Cari Blog Ini

29 Juni 2004

MUSTAHIL?

Luk 1:37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.

Bagi manusia, kemustahilan adalah kenyataan hidup yang tidak dapat dilawannya. Mustahil orang bisa berjalan di atas air. Mustahil orang bisa hidup 40 hari 40 malam tanpa makan dan minum sama sekali. Mustahil seorang wanita tua yang sudah menopause bisa hamil. Mustahil seorang anak dara yang tidak pernah disentuh pria bisa mengandung. Orang mengatakan bahwa ini semua adalah hukum alam, hal-hal yang sudah ditentukan demikian semenjak dari semula, tidak bisa diubah.

Kemustahilan menjadi batas-batas bagi hidup manusia, yang mendorong orang untuk berusaha keras dalam hidupnya. Karena seorang wanita hanya memiliki masa-masa tertentu saja untuk mengandung, maka segala usaha dikerahkan oleh pasangan yang masih belum memiliki anak, mulai dari pijat sampai bayi tabung. Karena manusia tidak bisa terbang seperti burung, maka manusia menciptakan mesin yang bisa terbang. Karena manusia membutuhkan makan dan minum untuk hidup, maka seumurnya orang bekerja mencari nafkah untuk mengisi perutnya.

Seringkali pula, orang akhirnya menjadikan hidupnya hanya bertujuan untuk mengatasi batas-batas, mencari hidup yang tidak terbatas. Soal makan, misalnya, ada takaran tertentu yang cukup bagi seseorang untuk hidup sehat, tapi ada orang yang keranjingan makan dan menggemukkan dirinya tanpa batas. Ada yang berusaha untuk menjadi pandai. Ada yang berusaha untuk menaklukkan alam. Ada berbagai bentuk dan cara hidup manusia, yang bila diperhatikan mereka semua menjawab tantangan tua yang sama: menaklukkan kemustahilan dalam hidup. Begitu gigihnya, begitu terfokusnya, sehingga kadang-kadang melupakan hidup itu sendiri demi menjawab tantangannya.

Orang pun berpaling kepada kuasa yang lebih tinggi, mencari jawaban atas tantangan kemustahilan yang paling besar: maut. Dari abad ke abad, manusia menyembah matahari, bulan, dan bintang, menyembah dewa-dewi beserta patung-patungnya, mencari-cari apa saja kuasa yang sanggup membebaskannya dari kesulitan hidup, memberikan kekuatan, serta memungkinkannya melawan maut. Mereka mencari allah untuk mengatasi kemustahilan, kemudian menyusun berbagai macam upacara dan cara hidup dalam usaha-usahanya mencapai allah yang dicarinya itu. Maka, muncullah agama-agama, menjadi bentuk-bentuk usaha pencarian orang terhadap allah.

Namun nyatanya, dalam agama-agama tetap saja tidak dinyatakan kekuasaan allah atas kemustahilan. Manusia mengaku allah maha kuasa, tetapi mereka harus mengangkat pedang dan berperang untuk membela agamanya. Mereka harus membela agamanya, sebab mustahil agamanya bisa bertahan bila tidak diupayakan oleh pengikutnya. Mustahil ajaran agamanya bisa berkembang bila tidak disiarkan oleh umatnya. Bukankah ini aneh? Mengakui kekuasaan allah, namun segala sesuatunya tergantung manusia? Tetapi agama-agama memberikan pengajaran: memang haruslah demikian. Kalau perlu, musnahkanlah orang yang mengancam agamamu. Maka manusia berperang, berabad-abad, saling serang dan memusnahkan atas nama agama.

Sedihnya, orang lupa bahwa sebenarnya mustahil bagi manusia menemukan Allah. Kemustahilan menghalangi jawaban atas kemustahilan. Maka, usaha manusia menjadi sia-sia. Teknologi bisa saja menjadi semakin tinggi dan cara hidup manusia berubah, tetapi manusia tetap dibatasi kemustahilannya.

Maka betapa besarnya kasih karunia yang Tuhan berikan, ketika Ia berkenan untuk mencari manusia. Tidak masuk akal, mustahil bagi manusia, tetapi tidak mustahil bagi Allah. Ketika Ia menyentuh kandungan Elizabeth sehingga wanita tua itu mengandung, ketika ia membuat Maria yang perawan ini mengandung dari Roh, semuanya mendobrak batas-batas kemustahilan, dalam tujuan yang sama sekali mustahil bagi manusia tetapi mungkin bagi Allah.

Tuhan menjadi Pribadi yang hidup, yang bekerja dalam hidup manusia. Bagi-Nya tidak ada yang mustahil, rancangan-Nya pasti dan teguh, pasti akan terlaksana. Demikianlah kita dapat menaruh kepercayaan kepada Allah dalam segala sesuatu, yaitu selalu ada kemungkinan lain, alternatif lain yang mendobrak batas-batas kemustahilan manusia. Bukan dalam rancangan manusia, melainkan dalam rencana dan kehendak Tuhan. Betapa indahnya!

Terpujilah TUHAN!

Tidak ada komentar: