Cari Blog Ini

13 Mei 2016

Palu Arit

KOMUNISME TELAH GAGAL dengan bukti pecahnya Uni Soviet tahun 1991. Palu telah patah. Arit telah tumpul. Penyebabnya belum sepenuhnya dipahami orang, karena ada banyak sekali faktor, tapi bisa terlihat bahwa akhirnya, bubar. Yang bubar adalah negara Uni Soviet. Bagaimana dengan komunisme?

Komunisme itu sendiri mempunyai ciri komunal, artinya berkelompok, di mana ada yang mengarahkan, mengatur, tanpa ada kebebasan individual secara utuh. Doktrinnya tidak boleh dikritik, tindakannya harus selalu ditaati, dan yang paling berkuasa adalah ucapan Pemimpin Besar. Dalam prakteknya, ucapan seorang Pemimpin dapat menggerakkan massa dan partai, yang menjadi kekuatan yang hebat -- melakukan demonstrasi, membuat revolusi.

Kenapa revolusi? Karena sebelumnya, kehidupan dikuasai oleh segelintir orang yang mempunyai modal, punya kapital. Komunisme adalah reaksi terhadap kapitalisme yang kebablasan, yang serakah dan manipulatif. Begini lho: dahulu sekali, di Eropa, penduduk hidup sebagai petani, dengan para bangsawan sebagai penguasa sekaligus pelindung mereka. Lalu, tibalah jaman modern dan industrialisasi. Ada orang yang lebih cerdas daripada orang lainnya, mereka berhasil berproduksi dan berdagang, sehingga mempunyai modal atau kapital lebih banyak. Mereka terus membuat pabrik baru, lahan baru.

Perlahan-lahan, para pemilik modal, para kapitalis menggantikan peran para bangsawan. Kalau bangsawan punya tanah, para kapitalis punya pabrik. Tetapi keduanya serupa: mereka memandang diri tinggi dan para pekerja adalah kaum yang lebih rendah (secara harafiah: para bangsawan tinggal di puri yang tinggi, dan para kapitalis berkantor di lantai gedung tertinggi. Semua pekerja beraktivitas di bawah mereka). Semua orang bekerja banting tulang dengan upah rendah, sementara kapitalis mendapatkan keuntungan yang gila-gilaan bagi dirinya sendiri, yang memampukan untuk buat pabrik berikutnya dan berikutnya.

Tanah dan pemakaiannya diatur oleh negara, jadi para bangsawan itu juga diatur oleh raja atau perdana menteri. Tetapi pabrik didirikan dan dijalankan hanya oleh keinginan si kapitalis. Lama-lama, para pekerja yang diberi nama "kaum proletar" itu berpikir -- kurang ajar sekali si kapitalis ini. Proletar bekerja seperti orang gila, si boss hidup bersosialita dan tidak berkeringat namun mendapat keuntungan terbesar. Bukankah hasil kerja adalah kumpulan dari keringat banyak orang?

Maka, komunisme muncul dan menghancurkan para kapitalis. Negara menjadi komunis, maka harta dan aset tidak lagi ada yang milik individual -- semua disita, jadi milik negara, milik bersama. Para pemimpin membentuk partai politik, partai komunis, dan menjadi pengatur bagi semua kehidupan. Yang terjadi kemudian: lepas dari kapitalisme, paham komunisme mengembalikan orang dalam sistem yang serupa dengan kediktatoran feodalisme. Gantinya peran para bangsawan adalah para Pemimpin Partai. Sifat korupsi dan manipulatif dari manusia membuat pemimpin partai sebagai raja baru yang memerintah dengan gaya baru, tapi prinsipnya serupa.

Seperti raja, mereka tidak boleh dikritik, tidak boleh dipertanyakan, dan setiap penentang bisa dihukum atau disingkirkan. Pemimpin besar menjadi tokoh kharismatik dan semua tindakannya harus dipandang benar. Rakyat dibatasi dari informasi dan "ajaran menyesatkan", sebaliknya semua informasi hanya boleh datang dari "sumber resmi yang benar" kata lain dari sumber yang telah disensor dan dimanipulasi.

Orang boleh saja berusaha, dan dalam banyak kasus, kecakapan dan kecerdasan individual memulai berkembangnya sebuah bisnis. Dalam kenyataan, bisnis tidak dibangun oleh banyak orang; ide cemerlang biasanya muncul dari satu kelompok kecil (atau bahkan individual) yang bertekad mewujudkan mimpi. Usaha boleh dibuka dan dibiarkan berkembang, hingga besar. Ketika telah menjadi besar dan melibatkan banyak orang, tiba-tiba negara datang dan bisa mengambil alih semua karya dan hasil jerih payah perseorangan, demi menjadi manfaat bagi rakyat. Tidak ada orang yang boleh mempunyai aset pribadi yang terlalu banyak.

Makanya di negara komunis, para pemimpinnya menyimpan kekayaan pribadi mereka melalui jalur Panama. Tuh, nama mereka muncul di Panama Papers.

Reaksi mereka? Semua pemberitaan tentang Panama Papers disensor.

Apakah yang seperti ini ditentukan oleh nama organisasinya? Atau oleh simbol-simbol, seperti palu dan arit? Tidak. Komunisme ada dalam pikiran, bukan dalam simbol. Tanpa simbol apapun, orang bisa menjadi komunis kok.

Ketika orang-orang itu mengkultuskan Pemimpin Besar, yang tidak pernah boleh dibilang salah. Apalagi dikritik.

Ketika orang-orang itu menolak peran pemodal, dan tidak menghargai keberhasilan individual.

Ketika orang-orang itu dengan tegas mengatakan "pokoknya ajaran ini benar, yang lain salah" tanpa boleh didebat.

Ketika orang-orang itu dengan tekun membuat pertemuan secara rutin, menjadi ritual wajib.

Ketika orang-orang itu membuat lambang dan slogan dan pakaian menjadi ukuran moral.

Kita semua menolak lambang dan simbol palu arit, sebagai tanda komunisme yang eksplisit.

Apakah kita juga menolak sikap dan perilaku yang komunis, walau dalam jubah yang lain, seperti jubah agama?

Pikirkan lagi. Komunisme adalah bahaya laten, bukan karena lambangnya melainkan manipulasi pikirannya.


http://www.kompasiana.com/imizona/remaja-tanggung-dengan-kaos-palu-arit_560a93092d7a61bf16ab52db

Tidak ada komentar: