Bacaan: 1 Korintus 1:4-9
“Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus.” – 1 Kor 1:4
Pernahkah kita mengucap syukur atas karunia yang diberikan Allah bagi Gereja dalam Yesus Kristus?
Sayang sekali kalau ternyata kita tidak lagi mengucap syukur. Bila ternyata, peran Yesus Kristus tidak lagi disadari oleh Gereja yang sibuk dengan birokrasi dan aktivitas organisasi. Bila ternyata, semua kata-kata baik yang diucap dan didengar, semua pengetahuan di antara jemaat, tidak lagi dianggap sebagai anugerah Allah melainkan semata-mata hasil kerja keras manusia.
Bilamana Gereja tidak lagi mengakui bahwa perkataan dan pengetahuan dan karunia bukan berasal dari Allah, bagaimanakah Gereja dapat memohon kepada Allah? Bagaimanakah Gereja dapat bersyukur kepada Allah? Bagaimanakah Gereja dapat menjadi bagian dari tubuh Kristus? Tetapi bagi sebagian orang, memang bukan lagi Allah yang diutamakan dalam Gereja, melainkan manusia. Pusatnya bukan lagi TUHAN, melainkan Manusia. Sebagian orang yang jumlahnya sedikit tetapi menempati posisi penting dan memiliki pengaruh luas dalam Gereja.
Jadinya, Manusialah yang terutama dalam segala sesuatu yang dipikirkan orang-orang ini. Coba perhatikan: bukankah topik utama dalam banyak kotbah dan seminar Gereja adalah kesejahteraan manusia, kesehatan manusia, rasionalitas manusia, intelektualitas manusia, pendapat manusia, kekayaan manusia, kekuasaan manusia, pengaruh manusia, dan sebagainya tentang manusia. Tuhan diletakkan sebagai sumber kesejahteraan, kesehatan, kekayaan, dan hal lain lagi, namun tidak dipandang sebagai Pusat yang Gereja sembah. Hanya menjadi acuan, menjadi target yang manusia hendak capai demi keselamatannya dan peroleh karunianya, namun tidak didengar, tidak diperhatikan, apalagi disembah.
Jadi, kita bisa melihat bagaimana kerasnya keributan yang terjadi dalam Gereja. Perselisihan yang terjadi akibat sebagian orang yang memiliki pendidikan tinggi dalam teologia dan memegang jabatan-jabatan kunci ternyata tidak mengutamakan Allah dalam organisasi Gereja, sementara banyak jemaat yang sungguh-sungguh tulus mencari Tuhan menjadi bingung dan mencari-cari. Padahal, segala kemampuan berbicara itu, segala pengetahuan melalui pendidikan tinggi yang dimiliki itu berasal dari anugerah kasih karunia Allah.
Rasul Paulus mengenali Gereja di Korintus sebagai Gereja yang bermasalah. Tetapi ia tetap bersyukur kepada Allah, bukan hanya sekedar basa basi dalam sebuah surat, melainkan karena ia benar-benar mengenali adanya anugerah kasih karunia di sana, bagi orang-orang yang bermasalah ini. Paulus tetap memandang kepada banyak karunia yang diberikan, sementara jemaat Korintus tetap menantikan penyataan Tuhan Yesus Kristus. Paulus tetap berkeyakinan bahwa Tuhan Yesus tetap ada dalam Gereja-Nya dan meneguhkan jemaat sehingga tidak bercacat hingga hari kedatangan Kristus. Bukan karena Paulus terpukau oleh besarnya jemaat atau kekayaan yang dimiliki oleh Gereja Korintus, melainkan karena Paulus bergantung kepada kesetiaan Allah.
Allah tetap setia, walaupun manusia tidak setia. Walaupun sebagian Gereja-Nya tidak lagi menyembah Allah, melainkan memuaskan keinginan telinga dan hatinya sendiri, Allah tetap memelihara. Walaupun sebagian Gereja-Nya telah menggantikan kebenaran Firman dengan rasionalisme dan filsafat dunia, bahkan tidak lagi menerima karya keselamatan yang dilakukan Kristus sebagai fakta melainkan “nilai-nilai iman yang diungkapkan orang jaman dahulu”, Allah tetap memberikan karunia. Sebab hanya inilah kesempatan manusia untuk berbalik dan bertobat kepada Allah, hanya melalui pemeliharaan dan karunia dari Allah. Dan sangat patutlah kita bersyukur kepada Allah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar