Di akhir tahun, konon baik untuk mengingat tahun-tahun yang sudah berlalu. Tentang apa yang sudah dikerjakan… apa yang sudah berjalan. Melihat apakah setiap tahun berjalan begitu saja, atau ada sesuatu yang menarik untuk dipelajari. Untuk diingat. Dan tentu saja, dimulainya dari saat mulai memberikan hasil, memberikan produksi – sesuatu yang bernilai.
1993: Waktu itu kuliah sudah selesai, jadi mengerjakan skripsi. Sambil membuat skripsi, juga mulai bekerja jadi desainer grafis di sebuah percetakan. Pemiliknya adalah kakak dari teman baik semasa SMA, juga segereja. Waktu itu masih pakai CorelDraw versi 3, cukup untuk membuat segala macam bon dan formulir.
1994: Akhirnya kuliah selesai! Jadi mulai tahun ini menyandang gelar "Sarjana Teknik Elektro" dengan bidang utama sistem kontrol. Mau bagaimana lagi, memang waktu itu habis-habisan menyukai komputer, sampai membuat skripsinya juga dengan alat mikroprosessor Z80, lengkap dengan memori dan I/O nya. Dengan chip EPROM yang bisa diprogram ulang – waktu itu, untuk menghapusnya pakai lampu UV intensitas tinggi, lalu diprogram ulang dengan alat, hasilnya bisa dibuat untuk apa saja, asal tahu bikin program assemblernya. Untung ada makro assembler untuk Z80, jadi lebih mudah kompilasinya – saya beruntung karena teknologi semacam itu baru ada belakangan. Nah, setelah lulus, tentu saja pertama-tama melamar jadi teknisi. Tetapi kemudian perusahaan yang sama membuka lowongan kerja sebagai Sales Engineer, dan akhirnya saya beralih jadi Sales! Pandai di bidang teknik, tapi bodoh bodoh bodoh sekali di dalam pemasaran. Nyaris tidak bisa jualan apa-apa, tetapi tahun ini adalah tahun pembelajaran pertama di bidang marketing.
1995: Ternyata, menjadi sales itu ada dua cara. Cara pertama adalah cara yang 'lurus'. Cara kedua adalah cara yang 'bengkok', yaitu dengan koneksi dan bujuk dan sogok. Ini tidak menjadi sesuatu yang baik, dan TUHAN menolong dengan begitu saja memberikan sebuah tempat lain untuk bekerja. Ini adalah benar-benar pekerjaan Tuhan, karena bahkan saya sendiri tidak ingat kapan pernah mengirimkan surat lamaran – bukannya karena banyak kirim surat, sebaliknya rasanya saya jarang sekali mengirim! Tidak masuk akal! Bagaimana mungkin saya bisa dipanggil psikotest? Tetapi saya masuk dan lolos. Dan sebulan kemudian, saya dikirimkan ke kota Medan sebagai Representative Officer! Ini adalah masa-masa yang sukar, karena bukan saja harus menangani kota Medan, melainkan juga seluruh provinsi Sumatera Utara, Aceh, Riau, bahkan sampai Sumatera Selatan dan Jambi. Dari seluruh Sumatera, hanya Bengkulu dan Lampung yang tidak disinggahi. Aneh dan gila, tapi nyata… ada rookie yang ditugasi seperti ini.
1996: Sampai pertengahan tahun masih ada di Medan, tapi akhirnya berhasil juga membangun kantor baru plus merekrut Kepala Cabang yang baru. Leganya! Sekembali ke Jakarta, langsung minta untuk mengikuti pelatihan dasar. Jadi ikut batch no 68 dari AMDI, selama satu bulan. Kemudian, juga ditarik untuk masuk ke Direct Sales Department, sebagai Marketing Supervisor. Di sini belajar banyak tentang Total Quality Control, juga mengenai 7 Habits of Highly Effective People. Oh ya, waktu itu juga terlibat (dan masih bodoh juga, masih belajar keluar dari kebodohan) dalam acara ulang tahun korporasi yang besar sekali, yang acaranya diadakan di PRJ Kemayoran, Jakarta. Persiapannya lama, berbulan-bulan. Selama itu juga belajar tentang berjualan. Karena bersentuhan dengan korporasi, jadi belajar banyak hal juga, termasuk belajar Asuransi. Untuk pertama kalinya mengunjungi kantor Asuransi Kerugian, kemudian mendapatkan seminar dan pejelasan dari teman-teman Asuransi Jiwa. Tidak lupa, juga belajar soal perbankan (karena jualan Direct Sales sebagai hadiah Bank), juga pertama kali membuat kartu kredit – masih dipakai sampai sekarang.
1997: Selagi acara ulang tahun korporasi yang luar biasa besar ini berlangsung tanggal 20 Februari 1997, di kantor terjadi perselisihan karena kantor ini dinahkodai oleh dua pihak, yang satu Indonesia lainnya Korea. Kedua pihak melihat usaha ini sudah menjadi produsen televisi terbesar di Indonesia waktu itu, dan pertarungan internal pun memanas. Puncaknya, atasan saya diselamatkan – kata lain dari dipindahkan ke perusahaan lain di korporasi. Saya diajak ikut, sempat mengunjungi kantor yang waktu itu ada di gedung Setiabudi, di Kuningan – Jakarta. Tapi ini adalah perusahaan finance, yang tidak saya sukai. Saya masih terlalu suka dengan teknologi dan komputer, belum bersedia melepaskannya. Jadi, saya berhenti dan berpindah ke perusahaan vendor IT yang besar – saya waktu itu belum tahu, tetapi ternyata TUHAN membawa saya ke sebuah perusahaan lokal yang SANGAT besar, memasok teknologi informasi kepada puluhan bank lokal di Indonesia. Belajar langsung dari seminar-seminarnya IBM, mempelajari workflow system, belajar juga segala aspek tentang perbankan. Sambil jalan juga belajar mengenai Microsoft lebih dalam lagi – baru mengerti ada yang namanya sertifikasi MCSE – Microsoft Certified System Engineer. Ingin punya juga…tetapi waktu itu lebih fokus sebagai Liaison Officer. Sambil bekerja, kami dahulu prihatin dengan krisis moneter yang dimulai dari jatuhnya mata uang Baht Thailand. Oktober 1997, Bank Indonesia melepaskan Rupiah, yang langsung membumbung naik. Devaluasi dahsyat terjadi.
1998: Pekerjaan ini menyenangkan dan hasilnya lumayan. Ini saatnya mengenali dan mendalami IBM AS400, tapi keterampilan untuk membuat data, menjalankan proyek, dan membuat presentasi mengantar saya masuk dalam divisi Govermental Banks, menjadi Account Officer. Di tahun yang sama juga menjadi Internal Quality Auditor untuk ISO 9001, karena memang itulah waktu yang luar biasa ramai dikantor. Memenuhi compliance untuk ISO 9001 sama sekali tidak mudah, sekaligus juga mahal. Sambil menjalankan proyek – waktu itu ada proyek konsultasi bernilai milyaran dengan bank BRI – saya melihat pergolakan politik membawa korban. Berkantor di lantai 19 gedung BRI I, saya melihat anak-anak mahasiswa Atmajaya bergelimpangan. Dan siapa yang bisa lupa tentang begitu banyak orang di luar kantor yang mau menyerbu masuk? Mereka begitu liar, baru saja menghancurkan gerai Makro di Ciputat! Tapi, kami tetap menjalankan proyek. Juga berkesempatan bekerja sama dengan konsultan Ernst & Young Singapore… Ini adalah tahun di mana saya harus mempresentasikan kebutuhan proyek kepada vendor-vendor asing, dari Amerika, Kanada, Singapore, India… belajar presentasi dan meeting dalam bahasa Inggris. In IT world, everything communicated in English. Satu lagi… ini juga tahun kebahagiaan, karena di tahun ini juga saya menikah, walau dalam keprihatinan. Bayangkan, baru saja bulan Mei 1998 ada kerusuhan hebat, kami menikah tanggal 6 Juni.
1999: Ini tahun yang hebat, karena istri sudah hamil dan akan melahirkan di kuartal kedua. Pilihannya, saya tidak mungkin berpisah dari istri dan anak, jadi entah mereka ikut ke Jakarta atau saya pindah ke Bandung. Tetapi melihat situasi Jakarta yang tegang dan penuh isu, tidak mungkin mereka ke Jakarta. Jadi saya keluar kerja dan pindah ke Bandung. Saya bekerja di Cimahi, sebagai Staff Factory Manager, setingkat Kepala Bagian. Ini pengaturan yang aneh, karena waktu itu atasan saya yang jadi Factory Manager juga merangkap jadi General Manager di Distribusi. Alhasil, pabrik ini ada dalam pengaturan saya, mengurusi belasan mesin rajut. Ada Liropol, Malimo, Malipol…yang dibuat adalah kain rajut handuk yang lurus-lurus. Jadi, tahun ini adalah saat membenahi pabrik, membuat sistem komputernya (ternyata pengalaman IT di masa lalu sangat sangat sangat berguna), membuat sistem gudangnya, membuat dokumennya, membuat dokumen kualitas, bahkan membuat rencana penilaian kerja karyawan. Cukup banyak bagi orang yang sebelumnya jadi Account Officer di konsultan IT untuk bank. Tapi, hasilnya lumayan…
2000: Di tahun ini dimulai dengan kekecewaan, karena salah paham. Ini repotnya kerja dengan perusahaan keluarga, yang bukan berdasarkan manajemen, sebab tidak semua orang bisa memahami apa yang sudah dibuat, apalagi mereka tidak punya latar belakang pengalaman manajerial. Waktu itu sempat terpikir, apakah mau berhenti saja? Tetapi Tuhan menunjukkan saya masuk ke Sekolah Tinggi Teologia di Bandung. Saya tidak berhenti, sebaliknya mengambil posisi EDP Department Head, yang kemudian jadi MIS Department Head. Yang pertama-tama dikerjakan adalah mengkaji teknologi yang dipakai, waktu itu masih pakai Clipper, dengan jaringan komputer Novell. Karena itu, rencananya adalah melakukan perubahan, mula-mula mereprogram dengan Clipper 5 dan membuat sistem operasinya bekerja dengan Microsoft Small Business Server 2000. Belinya orisinal! Tetapi, harus mengajarkan dulu staff untuk melakukannya. Jadi tahun ini kami membuat rencana…dimulai dengan desain sistem baru.
2001: Pengkajian dituntaskan dengan dokumen tentang desain, yang mulai diimplementasikan. Waktu itu, ada program di Clipper 5, tetapi kami juga mulai membuat aplikasi dengan Visual Basic. Kami membuat databasenya dengan SQL Server 2000, dengan prinsip Client-Server. Kami membuat sistem informasinya dengan MS Exchange. Kami juga membuat intranet – aplikasi berbasis web yang hanya bisa diakses dari jaringan di dalam kantor. Hasilnya mulai terasa: untuk membuat laporan meeting tahunan yang biasanya butuh waktu bulanan, kini selesai dalam hitungan hari. Dengan SQL, untuk mencari data tinggal memasukkan perintah yang benar – hasilnya keluar dalam hitungan detik. Kami mengumpulkan semua data yang ada sejak tahun 1988, melakukan konversi, dan membuat data repository. Semua diprogram mulai dari tahun ini. Di akhir tahun, saya juga mendapatkan kebahagiaan atas kelahiran anak kedua kami, anak perempuan yang cantik dan lucu.
2002: Ini adalah waktu di mana semua yang dibuat mulai jadi kenyataan. Program mulai berjalan Maret 2002. Ada banyak detil teknis yang sekarang tidak diingat lagi, karena memang proyek ini kompleks. Yang pasti, ada tiga bagian besar yang harus ditangani: orang-orang, pembenahan cara kerja, dan teknologi informasi. Di saat yang sama, di tahun ini juga ada masalah dengan departemen pembelian (Merchandising Department). Jadi waktu ini saya diminta untuk merangkap sebagai MD Dept. Head, pejabat sementara. Karena sebelumnya pernah mengatur pabrik, jadi kurang lebih tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang akan terjadi.
2003: Sistem MIS mulai berjalan, sementara keterlibatan saya dalam MD juga menjadi semakin dalam. Kami mulai mengejar klien-klien besar seperti Alfa, Makro, Carrefour, dan Giant. Kami juga mengerjakan hal-hal baru dalam desain, mengembangkan lini produk bayi dan memasarkan ke outlet Department Store seperti Yogya di Bandung. Untuk produk baru bukan saja dibutuhkan salesman yang baik, melainkan juga program pemasaran – kami membuat foto, desain grafis, kemudian membuat cetakan untuk promosi. Ini berjalan terus di waktu-waktu berikutnya. Tahun ini juga saya lulus dari Teologia sebagai Master of Arts in Urban Ministry. Belajar ini membuka mata dan pikiran tentang teologi, biblika, dan tentang pelayanan bagi masyarakat. Ada banyak sudut pandang dan cara hidup yang tidak tepat dari masyarakat Indonesia, baik di bidang keuangan, pendidikan, maupun kesehatan. Sesuatu yang sangat serius…. Tapi saya waktu itu kan masih bekerja di pabrik. Jadi, apa jalan Tuhan?
2004: Sistem di dalam memang masih kurang di sana-sini, tetapi sekarang lebih diandalkan, lebih cepat, dan memungkinkan untuk melihat lebih banyak hal. Perubahan juga semakin besar dengan pola pemasaran yang lebih terstruktur, dengan promosi yang lebih baik. Sayangnya, hal ini tidak kelihatan selalu bagus, karena pasar juga turun naik, dan sekarang turun lagi, turun lagi. Sebenarnya kalau kami tidak melakukan perubahan, turunnya bisa lebih parah – hanya, di mata Direktur, ya terlihat tidak bagus. Sekali lagi terjadi guncangan, ketidakpuasan, dan kebingungan sampai akhir tahun. Bagi saya, permintaannya adalah untuk bukan hanya melayani satu perusahaan distribusi ini saja, tetapi juga mengerjakan perusahaan lainnya di dalam group. Saya pun pindah lagi, kini mengelola manajemen sistem informasi Group Perusahaan.
2005: Mengelola sesuatu adalah pekerjaan kerja sama – pelajaran pentingnya, tidak mungkin menghasilkan sesuatu yang benar-benar bermakna hanya dengan kepala dan tangan sendiri. Sekarang saya mengerjakan IT di berbagai perusahaan, sekaligus menyiapkan materi promosi dan desain grafis untuk beragam produk – tetapi saya lihat ini tidak menuju kemana-mana, walaupun hasilnya bagus. Yang tidak paham, tidak bisa memanfaatkan sebagus apapun hasilnya! Jadi, di tahun ini saya berhenti, apalagi waktu itu ada tawaran untuk mengambil posisi manajerial di perusahaan yang lebih besar. Saya pindah kerja ke sana, tetapi yang saya alami selama 3 bulan, sistem yang ada justru lebih kaku, sekalipun berniat untuk menjadi modern. Ada hal-hal seperti budaya dan karakter pemilik yang tidak selalu mendukung sistem dan pola kerja yang modern. Jadi pertemuan ini hanya berlangsung 3 bulan saja… dan saya berhenti, di akhir tahun.
2006: Awalnya, saya berniat untuk bekerja sendiri, berusaha sendiri. Saya bisa fotografi, bisa desain grafis di komputer, juga bisa buat program dan website. Saya tahu bikin proyek seperti apa, buat perencanaan bisnis seperti apa… jadi dimulailah usaha kecil yang kecil-kecilan itu, membuat kartu nama dan foto ini dan itu. Sementara nampak berjalan, tapi jelaslah bahwa hasilnya jauh dari memadai. Istri saya yang baik turut mendukung dengan masuk sebagai agen Asuransi Jiwa – itulah perkenalan pertama saya dengan industri ini secara utuh. Dahulu memang pernah belajar, juga waktu berhubungan dengan perbankan belajar keuangan juga, tetapi tidak seserius ini. Karena di tahun ini, dimulai dari mendukung istri akhirnya saya membuat paket produk Asuransi Jiwa yang diberi nama Life Jacket (saya buat namanya, terus buat brosurnya, mula-mula untuk dipasarkan istri) – dan akhirnya kami membuat apa yang disebut Savingplus, yang diluncurkan September 2006. Programnya adalah suatu network marketing di mana setiap nasabah dapat juga menjadi agen hanya dengan mengundang, untuk memperoleh Life Jacket yang memang menguntungkan.
2007: Saya menjadi presenter dan akhirnya juga memberikan training, untuk jaringan yang dibentuk oleh program Savingplus. Tentu saja, saya juga membuat presentasi pemasaran dan materi promosi yang dibutuhkan – itu keahlian yang berguna, bukan? Kami mempunyai tiga kompetensi inti: ada produk yang hebat, ada jaringan yang hebat, dan ada Business School yang hebat yang tidak dimiliki perusahaan lain atau agensi lain (maafkan kesombongan ini). Sepanjang 2007, saya memberikan training – ada puluhan angkatan dan ratusan orang terlibat, juga memberikan presentasi kepada siapa saja. Agen kami sepanjang 2007 ada lebih dari 800 orang. Kami punya cabang di lebih dari 20 kota. Kami memasarkan ini kepada ribuan orang – bahkan akhirnya Life Jacket dan Savingplus mempunyai nama di pasaran, melebihi nama perusahaan! Ini menurut Mark Plus forum… tetapi masalah terjadi. Agustus 2007, ada masalah Subprime Mortgage di Amerika. Setelah itu, dunia melihat kehancuran mulai terjadi…. Tapi, di Indonesia sendiri hasil investasi masih tetap mengagumkan, dengan imbal hasil setahun lebih dari 50%. Sementara itu, di tahun 2007 juga dimulai sertifikasi AAJI, sebagai pelaksanaan ketentuan pemerintah.
2008: Ini adalah tahun di mana segmen Livingplus di acara Morning Coffee Maestro FM, Bandung, dimulai. Isinya adalah edukasi perencanaan keuangan bagi masyarakat. Sementara itu, Savingplus mengalami masalah serius. Kombinasi ketentuan pemerintah yang mewajibkan sertifikasi plus membuat sikap perusahaan menjadi berbeda: kini agen haruslah profesional. Untuk itu harus ada produksi yang tetap, dan artinya tidak bisa lagi orang hanya sekedar jadi agen dengan mengundang, seperti teori Savingplus. Selain itu, kondisi ekonomi dunia juga dihancurkan oleh meningginya harga minyak. Bank-bank di Amerika dan Eropa bergelimpangan. Laporan kerugian akibat Subprime Mortgage nampak mengerikan. Kami bertahan dengan tetap memasarkan produk Asuransi Jiwa plus perlindungan atas biaya kesehatan rumah sakit, tetapi hasilnya tidak begitu baik. Orang yang kaya banyak yang menjerit, karena kehilangan order dari luar negeri. Orang yang miskin banyak yang menjerit, karena di PHK. Kami mengubah strategi dengan memberikan training yang lebih intensif, bahan-bahan yang lebih lengkap – tapi siapa yang bisa menahan kondisi yang ada? Maka, teman-teman mulai berpisahan dengan jalannya masing-masing.
2009: Apakah perjalanan ini berakhir? Tidak, hubungan tidak pernah terputus tetapi bisnis juga tidak berkembang penuh. Saya membantu orang untuk mengembangkan bisnis dalam bidang keuangan, sambil membantu istri yang juga kerja keras membangun usaha kursus kue. Puji Tuhan, selama masa-masa sukar di awal tahun, Tuhan tetap memelihara dengan memberikan pendapatan yang baik, cukup baik, sehingga keluarga kami tidak sampai jatuh miskin. Tetapi, ini juga menjadi tahun pembelajaran Financial Planning dengan lebih serius, sampai akhirnya saya berhasil mendapatkan sertifikasi Registered Financial Planner Consultant. Ini juga tahun di mana saya bekerja sama memberikan seminar dan edukasi tentang Perencanaan Keuangan, termasuk juga menjadi narasumber untuk Bisnis Indonesia, selain masih tetap siaran Livingplus di radio. Sekitar Agustus-September, saya mulai dihubungi kembali dan membuat rencana untuk menjadi Vice President Agency. Jadi saya harus berani melepaskan diri dari beban lama, dari kenyamanan lama, untuk memulai sesuatu yang baru kembali.
Di akhir tahun ini, kami mulai dengan Januar Hadihardjo & Associate Financial Planner. Ini adalah rencana yang ambisius, tetapi masuk akal, untuk mengambil jalan yang sangat berbeda – menjadi profesional dalam bidang perencanaan keuangan, sesuai kebutuhan masyarakat. Di dalam waktu 5 tahun, kami ingin setiap orang yang sungguh-sungguh menjalankan program ini mendapatkan total penghasilan Rp 5 Milyar. Ini bukan program yang mudah atau jalan yang singkat – tetapi hasilnya jelas jauh lebih besar daripada pekerjaan lain yang dapat dipikirkan manusia. Yang dibutuhkan adalah keyakinan dan komitmen, serta konsistensi untuk berjuang…untuk masa depan yang lebih baik!
2010: – siapa yang tahu apa yang akan terjadi? Ada banyak ketidakpastian. Ada orang-orang yang bisa berubah – ada yang semangat, ada juga yang undur semangatnya. Ada yang positif, ada yang negatif. Tetapi hidup ini memang tidak bisa digantungkan pada manusia, karena ujungnya pasti kekecewaan, kelemahan. Hanya TUHAN yang sungguh-sungguh dapat dipercaya, juga ditaati… Terpujilah TUHAN!