekat Islam…. dan nasionalisme adalah menerima semua perbedaan ini, sebagai sama-sama memiliki tanah air yang sama. Entah dia itu Jawa, atau Batak, atau Tionghoa, atau Dayak, atau Toraja, atau Ambon, atau Papua. Entah dia itu Islam, atau Hindu, atau Buddha, atau Kristen atau Katolik, atau kepercayaan lama. Entah dia itu bangsawan priyayi, atau dia itu petani atau nelayan.

Indonesia adalah bagi semua yang terlahir di tanah ini. Ketika ibunya berdarah-darah melahirkan, mengalir di tanah Indonesia. Ketika hirupan nafas pertama adalah dari udara Indonesia. Keberbedaan latar belakang di antara kita tidak memberi ijin bagi bangsa asing, entah itu Belanda atau Amerika atau Arab -- untuk mengatur-atur kehidupan di Indonesia. Kebangkitan Nasional adalah momen munculnya Nasionalisme -- walaupun mungkin belum disadari oleh pendirinya pada saat Boedi Oetomo didirikan. Kita dapat bermusyawarah untuk menentukan kehidupan kita sendiri. Orang asing, tidak usah ikut campur.

Selamat Kebangkitan Nasional. Semoga tetap bangun dan berdiri di sisi yang benar.

Tidak ada komentar: