Bacaan: 1 Korintus 6:1-11
"Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?" - 1 Kor 6:7
Manusia secara umum akan mempertahankan haknya. Secara umum orang akan mempertahankan nama baiknya (vindication), berjuang agar kebenarannya diungkapkan pada masyarakat, agar keadilan diperolehnya. Bagaimanakah mungkin seseorang yang dirugikan berdiam diri saja? Ia akan berseru-seru lantang, kalau perlu semua orang mengerti kasusnya agar membela keadilannya. At any cost.
Kekacauan mulai terjadi saat 'keadilan' bagi seseorang berbenturan dengan 'keadilan' orang lain. Perselisihan terjadi antara orang-orang yang berbeda kepentingan, masing-masing memandang 'keadilan' menurut kacamatanya sendiri, berdasarkan jalan berpikir masing-masing, dan berjuang untuk memenangkan keadilan bagi dirinya. Yang diperjuangkan seringkali berupa benda-benda harta material, namun dalam kasus lain bisa juga berupa ide dan pengakuan orang. Bahkan dalam beberapa kasus, yang dibela adalah hal-hal yang baik, seperti rencana pembangunan tubuh Kristus: Gereja.
Cerita singkatnya, seorang pendeta muda ditugaskan untuk membangun dan memimpin sebuah bakal jemaat kecil menjadi jemaat penuh. Di antara bakal jemaat ini, ada seorang tokoh yang dari awal telah membantu dan melayani kegiatan penginjilan, sedemikian rupa sehingga terbentuklah bakal jemaat itu. Pendeta yang mendapat tugas ini segera memulai pekerjaannya dengan bersemangat, dengan teliti mempersiapkan jemaat sesuai dengan petunjuk yang telah diterimanya. Di lain pihak, tokoh penatua jemaat ini pun telah memiliki rencana yang dipikirkannya sejak awal ia mulai terlibat dalam pelayanan pengembangan jemaat. Celakanya, rencana kedua orang ini berselisih jalan. Yang satu mau lebih dahulu mengembangkan organisasi. Yang lain mau lebih dahulu mengembangkan diakonia. Yang satu mau mengembangkan pemahaman Alkitab bagi jemaat. Yang lain mau lebih dahulu mempersiapkan gedung tempat kebaktian. Dengan berbagai keinginan, sumber daya dana dan tenaga yang tersedia pada bakal jemaat yang masih baru ini tidak cukup untuk secara bersamaan menjalankan rencana kedua orang ini.
Pertentangan mulai terjadi. Masing-masing mencari pengikut yang mau mengikuti kehendaknya. Masing-masing merasa sudah diperlakukan tidak adil, sudah dirugikan oleh pihak lain dalam pembangunan jemaat baru ini. Masing-masing merasa sudah dilecehkan dan terhina oleh rencana dan tindakan pihak lawan. Lama-lama, walau bakal jemaat itu masih kecil dan hanya ada satu, kedua orang ini selalu memakai istilah "mereka' dan "kita" dalam menjelaskan posisi yang berbeda dalam Gereja; jemaat secara umum mulai terpecah dan melupakan bahwa pada dasarnya mereka adalah satu bakal jemaat.
Dalam Gereja yang lain, pertentangan terjadi antar pendeta. Kedua pendeta ini berselisih pendapat dengan keras di atas pokok harta Gereja. Di mulai dari ribut mulut, hingga ribut fisik, berlanjut ke ribut antar pengikut dan tawuran antar jemaat. Bila sudah begini, akhirnya polisi turun tangan dan para pengamat tertunduk dengan sedih dan berlinangan air mata, ketika melihat pintu Gereja disegel polisi sebagai barang bukti sengketa di pengadilan. Orang-orang yang berselisih ini mencari penyelesaian menurut jalur hukum, sesuai hukum yang berlaku di Republik Indonesia. Ditimbang dan diputuskan oleh wasit yang tidak percaya kepada Kristus.
Itu adalah kasus yang besar. Kasus yang lebih kecil dan banyak terjadi adalah ketika seorang pria dan seorang wanita yang semula menjadi suami istri di dalam Kristus, bertengkar hebat sehingga menghadap pengadilan untuk bercerai. Membeberkan kasusnya dan menuntut keadilan agar dapat bercerai dari orang yang menyengsarakan hidupnya ini. Memohon kepada hakim yang tidak pernah percaya kasih karunia untuk memutuskan kasusnya. Seperti normalnya, sang hakim ini secara manusiawi akan membujuk kedua belah pihak untuk rujuk kembali. Bila tidak bisa dicocokkan, ya apa boleh buat, diceraikanlah mereka. Toh sang hakim tidak percaya kalimat yang berbunyi bahwa apa yang sudah dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia.
Mengapa keadilan begitu penting bagi manusia? Apa yang penting dari diperlakukan adil, oleh dunia yang sudah berdosa dan sepenuhnya tidak adil ini?
Hanya Allah saja yang memiliki keadilan yang sejati. Hanya anak-anak Allah yang mampu memahami keadilan yang sesungguhnya, yang menjadi baju zirah dalam peperangan melawan kuasa iblis yang menguasai dunia. Untuk apa anak-anak Allah yang tahu tentang keadilan ini mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus? Sama saja seperti seorang ahli hukum muda berselisih paham tentang sebuah pasal UU dengan ahli hukum muda lain, kemudian meminta tolong seorang anak SMP yang paling pintar untuk memutuskan siapakah yang benar di antara kedua ahli hukum tersebut. Meski anak SMP ini diakui sebagai yang terbaik, tapi ia masih jauh dari apa yang dipahami oleh kedua ahli hukum tadi. Bodoh sekali kalau mereka menyerahkan keputusan tentang ilmu tingkat lanjut kepada seorang anak SMP!
Hanya anak Tuhan yang diberi pengertian oleh Roh Kudus saja yang mampu mengerti keadilan yang sejati di dalam Tuhan. Oleh karena itu orang-orang kudus akan menghakimi dunia yang tidak adil ini. Semestinya orang-orang kudus sudah memahami pula, bahwa sejauh mereka dapat melakukan kebenaran dan keadilan, sebaliknya dunia tidak dapat melakukan keadilan oleh karena dosanya. Orang-orang kudus harus memberikan kebenaran dan kebaikan, tetapi tidak bisa mengharapkan untuk menerima keadilan dari dunia. Anak Tuhan tidak bisa mengharapkan dunia mengerti dan senantiasa memberikan hal-hal yang menjadi hak-hak mereka. Perhatikanlah! Bukankah hanya anak-anak Tuhan saja yang sungguh-sungguh memberikan keadilan bagi umat manusia di dalam perjalanan sejarah? Yang dilakukan mereka pun belumlah sempurna, sebab masih ada kuasa dosa yang mengacaukan keadilan.
Oleh karena itu, betapa menyedihkan kalau anak-anak Tuhan tidak lagi mencari keadilan pada sesama anak Tuhan, melainkan pada dunia yang tidak kenal Tuhan. Kalau sudah demikian, bukan lagi keadilan yang sesungguhnya yang mereka cari, melainkan pemuasan nafsunya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Memalukan! Tidak cukupkah berkat yang Tuhan berikan dalam hidup, sehingga masih mencari keuntungan-keuntungan dunia sebesar-besarnya? Oleh karena ingin untung itulah makanya timbul perkara-perkara, ribut membela kepentingan diri namun sama sekali tidak terpikir mengenai kepentingan Tuhan yang disandang setiap orang percaya.
Jangan berlindung di balik label Kristen. Jangan bersembunyi di dalam organisasi Gereja. Seseorang yang tidak melakukan keadilan, yang pikirannya hanya mencari untung sendiri saja, tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Rasul Paulus menyamakan orang yang tidak adil ini dengan orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu -- mereka semua adalah orang yang hanya memikirkan diri dan kesenangannya sendiri.
Dulu anak-anak Tuhan juga begitu, sebelum diselamatkan oleh anugerah kasih karunia Tuhan. Tapi kini anak Tuhan telah disucikan, dikuduskan, telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah. Ada hal yang besar dan mulia yang telah dimiliki tiap anak Tuhan, yang jauh melebihi segala harta atau keuntungan di dunia. Untuk apa masih meributkan dan berkelahi gara-gara hal-hal duniawi? Bahkan seandainya anak Tuhan dirugikan dan menderita ketidakadilan gara-gara dunia ini, jangan lepaskan kemenangan yang sudah diberikan Tuhan dengan kembali menjadi sama seperti dunia ini, lalu mencari keadilan pada orang yang tidak tahu keadilan. Biar saja bila dunia tidak adil dan merugikan, sebab Allah Bapa di Sorga pasti memelihara setiap anak-anak-Nya dan menyediakan segala kebutuhan mereka. Lebih baik lagi, Tuhan sudah menyediakan tempat di Sorga, di mana semua pengharapan akan terpenuhi dan keadilan yang sejati benar-benar ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar