Apa artinya Kerja Nyata? Dalam perayaan Dirgahayu Indonesia Ke-71, motto yang dengan jelas diangkat adalah Kerja Nyata. Apakah makna yang bisa diperoleh dari sana? Untuk itu, mari sedikit mengulang sejarah.
Indonesia adalah wilayah yang besar dan kaya. Ada berbagai suku yang menempati 13.466 pulau, dengan berbagai hasil yang sangat berharga. Tanah pulau Jawa menjadi pusat peradaban, di sinilah bangsa-bangsa berdatangan. Dari arah barat, datang orang-orang India, membawa budaya dan agama. Candi Borobudur adalah bukti agama Buddha, di abad kesembilan oleh Dinasti Syailendra. Candi Prambanan adalah bukti agama Hindu, juga di abad kesembilan oleh Dinasti Sanjaya.
Donny A. Wiguna, ST, MA, CFP® QWP® AEPP® QFE. Perencana Keuangan Profesional. Pengajar Keuangan. Pengikut Kristus.
Cari Blog Ini
17 Agustus 2016
30 Juli 2016
Pengantar Trading Bagian 1
Bagian pertama dari Pengantar Trading, yang tujuannya untuk membangun kekayaan. Semoga berkenan...
28 Juli 2016
Poli-kampret
KAMPRET ITU KELELAWAR yang makan tanaman, makan buah. Dahulu para petani sebal sekali dengan kampret, karena mahluk kecil bersayap itu keluar bergerombol di malam hari, menyerbu ladang dan pohon-pohon, menjadi hama.
17 Juli 2016
Sungguhan
KITA ORANG TUH, KADANG ANEH... karena kita lebih memikirkan alat daripada tujuan. Lebih menghargai bungkus daripada isi. Lebih mementingkan kebiasaan daripada menjadi benar. Berapa banyak hal yang dicari karena itu populer?
15 Juni 2016
Sejarahnya Isa menurut Islam.... bukan Yesus Kristus
Ada yang bilang, Nabi Isa AS dalam Islam adalah Yesus Kristus dalam sejarah, karena sama-sama punya ibu bernama Maria, seorang perawan yang mengandung tanpa dibuahi oleh laki-laki.
Tapi, pasti ada kekeliruan dalam pandangan yang menyamakan itu, karena sejarah keluarganya sungguh berbeda.
Tapi, pasti ada kekeliruan dalam pandangan yang menyamakan itu, karena sejarah keluarganya sungguh berbeda.
12 Juni 2016
Agama vs Kebenaran
Sementara beragama menjadi bagian dari politik, penentu dari kebenaran pernyataan-pernyataan agamawi adalah REALITA. Tidak peduli seperti apapun pakaian, atau kata-kata yang saleh, "puji Tuhan!", "Alhamdullilah!", "Haleluyah!", atau apapun kegiatan seremonial - ritual - sakramental yang diliput media dengan pesan yang keras-keras: "SAYA ORANG BAIK! SAYA ORANG BERIBADAH!"
23 Mei 2016
Fed Rate gimana?
RASANYA nggak ingat kapan terakhir melihat situasi di mana semua ekonom kelas dunia ramai dan berdebat tentang apakah bulan Juni nanti akan ada kenaikan bunga The Fed. Betul-betul terpecah. Ada yang bilang, seriusan? Harusnya The Fed tidak memutuskan di bulan Juni. Harusnya bunga The Fed gak usah berubah dululah. Soalnya pada tanggal 23 Juni itu akan ada referendum di Inggris tentang Brexit -- apakah Inggris tetap mau berada dalam Masyarakat Ekonomi Eropa. Soal ini juga ada ketidakpastian yang mencemaskan. Nyeremin.
20 Mei 2016
Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Nasional, hari ini ya. Kita mengingat berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei 1908. Pada saat itu, ada sekolah kedokteran STOVIA yang memiliki mahasiswa bernama Soetomo yang punya gagasan mendirikan organisasi untuk memperjuangkan masa depan bangsa dan tanah air. Pada waktu berdiri, Boedi Oetomo bukan gerakan politik. Pimpinannya adalah para bangsawan Jawa, sedang penggeraknya adalah para pemuda Jawa.
13 Mei 2016
Palu Arit
KOMUNISME TELAH GAGAL dengan bukti pecahnya Uni Soviet tahun 1991. Palu telah patah. Arit telah tumpul. Penyebabnya belum sepenuhnya dipahami orang, karena ada banyak sekali faktor, tapi bisa terlihat bahwa akhirnya, bubar. Yang bubar adalah negara Uni Soviet. Bagaimana dengan komunisme?
09 Mei 2016
Menyalahkan
TOM AND JERRY adalah film kartun sejak masa saya masih anak-anak. Lucu, bikin gemas, juga menyentuh dengan caranya sendiri. Film klasik ini diputar di seluruh dunia. Kebanyakan merasa senang, lucu, dan kadang jadi berpikir tentang hidup.
06 Mei 2016
Sebatang Roti Tawar
Di Walmart Amerika, 5 lbs (baca: pon) terigu all-purpose harganya $2.61. Diterjemahkan: 1 lbs kira2 0.4xx... jadi 5 lbs adalah 2,268 kg dan harganya adalah Rp 34.559. Berarti, 1 kg terigu serbaguna di sana harganya Rp 15.237.
01 Mei 2016
Cuma Sales?
http://www.bloomberg.com/news/articles/2016-04-30/buffett-says-hedge-funds-get-unbelievable-fees-for-bad-results
Warren Buffet bilang, “There’s been far, far, far more money made by people in Wall Street through salesmanship abilities than through investment abilities,”
Ada jauh lebih banyak uang yang dihasilkan orang di Wall Street melalui kemampuan Salesmanship, daripada kemampuan dalam berinvestasi.
Karena Warren Buffet yang ngomong, semua terdiam, tertunduk. Dan terus melaksanakan apa yang biasa mereka kerjakan: mendapatkan hasil melalui salesmanship, alias pinter jualan. Nah, seandainya saja Warren Buffet berkeliling Indonesia, apa yang dia akan dapatkan?
Berapa banyak orang di Indonesia yang punya kemampuan yang betul-betul teruji dalam bidang keuangan dan mendapatkan hasil dari jasa profesional yang disediakan? Atau, kebanyakan para penjual atau sales produk keuangan itu -- walaupun diberi titel "Financial Consultant" atau "Perencana Keuangan" -- pada dasarnya hanya pandai dalam ilmu menjual?
Jadi, tidak ada bedanya entah mau jualan investasi, atau asuransi, atau mobil, atau rumah, atau supplemen kesehatan.
Ketika masyarakat semakin pandai, masalahnya bukan tentang investasi atau asuransi atau mobil atau rumah atau supplemen kesehatan. Masalahnya adalah kemampuan pas-pasan dari si agen penjual....
Bedanya, kalau bicara mobil atau rumah, banyak orang yang mempunyai hobi atau minat dan memiliki informasi yang digali. Atau jika bicara supplemen obat, masih ada kalangan dokter yang mungkin bisa memberi penjelasan. Tapi, jika bicara investasi dan asuransi dan perbankan?
Tak heran, banyak yang memandang dengan skeptis. Atau malah antipati, kepada produk keuangan. Kenyataannya juga, di OJK ada gerakan agar masyarakat memakai produk jasa keuangan. Sangat besar energi untuk itu -- karena selama ini masyarakat Indonesia masih banyak yang belum ikut.
Lha, kenapa belum ikut?
Lha, kalau tidak paham, kenapa harus ikut?
Lha, kalau ada begitu banyak cerita seram tentang kerugian karena ikut, misalnya ikut asuransi....
Ayolah. Di agensi Asuransi Jiwa sering dibahas tentang baru 10% rakyat Indonesia yang berasuransi jiwa, berarti ada banyak sekali pasar asuransi jiwa yang bisa digarap. Artinya, ada potensi bisnis yang luar biasa.
Jadi, mau dong, menggarap potensi bisnis luar biasa?
Hanya, apa yang dilakukan? Mengumpulkan orang? Mendesak untuk jadi agen asuransi, lantas berjualan setelah beri training tiga hari?
Ayolah. Bisnis konsultasi apa yang bisa dikuasai dalam training selama tiga minggu, atau tiga bulan? Apalagi hanya tiga hari! Tapi karena orang-orang menginginkan menerima komisi yang besar, mereka berjuang untuk berjualan. Ini seperti orang mau memperoleh penghasilan dokter (dalam hal kesehatan), lantas belajar tiga hari terus membuka 'klinik pengobatan' yang intinya menjual produk supplemen makanan yang diklaim lewat kata-kata -- tentu tidak dalam bentuk tulisan -- bisa mengobati banyak penyakit.
Lalu, jika berhasil terus menulis "WE ARE THE WINNING TEAM" serta foto-foto bepergian ke luar negeri sebagai apresiasi pencapaian penjualan yang luar biasa.
Itu adalah kemenangan para penjual. Bagaimana dengan para pembeli, para klien, para pasien, para nasabah? Apakah mereka juga jadi pemenang?
Sampai di sini, ayo kembali membaca artikel tentang kritik pedas dari Warren Buffet. Ada kebenaran yang harus direnungkan semua konsultan yang mengaku sebagai Profesional.
Termasuk saya juga.
29 April 2016
Tax Amnesty Indonesia 2016
Perkembangan menarik di Indonesia. Adanya Tax Amnesty membuat beberapa reaksi. Bagi negara2 yang selama ini memperoleh dana dari Indonesia, mereka ketar ketir. Bila Tax Amnesty (TA) berjalan dan menarik dana dari negaranya, akan jadi masalah ekonomi. Jadi mereka melakukan lobi dan entah apa, untuk menggagalkan TA, atau untuk membuat TA jadi tidak menarik.
Di sisi lain, investor melihat Indonesia bisa terbang sangat cepat dengan "rocket fuel" dana sangat besar yang dibawa masuk jika TA berjalan. Indonesia masih sangat luas, sangat banyak daerah yang belum berkembang. Jadi ada dana banyak, ada banyak juga daerah bisa dibangun. Keunggulan Indonesia: Stabil dalam pemerintahan, demokratis, dan sekarang kuat membersihkan diri dari korupsi. Aturan yang lebih adil dan terbuka. Plus, jumlah penduduk yang banyak. Saat ini, 252 juta jiwa, dan masih bertumbuh.
Bandingkan dengan negara maju yang tidak ada tempat untuk dibangun besar-besaran, yang penduduknya malas menikah, malas berkeluarga dan punya anak, yang secara statistik orang tuanya banyak sekali.
Demografi adalah akar masalah ekonomi saat ini: Orang muda yg lebih sedikit harus menanggung orang tua dan anak-anak mereka, sementara ada hutang besar yang juga harus dibayar. Hutang yang timbul dari skema serupa Ponzi, tapi ukurannya raksasa, dilakukan oleh negara.
Indonesia bebas dari semua penyakit itu. Hutang Indonesia masih dibawah 60% PDB, dan masih berupa hutang produktif. Bukan hutang untuk bayar gaji PNS, yang merupakan hutang konsumtif.
Tidak heran kalau dana dari luar negeri terus masuk, investor yang mau ambil bagian ketika ekonomi Indonesia melesat. Lihat bagaimana IHSG tetap positif ketika yang lain negatif?
Sudah cukup lama kita duduk sedih dalam kondisi investasi suram dunia. Kini waktunya untuk bangkit dan melihat ada kesempatan bagus yang mungkin segera terjadi.... Tentunya masih ada perjuangan, karena banyak yang tidak mau TA jadi kenyataan hebat, yang berarti musibah hebat bagi mereka....
Mari berdoa dan bersemangat!
Di sisi lain, investor melihat Indonesia bisa terbang sangat cepat dengan "rocket fuel" dana sangat besar yang dibawa masuk jika TA berjalan. Indonesia masih sangat luas, sangat banyak daerah yang belum berkembang. Jadi ada dana banyak, ada banyak juga daerah bisa dibangun. Keunggulan Indonesia: Stabil dalam pemerintahan, demokratis, dan sekarang kuat membersihkan diri dari korupsi. Aturan yang lebih adil dan terbuka. Plus, jumlah penduduk yang banyak. Saat ini, 252 juta jiwa, dan masih bertumbuh.
Bandingkan dengan negara maju yang tidak ada tempat untuk dibangun besar-besaran, yang penduduknya malas menikah, malas berkeluarga dan punya anak, yang secara statistik orang tuanya banyak sekali.
Demografi adalah akar masalah ekonomi saat ini: Orang muda yg lebih sedikit harus menanggung orang tua dan anak-anak mereka, sementara ada hutang besar yang juga harus dibayar. Hutang yang timbul dari skema serupa Ponzi, tapi ukurannya raksasa, dilakukan oleh negara.
Indonesia bebas dari semua penyakit itu. Hutang Indonesia masih dibawah 60% PDB, dan masih berupa hutang produktif. Bukan hutang untuk bayar gaji PNS, yang merupakan hutang konsumtif.
Tidak heran kalau dana dari luar negeri terus masuk, investor yang mau ambil bagian ketika ekonomi Indonesia melesat. Lihat bagaimana IHSG tetap positif ketika yang lain negatif?
Sudah cukup lama kita duduk sedih dalam kondisi investasi suram dunia. Kini waktunya untuk bangkit dan melihat ada kesempatan bagus yang mungkin segera terjadi.... Tentunya masih ada perjuangan, karena banyak yang tidak mau TA jadi kenyataan hebat, yang berarti musibah hebat bagi mereka....
Mari berdoa dan bersemangat!
16 April 2016
Sektor Jasa Keuangan dan OJK
SEKTOR JASA KEUANGAN
-- adalah area di mana produk keuangan diluncurkan. Di Indonesia, pengawasan
dan regulasi SJK ada di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dan kita saat ini
bisa melihat Master Plan dari OJK untuk SJK dari tahun 2015-2019. Bagian ini penting
karena OJK, yang baru muncul 2014, kini mengambil peran sentral dan penting
dalam sektor jasa keuangan di Indonesia.
Hanya, yang memahami
situasinya, mungkin masih mengangkat alis. Atau angkat tangan? Masih ingat, dua
tahun lalu orang meributkan soal bagian yang harus dibayarkan oleh Lembaga Jasa
Keuangan (LJK) kepada OJK. Lha, ini regulator atau mau pungut memungut dana
saja dari perusahaan keuangan? Ahh…. Itu salah paham yang terjadi dua tahun
lalu.
Ada lima kelompok
yang ditangani OJK. Ada perbankan, ada perusahaan pembiayaan, ada perusahaan
sekuritas dan manajemen aset, ada perusahaan asuransi, dan ada bursa efek juga
bursa berjangka. Eh, dari sudut pandang OJK, pembagiannya adalah Perbankan,
Pasar Modal, IKNB, dan Syariah. OJK juga menangani Konsumen; bagaimana mendidik
konsumen untuk lebih paham.
Ribet-ribetnya:
belum tentu para pelaku, para agen, di dalam SJK ini sungguh memahami
urusannya. Berapa banyak agen bank yang sungguh-sungguh mengerti dan bisa
membantu nasabah untuk membuat perhitungan usaha? Berapa banyak agen asuransi
jiwa yang sungguh-sungguh dapat melayani nasabah memperoleh asuransi jiwa yang
sesuai?
Ok deh. Bicara fakta
ya. Faktanya, orang modern tidak mungkin lepas dari jasa keuangan. Jika mau
bertransaksi, jaman sekarang ini sangat butuh jasa bank. Butuh taruh dana di
bank. Butuh buat penjaminan di bank. Sebaiknya menaruh uang dan menarik uang
melalui bank -- daripada memakai jasa tetangga.
Jadi, ayo pakai jasa
bank! Kalau kantor cabang nggak ada, kan sekarang ada program LAKU PANDAI yang
bisa bawa bank ke depan pintu toko. Manfaatkan dong? Tapi, namanya transaksi ya
ini berjangka pendek.
Untuk jangka
panjang? Sebaiknya menaruh di instrumen investasi; saya menyukai REKSA DANA,
yang bahasa Inggrisnya adalah Mutual Fund. Ini adalah suatu Kontrak Investasi
Kolektif, di mana dana dikelola oleh Manajer Investasi dari suatu perusahaan
Manajemen Aset. Jadi, kalau berpikir mau menabung jangka panjang, lebih dari 1
tahun, ya taruh di Reksa Dana sajalah.
Asuransi sangat
penting sebagai penjamin, memastikan adanya PERTANGGUNGAN di saat terjadi
musibah. Maksudnya begini: kalau terkena musibah (dan semua musibah itu bakal
mengambil duit Anda), ada yang menanggung sebagian atau seluruh pengeluaran
yang besar itu. Kalau nggak ditanggung orang lain, ya siap-siap menanggung
sendiri semua kehilangan itu.
Pusingnya begini:
buat menabung jangka panjang, orang memilih taruh di deposito. Lha, itu kan
jangka pendek? Tapi mereka memakai fasilitas ARO - Automatic Roll Over, dalam
deposito yang tidak lagi dicek, tidak lagi dikendalikan, dan tidak lagi dilihat
apakah bunga riilnya positif atau negatif. Jadi bank dikasih banyak uang yang
tidak mengalir. Tahu apa yang terjadi ketika sang pemilik uang meninggal dunia?
Untuk itu, ada agen
asuransi yang mengajari bahwa lebih baik menabung jangka panjang -- misalnya
untuk biaya pensiun, di Asuransi Jiwa. Nah dibuatlah perbandingan begini: kalau
nabung di bank dapatnya cuma segini, nabung di asuransi unit link dapatnya segini,
lebih besar! Ada salah paham besar di sini: yang namanya investasi itu tidak
pasti, tidak dijamin. Kalau ada ilustrasi asuransi unit link, baca baik-baik
HASIL INVESTASI TIDAK DIJAMIN. Maka tidak bisa dibilang bahwa hasilnya akan
segini dan nanti pasti jadi segini.
Lagipula, sudah
sadar belum, kalau dalam program asuransi unit link, investasi berupa unit itu
akan OTOMATIS dicairkan secara periodik SEPANJANG KONTRAK untuk membayar biaya
asuransi? Jadi misalnya orang berinvestasi untuk pensiun, tapi investasinya
secara periodik dicairkan untuk bayar biaya asuransi. Ini bukan tipuan, MEMANG
seperti itulah Asuransi Unit Link.
Terbayang.… ini ayah dan bunda setengah mati menabung untuk ananda nanti kuliah, tanpa sadar unitnya banyak dihabiskan untuk biaya asuransi, karena agennya dengan manis membujuk untuk mengambil banyak manfaat tambahan dalam asuransi, yang semuanya bakal meminta dibayar biaya asuransi. Soalnya, bagi sang agen, semakin banyak manfaat tambahan, semakin banyak pula komisi didapatkan. Miris 'kan?
Terbayang.… ini ayah dan bunda setengah mati menabung untuk ananda nanti kuliah, tanpa sadar unitnya banyak dihabiskan untuk biaya asuransi, karena agennya dengan manis membujuk untuk mengambil banyak manfaat tambahan dalam asuransi, yang semuanya bakal meminta dibayar biaya asuransi. Soalnya, bagi sang agen, semakin banyak manfaat tambahan, semakin banyak pula komisi didapatkan. Miris 'kan?
Masih mau, menabung
buat biaya pendidikan nanti, di produk Asuransi? Begini lho: jika MEMANG mau
berinvestasi, pilihlah produk investasi. Sekali lagi: sebaiknya menaruh di
instrumen investasi seperti Reksa Dana. Atau kalau punya kemampuan dan
kompetensi cukup, belilah SAHAM. Tuh, OJK juga buat program NABUNG SAHAM….
Susahnya, banyak
yang tidak paham ya.
Seperti, banyak
orang yang gagal paham bahwa Asuransi itu memberikan PERTANGGUNGAN yang sangat
dibutuhkan dalam kondisi terjadi musibah. Semua orang punya risiko, tidak bisa
dihindari. Satu-satunya jasa keuangan yang memberi dana saat musibah terjadi
adalah Asuransi. Yang lain, kalau misalnya punya kredit ke bank, itu kredit
langsung JATUH TEMPO ketika debitor meninggal dunia.
Jadi, yang
terpenting dari Asuransi adalah UANG PERTANGGUNGAN yang diberikan. Dalam
Asuransi Jiwa yang sampai usia 100 tahun, besarnya Uang Pertanggungan (UP) itu
hampir pasti akan diterima, karena jarang yang hidup lebih dari 99 tahun. Dalam
kepastian itu, orang bisa hitung berapa premi yang dibayarkan dibanding berapa
UP yang diterima oleh keluarga…. Dan dengan demikian, Asuransi Jiwa juga
menjadi instrumen untuk pemindahan kekayaan yang sangat efisien, bebas pajak
dan bebas dari biaya hukum. (Soal ini, nanti kapan2 ditulis lebih banyak).
Kondisi saat ini
adalah: banyak yang salah jual, banyak yang salah beli. Produk keuangan itu
bagus, tapi kalau ada salah jual, ada salah beli, dan pastinya salah paham --
maka bisa terjadi kerugian yang sangat menyebalkan.
Peran OJK sangat
penting sebagai regulator, yang memberikan kontribusi untuk mengembangkan
pembangunan. Dengan OJK menjaga kestabilan sektor jasa keuangan, masyarakat
akan lebih aman untuk mengambil produk jasa keuangan -- karena kalau ada yang
ngawur, bisa mengadu ke OJK 'kan? Masyarakat bisa bilang ke OJK, ini produk
ngawur, saya dirugikan! -- maka OJK bisa datang untuk menyelidiki.
Bisa saja,
perusahaan memang salah. Atau agennya salah. Atau konsumennya yang salah. Ada
aturan, dan kita bisa lihat apakah peraturan diikuti, atau dilanggar. Eh. Belum
tentu perusahaan atau agen salah ya. Yang mau nakal terhadap lembaga keuangan
juga ada. Rampok ada di mana-mana…..
UU memberikan
kekuasaan kepada OJK. UU No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, misalnya,
memberi banyak kekuasaan kepada OJK untuk mengatur. UU itu juga memberikan
ancaman pidana kepada agen atau pihak manapun yang memanipulasi nasabah, yang
merugikan nasabah. Jadi, merasa ditipu oleh agen asuransi? Sekarang bisa datang
ke polisi dan buat LP, atas pelanggaran UU No. 40 Tahun 2014. Ancaman max
hukuman 5 Milyar dan/atau 5 tahun penjara…..
Nggak main-main jadi
agen asuransi ya.
Hal-hal begini,
seharusnya memberikan ketentraman bagi nasabah. Semoga agen yang tidak kompeten
menjadi takut karena ancaman ini dan terus keluar. Maka hanya agen profesional
yang betul-betul mampu yang datang melayani masyarakat. Lebih baik bagi masyarakat
'kan?
Profesionalisme
dibutuhkan, karena kita sedang mengalami situasi yang sukar dalam perekonomian
global. Pilihan yang salah, membawa akibat yang berat. Misalnya begini: dulu
orang tua kita nabung sebisanya, itu cukup untuk memasukkan kita masuk kuliah.
Sekarang, jika kita jadi orang tua, program menabung/berinvestasi harus dibuat
secara serius. Kalau tidak begitu, tidak cukup uang untuk memasukkan anak kita
kuliah.
Asuransi juga
begitu: dulu kalau ada yang kena musibah, banyak keluarga yang datang dan
membantu, juga secara finansial. Untuk pemakaman juga ada uang patungan. Tapi
sekarang, kalau sang ayah meninggal dunia…. Ibu dan anak-anak harus menanggung
sendiri. Mana keluarga besar yang datang membantu? Malah, keluarga harus
keluarkan biaya untuk makan-makan para keluarga yang datang melayat…. Biaya
final jaman sekarang mahal, dan semakin mahal. Kalau asuransi jiwa cuma 10 - 50
juta, mana cukup?
Melek finansial --
literasi finansial -- menjadi suatu kebutuhan yang semakin mendesak. Umm…. OJK
sampai di mana ya, untuk ini? Semoga, OJK bisa bekerja lebih cepat, lebih
profesional, dan tidak terus bingung karena aturan-aturan lama yang tidak cocok
dengan kondisi lapangan….
Namun, nampaknya
kita harus bersabar…. Apalagi dengan para pembuat UU yang nampaknya tidak
begitu paham dengan seluk beluk riil dari kondisi ekonomi dan masyarakat
Indonesia. Dan coba lihat, bukankah ruang media kita masih penuh dengan
keributan tentang Sumber Waras -- yang sebenarnya lebih memperlihatkan betapa
TIDAK KOMPETEN nya BPK dalam bekerja?
Sampai, tidak tahu
lagi, apa sih pentingnya semua pemberitaan dan keramaian begini?
Ini bagus untuk disimpan: http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-terkini/Pages/Master-Plan-Sektor-Jasa-Keuangan-Indonesia-2015-2019.aspx
Ini bagus untuk disimpan: http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-terkini/Pages/Master-Plan-Sektor-Jasa-Keuangan-Indonesia-2015-2019.aspx
Indonesia - Quo Vadis?
INDONESIA berada di
tengah ekonomi global yang lelah. Seperti orang yang terus-menerus harus meniup
balon yang bocor, tapi harus dijaga tetap mengembang. Kalau balon ini kempes,
ekonomi kempes, hancurlah gaya hidup dan kehidupan banyak negara, banyak rakyat
yang akan menderita. Tapi terus menerus meniup balon bocor ini selalu
melelahkan…
Perbankan, bank
sentral, mempunyai kewenangan dalam menetapkan kebijakan moneter. Sudah tahu
belum, sekarang Bank Indonesia akan menetapkan BI Rate dengan cara berbeda?
Tadinya, BI Rate berlaku untuk jangka waktu 12 bulan. Jadi misalnya mau taruh
duit di deposito, diberi bunga yang hitungannya per tahun (walau depositonya
hanya 1 bulan). Mulai bulan Agustus 2016, yang jadi patokan adalah suku bunga
pinjaman antar-bank yang dikenal sebagai
7-days-reverse-repo-rate.
Sederhananya (mohon maaf dan koreksi kalau ada salah dalam penyederhanaan ini). Pemerintah kan mengeluarkan surat utang negara (SUN). Nah, SUN ini dijual BI kepada Bank dengan perjanjian nanti, 7 hari kemudian, dijual balik oleh Bank kepada BI (makanya disebut repo) dengan harga lebih rendah (alias reverse). Bank memperoleh keuntungan dari reverse-repo. Rate dari 7-days-reverse-repo ini menjadi patokan, ambil 75 bps lebih rendah untuk suku bunga tabungan dan 75 bps lebih tinggi untuk suku bunga pinjaman.
Akibatnya? Di satu sisi, suku bunga tabungan jadi nggak tinggi. Di sisi lain, suku bunga pinjaman juga jadi nggak tinggi. Secara keseluruhan, pergerakan suku bunga bisa menjadi lebih sempit untuk transaksi yang jangka waktunya lebih pendek. Yang diharapkan, duit lebih banyak beredar di pasar, daripada di bank. Posisi bank adalah jadi intermediasi bisnis, dukung transaksi bisnis. Taruh duit di bank untuk bisnis!
Sederhananya (mohon maaf dan koreksi kalau ada salah dalam penyederhanaan ini). Pemerintah kan mengeluarkan surat utang negara (SUN). Nah, SUN ini dijual BI kepada Bank dengan perjanjian nanti, 7 hari kemudian, dijual balik oleh Bank kepada BI (makanya disebut repo) dengan harga lebih rendah (alias reverse). Bank memperoleh keuntungan dari reverse-repo. Rate dari 7-days-reverse-repo ini menjadi patokan, ambil 75 bps lebih rendah untuk suku bunga tabungan dan 75 bps lebih tinggi untuk suku bunga pinjaman.
Akibatnya? Di satu sisi, suku bunga tabungan jadi nggak tinggi. Di sisi lain, suku bunga pinjaman juga jadi nggak tinggi. Secara keseluruhan, pergerakan suku bunga bisa menjadi lebih sempit untuk transaksi yang jangka waktunya lebih pendek. Yang diharapkan, duit lebih banyak beredar di pasar, daripada di bank. Posisi bank adalah jadi intermediasi bisnis, dukung transaksi bisnis. Taruh duit di bank untuk bisnis!
Nah, repot-repotnya,
orang masih menaruh duit di bank, seperti deposito, untuk jangka panjang. Kalau
boleh menduga-duga, nanti perubahan BI Rate bisa lebih seru, jadi bunga
deposito juga bisa lebih fluktuatif dari bulan ke bulan. Siapa bilang menaruh
duit di deposito itu stabil dan garis lurus tetap sama? Sebaiknya orang taruh
duit jangka panjang di instrumen investasi, seperti Reksa Dana.
Namun gimana nih,
saat ini dana di reksa dana kebanyakan datang dari institusi baik perusahaan,
yayasan, maupun dana pensiun, bukan perorangan. Jumlah reksa dana dari
perorangan hanya berapa % ya? (belum dapat datanya).
Lantas, ada juga
urusan perpajakan. Pemerintah nampak bingung karena ingin menarik pajak
sekaligus menjaga konsumsi masyarakat. Maka, Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP)
naik dan diwacanakan naik lagi, sementara kegiatan Dirjen Pajak mengejar WP
Perorangan semakin giat. Yang bayar pajak tentunya adalah para WP yang
pendapatannya di atas 3 jt per bulan (saat ini -- diwacanakan nanti jadi 4,5 jt
per bulan).
Masalahnya, orang pajak hanya melihat bahwa ada penghasilan sekian untuk dipajaki. Pendapatan lebih tinggi sebenarnya bisa dibagi dua kelas: yang datang sebagai pendapatan/gaji/upah/income, dan yang datang sebagai kapitalisasi dari risiko dalam mengerjakan aset. Ada perbedaan besar.
Kalau namanya gaji, itu kan stabil, tidak pakai risiko. Karyawan dapat gaji rutin, apapun kondisi perusahaannya.
Kalau namanya aset, bisa untung bisa juga rugi. Hari ini untung besar. Besok rugi besar. Biasa dalam bisnis.
Jadi tidak biasa, ketika semuanya dipajaki dengan cara yang sama, asal lihat angka penghasilan. Jadi lebih tidak cocok lagi, ketika pajak juga melihat kekayaan dan peningkatan kekayaan sebagai pokok pengenaan pajak yang sama besarnya. Kenapa?
Karena kalau memiliki aset dan terus mengalami dipajaki selangit adalah peraturan yang harus diikuti tanpa bisa ditawar lagi, maka… lebih baik jadi karyawan dan terima gaji. Sebaiknya setinggi-tingginya jadi karyawan dan terima gaji besar. Mungkin pajaknya besar, tapi kan pendapatan itu nggak ada risikonya?
Masalahnya, orang pajak hanya melihat bahwa ada penghasilan sekian untuk dipajaki. Pendapatan lebih tinggi sebenarnya bisa dibagi dua kelas: yang datang sebagai pendapatan/gaji/upah/income, dan yang datang sebagai kapitalisasi dari risiko dalam mengerjakan aset. Ada perbedaan besar.
Kalau namanya gaji, itu kan stabil, tidak pakai risiko. Karyawan dapat gaji rutin, apapun kondisi perusahaannya.
Kalau namanya aset, bisa untung bisa juga rugi. Hari ini untung besar. Besok rugi besar. Biasa dalam bisnis.
Jadi tidak biasa, ketika semuanya dipajaki dengan cara yang sama, asal lihat angka penghasilan. Jadi lebih tidak cocok lagi, ketika pajak juga melihat kekayaan dan peningkatan kekayaan sebagai pokok pengenaan pajak yang sama besarnya. Kenapa?
Karena kalau memiliki aset dan terus mengalami dipajaki selangit adalah peraturan yang harus diikuti tanpa bisa ditawar lagi, maka… lebih baik jadi karyawan dan terima gaji. Sebaiknya setinggi-tingginya jadi karyawan dan terima gaji besar. Mungkin pajaknya besar, tapi kan pendapatan itu nggak ada risikonya?
Daripada jadi
pengusaha. Waktu ada pendapatan besar, harus dilaporkan dan dipajaki sama
besarnya seperti karyawan. Tapi waktu ada kerugian, akibatnya pajaknya lebih
kecil -- terus datanglah petugas pajak dan mencari tahu kenapa pendapatan
menurun, kenapa bayar pajak lebih sedikit? Maunya pajak tinggi terus, makin
tinggi terus….
Dalam ekonomi
seperti sekarang di mana tingkat risiko lebih tinggi, pengusaha mempunyai beban
berat mempertahankan tingkat perputaran usaha. Mau sama saja sudah susah --
bagaimana caranya bisa membuat usaha bertumbuh? Tapi orang pajak punya target
dalam memperoleh pungutan pajak. Ini kan jadi pilar penopang APBN, apalagi
dengan kondisi harga minyak rendah, harga komoditi rendah, dan pajak dari
ekspor tidak bisa diharapkan sebesar dahulu.
Dengan PTKP
dinaikkan ke 4,5 jt per bulan, sebagian besar rakyat Indonesia tidak bayar
pajak. Yang sebagian kecil harus bayar pajak dengan taat -- bukan saja laba,
tapi juga aset dikenakan pajak. Bagi orang yang punya aset, mau taruh di mana?
Menaruh aset di negara-negara yang tidak memajaki aset dan kekayaan menjadi
menarik (termasuk di Amerika Serikat -- di sana aset nggak dipajaki).
Tax Amnesty adalah
usaha 'mengampuni kesalahan' orang yang menaruh aset di luar negeri, sehingga
kekayaannya itu tidak dikenakan pajak. Harapannya, dengan tax amnesty maka
asetnya boleh kembali ke Indonesia…. Nggak dipajaki atas apa yang sudah terjadi
di masa lalu, tapi untuk selanjutnya bisa dikenakan pajak dong?! Lagipula, aset
yang jumlahnya sangat besar itu -- konon mencapai 11 quaddrilliun -- akan
membuat dorongan yang sangat besar dalam likuiditas di Indonesia; dan utamanya
adalah selanjutnya menjadi objek pajak.
Kemarin, dari
konsultasi DPR dengan Presiden, RUU Tax Amnesty nampaknya akan segera
dikeluarkan sebagai UU.
Sejujurnya saya
merasa takut dengan kondisi yang mungkin terjadi. Bayangkan, semisal ada duit
11.000 Triliun (buat perbandingan, total dana pihak ketiga di perbankan
Indonesia sekitar 4.000 Triliun) masuk ke Indonesia…. Duit itu kan milik
institusi dan individu. Lari ke mana? Taruh di Bank?
Kalau taruh di bank,
itu bank nya kelimpungan kebanyakan duit. Mau dikemanain duitnya? Siapa yang
mau pinjam duit, yang punya tingkat risiko sepadan?
Kalau ditaruh ke
pasar, misalnya terus dibelanjakan properti, maka harga properti akan terus
terbang ke langit, sampai menjadi gelembung yang nggak masuk akal.
Kalau ditaruh ke
pasar modal, terjadi gelembung pasar modal yang gila-gilaan -- karena semua
investor (termasuk saya) pasti akan terus beli saham apapun, yang harganya akan
naik jauh berlipat-lipat dibandingkan earning dari perusahaan. Mau beli saham
dengan PER berapa?
Inflasi, jadi
hyper-inflation. Kalau berpikir ada duit banyak masuk Indonesia itu lantas
bagus, mungkin di depannya saja nampak bagus. Sudah tahu belum, ada orang mati
karena kebanyakan makan? Ini perbankan sedang berusaha membuat duit nggak
banyak dan nggak lama2 di perbankan kok, dengan pengaturan BI Rate baru itu.
Hampir pasti, duit
yang banyak itu nggak akan masuk secara merata ke akar rumput, terbagi ke
seluruh rakyat. Kemampuan dan kompetensi orang tetap akan jadi pembeda -- yang
terjadi adalah gap yang lebih besar antara orang kaya dan miskin, parameternya
coba cek koefisien gini yang terjadi.
Tapi orang pajak kan punya target ya….
Tapi orang pajak kan punya target ya….
Bagaimana ya, nasib
rakyat Indonesia?
Secular Stagnation
SECULAR STAGNATION
-- adalah kondisi pertumbuhan ekonomi rendah sekali di mana dalam tingkat
kekayaan yang besar, jumlah tabungan melebihi jumlah investasi jangka menengah
- panjang. Artinya, uang tersimpan lebih banyak di brankas daripada diputarkan
untuk bangun (misalnya) infrastruktur dan pendidikan, yang sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Alhasil, pertumbuhan ekonomi menurun,
pendapatan per kapita menurun. Bisa dibilang: ekonominya stagnan. Bagi yang
punyai duit di tabungan, nggak mau nilainya menurun dong…. Jadi mereka terus
mengalihkan kekayaannya di negara yang pertumbuhannya masih bagus. Akibatnya,
duit mengalir keluar dan menyebabkan devaluasi mata uang, kalau jumlah uang
keluar banyak sekali.
Devaluasi mata uang
itu membuat nilai barang ekspor jadi menurun, dan terus meningkatkan pesanan,
membuat pabrik berjalan, orang bekerja, dan pendapatan tetap dijaga nggak
jeblok-jeblok amat, pertumbuhan ekonomi nggak sampai negatif -- masih berkisar
di angka 0%.
Cerita ini terjadi di berbagai negara maju, di Eropa dan Jepang. Lihat saja Jepang: ekonomi Jepang parah, tapi investor Jepang banyak taruh duit di Indonesia. Dan bagi negara-negara ini, penguatan mata uang adalah masalah. Mereka mau supaya terjadi devaluasi -- perang mata uang adalah kompetisi saling menurunkan nilai mata uangnya. Mungkin cuma orang Indonesia saja yang suka kalau mata uang Rupiah menguat….
Cerita ini terjadi di berbagai negara maju, di Eropa dan Jepang. Lihat saja Jepang: ekonomi Jepang parah, tapi investor Jepang banyak taruh duit di Indonesia. Dan bagi negara-negara ini, penguatan mata uang adalah masalah. Mereka mau supaya terjadi devaluasi -- perang mata uang adalah kompetisi saling menurunkan nilai mata uangnya. Mungkin cuma orang Indonesia saja yang suka kalau mata uang Rupiah menguat….
Bagi negara seperti
Jepang, duit dikeluarkan dari sistem perbankan dengan membuat rate suku bunga
negatif; artinya orang DIHUKUM karena menaruh duitnya di perbankan Jepang.
Begitu juga dengan Eurozone. Ya itu duit terus dikeluarkan…. Dan untuk itu bank
sentralnya tidak berbuat apa-apa. Tidak melakukan apa-apa adalah pilihan yang
mereka ambil.
Sementara, uang
mengalir kembali ke AS, dan dengan ragu-ragu masuk ke pasar saham serta
investasi lain. Masalahnya, dengan Secular Stagnation maka nilai barang Amrik
jadi tinggi, biaya dan harga barang & jasa Amrik tinggi…. Dan The Fed yang
neracanya seperti gajah bengkak itu, pelan-pelan tapi pasti menaikkan suku
bunganya. Bagi The Fed, sudah tidak banyak pilihan, opsi mereka terbatas. Mau
ikutan bikin duit keluar dari Amerika? Itu bisa meruntuhkan pasar saham. Mau
menahan duit terus ada di dalam negeri? Harga barang menjadi tinggi.
Logika ekonominya
gampang sih. Di mana duit berkumpul, di sana terjadi kenaikan harga yang
menyebabkan barang nggak kompetitif lagi. Kalau mau tetap ada pesanan, tetap
ada pertumbuhan ekonomi, maka duit nggak boleh kumpul terlalu banyak terlalu
lama.
Tapi secular stagnation ini bikin frustasi para pemegang duit. Kalau berlama-lama begini, kepercayaan kepada para pembuat kebijakan menjadi semakin terkikis. Para pembuat kebijakan bank sentral itu mungkin membuat keputusan yang secara politis bagus buat kebanyakan rakyat, 80% penduduk yang hidup dari gaji mereka. Tapi, itu jelek untuk 5% high-net-worth-individual investors yang punya uang sedemikian banyak dan ingin melihat ada pertumbuhan. Mereka kalau mau charity ya charity, yang bisa dipakai potong pajak. Nggak mau disuruh menerima rate negatif.
Tapi secular stagnation ini bikin frustasi para pemegang duit. Kalau berlama-lama begini, kepercayaan kepada para pembuat kebijakan menjadi semakin terkikis. Para pembuat kebijakan bank sentral itu mungkin membuat keputusan yang secara politis bagus buat kebanyakan rakyat, 80% penduduk yang hidup dari gaji mereka. Tapi, itu jelek untuk 5% high-net-worth-individual investors yang punya uang sedemikian banyak dan ingin melihat ada pertumbuhan. Mereka kalau mau charity ya charity, yang bisa dipakai potong pajak. Nggak mau disuruh menerima rate negatif.
Jadi…. Ada
kemungkinan pasar saham di amrik bakal anjlok, yang tidak selalu berarti bursa
efek Indonesia ikutan anjlok…. Haeh. Kondisinya susah
diprediksi.
Moga-moga nggak lelah membaca posting begini…. Hahaha (NEXT: bagaimana Indonesia)
Moga-moga nggak lelah membaca posting begini…. Hahaha (NEXT: bagaimana Indonesia)
12 April 2016
Panama Papers
PANAMA PAPERS
membuat mata terbuka tentang praktek orang-orang kaya untuk menyelamatkan
kekayaannya dari incaran pajak. Ok. Sebelum lebih lanjut, lebih dahulu harus
dipahami ada dua hal yang berbeda soal tidak membayar pajak ini. Yang pertama
adalah PENGGELAPAN PAJAK (Tax Evasion), yang merupakan kriminal. Yang kedua
adalah PENGHINDARAN PAJAK (Tax Avoidance), yang bisa saja sepenuhnya
legal.
Penggelapan pajak adalah, situasi dimana orang atau badan usaha seharusnya membayar pajak, namun melakukan berbagai manipulasi dan pat pat gulipat, sehingga tidak bayar pajak atau membayar pajak lebih kecil. Seringkali caranya kerjasama dengan petugas pajak…. Itu adalah tindakan kriminal, berakhir di penjara.
Penggelapan pajak adalah, situasi dimana orang atau badan usaha seharusnya membayar pajak, namun melakukan berbagai manipulasi dan pat pat gulipat, sehingga tidak bayar pajak atau membayar pajak lebih kecil. Seringkali caranya kerjasama dengan petugas pajak…. Itu adalah tindakan kriminal, berakhir di penjara.
Penghindaran pajak
adalah, situasi dimana orang mengatur badan atau aset dan hasilnya menjadi
BUKAN objek pajak, atau setidaknya hanya sebagian membayar pajak, melalui
penetapan yang SAH dan diijinkan. Ini bukan tindakan kriminal, namun secara
moral patut dipertanyakan.
Kenapa patut dipertanyakan? Karena, secara moral, seorang warganegara yang baik akan bersedia membela dan membangun negaranya dengan rela membayar pajak secara penuh. Seharusnya, selayaknya, pajak dibayar agar negara memperoleh cukup pendapatan untuk bekerja, menjaga kehidupan seluruh rakyat.
Kenapa patut dipertanyakan? Karena, secara moral, seorang warganegara yang baik akan bersedia membela dan membangun negaranya dengan rela membayar pajak secara penuh. Seharusnya, selayaknya, pajak dibayar agar negara memperoleh cukup pendapatan untuk bekerja, menjaga kehidupan seluruh rakyat.
Di sisi dirjen
pajak, pokok utamanya sederhana: ada target yang harus dicapai, di mana
penerimaan pajak menjadi salah satu pendukung utama APBN. Jadi, harus
dipikirkan bagaimana pungutan pajak bisa dilakukan lebih banyak, lebih luas --
supaya anggaran belanja negara tercukupi.
Di sisi wajib
pajak…. Apakah seseorang yang bekerja lebih banyak, lebih keras, menjadi wajib
untuk mendukung bangsa dan negara ini? Mereka yang berjerih lelah membangun
perekonomian, patutkah mereka diberi hadiah berupa dikejar-kejar untuk bayar
pajak?
Sedangkan, sebagian
besar orang di usia kerja, yang pendapatannya 3 jt per bulan, tidak dikenakan
pajak (PTKP adalah 3 jt per bulan atau 36 jt per tahun)?
Pertanyaannya
berlanjut menjadi, masih adakah hak azasi seorang untuk memiliki, menyimpan,
dan mengelola hartanya sesuai dengan apa yang dikehendakinya? Jika masih ada
hak azasi itu, maka apa yang melarangnya untuk menaruh hartanya di luar negeri?
Orang Indonesia bisa menaruh harta di mana saja, kan?
Mereka menaruh harta
di luar negeri, dengan cara membentuk perusahaan asing. Sahamnya dibuat atas
nama warganegara asing tempat perusahaan didirikan, sementara si pemilik harta
sebenarnya hanya menjadi direktur pelaksana. "Perusahaan asing" ini
terus bekerja di Indonesia, mendapatkan untung, dan tentunya membayar pajak
badan secara normal (bukan menggelapkan pajak lho).
Karena ada keuntungan, maka ada dividen dari saham. Keuntungan ini secara hukum diterima oleh warganegara asing tadi, tapi itu hanya nama saja…. Dan oleh orang Indonesia ini dana itu terus dibuatkan menjadi aset lain, perusahaan lain, juga di luar negeri. Dari waktu ke waktu, kekayaannya bertambah.
Karena ada keuntungan, maka ada dividen dari saham. Keuntungan ini secara hukum diterima oleh warganegara asing tadi, tapi itu hanya nama saja…. Dan oleh orang Indonesia ini dana itu terus dibuatkan menjadi aset lain, perusahaan lain, juga di luar negeri. Dari waktu ke waktu, kekayaannya bertambah.
Orang Indonesia ini
akan 'dibayari' oleh perusahaan asing yang didirikannya -- itu adalah biaya
operasional yang mengurangi laba. Tentunya sebagai 'pegawai' ia akan dikenakan
pajak penghasilan -- tetapi bukan dihitung dari segala kekayaan yang sebenarnya.
Pajak yang dibayarnya jauh lebih kecil daripada peningkatan kekayaan yang
dimilikinya. Perusahaannya terus bertambah, bertumbuh, berada di luar negeri.
Perusahaan Panama
itu menjadi penyedia jasa untuk membuat semua hal ini bisa terjadi.
Secara hukum, semua
ketentuan perpajakan dipenuhi. Tidak ada penggelapan pajak. Kekayaan, aset
perusahaan bertumbuh di negara yang tidak mengenakan pajak pada aset dan
kekayaan. Negara-negara ini hanya memungut sebagian kecil dari pendapatan laba
perusahaan, untuk menutupi biaya negeri yang kecil mungil dan berpenduduk tidak
sampai satu juta orang itu. Kalaupun mau melakukan 'pelacakan' kekayaan, nama
orang Indonesia tidak muncul dalam dokumen pemilik di akte. Perjanjian antara
orang Indonesia dan warga asing yang ditunjuk, itu adalah perjanjian khusus
berdua saja, yang tidak diumumkan.
Jadi….. Kalau tidak
ada pelanggaran hukum, maka tidak bisa dilakukan tindakan hukum. Namun secara
moral, hal ini mengganggu -- dan muncul usaha untuk mengambil kembali
'kekayaan' itu…. Masalahnya, secara politik, bagaimana menyelaraskan antara hak
individu dengan kebutuhan komunitas? Jika secara politik, demi popularitas
partai politik, dilakukan langkah-langkah represif, misalnya memenjarakan orang
kaya itu untuk memaksanya….. Apa dasar hukum untuk memenjarakan orang karena
melakukan penghindaran pajak, dan secara hukum memasang nama orang lain sebagai
pemilik yang sah?
Lebih jauh lagi,
tindakan represif hanya membuat orang-orang kaya itu terus pergi dari
Indonesia, dan menarik semua aset dan usaha mereka. Sebagai pemilik yang
sebenarnya, bukankah mereka bisa melakukan hal itu? Toh masih ada negara lain
di atas muka bumi ini. Pemerintah tidak bisa menjadi lebih pandai daripada
orang yang memikirkan cara untuk memperoleh kekayaannya.
Orang Indonesia
tidak harus punya aset di Indonesia.
Orang Indonesia
tidak harus berbisnis di Indonesia.
Orang Indonesia
tidak harus berbahasa Indonesia.
Orang Indonesia bisa
berubah menjadi bukan Indonesia.
Yang tertinggal
hanya orang Indonesia yang biasa-biasa saja, dan bisanya cari makan -- bukan
menyediakan pekerjaan. Jadi, siapa yang sebenarnya kehilangan?
23 Maret 2016
Paskah, Jalan Langsung
Ketika tanggal 21
Maret kemarin orang-orang berdemo, ada sesuatu yang berbeda.
Demo kemarin bukan tentang kebijakan. Bukan tentang keputusan Pemerintah atas sesuatu.
Demo kemarin adalah tentang persaingan. Pemerintah didemo karena tidak membuat keputusan, karena tidak mencegah ada kemajuan dan perubahan. Kenapa Pemerintah tidak membuat segala sesuatu seperti sediakala?
Demo kemarin bukan tentang kebijakan. Bukan tentang keputusan Pemerintah atas sesuatu.
Demo kemarin adalah tentang persaingan. Pemerintah didemo karena tidak membuat keputusan, karena tidak mencegah ada kemajuan dan perubahan. Kenapa Pemerintah tidak membuat segala sesuatu seperti sediakala?
Orang-orang ini
terbiasa berhubungan dengan "jalur bisnis" -- mereka jadi sopir,
bekerja pada perusahaan, yang menyediakan jalan dan cara kerja serta
pengharapan. Berharap bahwa situasinya akan seperti itu bagi semua orang: kalau
mau berusaha maka harus memakai jalur perusahaan, harus memakai baju seragam,
harus mentaati peraturan perusahaan, dan memenuhi setoran. Selebihnya, boleh
bawa pulang. Bersaing dalam cara seperti itu, bergerak dengan koridor itu.
Jalur langsung?
Tidak masuk akal. Hubungan melalui gadget? Tidak bisa diterima. Harus memakai
jalur ini.
Peristiwa ini
terjadi dalam masa Paskah, yang puncaknya pada hari Minggu, 27 Maret nanti.
Peristiwa kemarin
itu bisa menggambarkan bagaimana manusia mau berhubungan dengan Tuhan. Cara
yang lama, cara yang dahulu, adalah melalui "jalur rohani" -- mereka
jadi umat, beribadah melalui upacara agama tertentu, yang menyediakan jalan dan
cara kerja serta pengharapan. Berharap bahwa situasinya akan seperti itu bagi
semua orang: kalau mau berkomunikasi dengan Tuhan maka harus memakai jalur
imam. Pemimpin agama. Pandito. Pendeta.
Lalu tibalah cara
baru, yang tidak masuk akal. Kini orang berhubungan langsung. Direct Access.
Ya, orang tetap berdoa -- tapi kini ada Roh Kudus yang berada bersama setiap
individu. Ini seperti aplikasi khusus yang tertanam dalam hati manusia (bukan
gadget), yang mengajarkan kebenaran, yang berdoa bagi manusia dengan keluhan
yang tidak tersampaikan.
Semua ini terjadi
karena Tuhan Yesus Kristus dahulu sudah disalibkan, mati, dan bangkit pada hari
ketiga, lalu naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Maha Kuasa.
Jreng! Connected! Tuhan Yesus menjadi Imam yang menghubungkan manusia dengan
Bapa. Roh Kudus menjadi ujung satunya yang menyertai setiap orang percaya.
Langsung.
Dan ini adalah
situasi yang juga tidak dapat diterima. Bagaimana mungkin, seorang biasa boleh
berhubungan dengan Sang Khalik, Pencipta alam semesta? Maka beberapa juga
melakukan demo, menolak, mencibir -- para imam yang kehilangan sumber
pemasukan, juga mencegat orang Kristen di tengah jalan dan menganiaya mereka.
Para pemimpin agama, bahkan juga pemimpin gereja, menginginkan orang-orang
hanya bisa berhubungan dengan Tuhan melalui mereka saja -- ada banyak
keuntungan di sana.
Hubungan langsung
ini, adalah suatu kerugian. Tapi, kenapa harus melalui imam jika Tuhan sudah
membuat jalan bagi semua orang?
Paskah adalah momen
pembebasan. Bebas dari kuasa maut. Bebas dari ikatan seremoni ritual. Semua
hubungan dengan Tuhan adalah anugerah, pemberian. Tidak ada lagi bagian dari
seremoni manusia yang 'berjasa' membuat hubungan dengan Tuhan. Jika itu pernah
terjadi dahulu di Bait Allah, tirai pembatas Bait Allah telah terobek. Bait
Allah juga tidak ada lagi.
Ketika kita
melakukan kebaktian, ketika melaksanakan seremoni -- itu adalah respon terhadap
anugerah. Kita beribadah karena bersyukur, bukan karena ingin mencapai sesuatu.
Kita berbakti sebagai wujud bakti orang yang telah menerima, bukan sedang
mencari. Merayakan Paskah adalah merayakan penerimaan, bukan pencarian.
Maka, dalam Paskah
yang ada hanyalah Berita. Tuhan Yesus telah bangkit! Yesus adalah Kristus,
Tuhan! -- Berita ini disebarkan dan diteruskan dan dirayakan. Dibuat jadi
drama. Dibuat jadi kegiatan anak-anak. Dicampurkan dengan kebudayaan lama --
telur dan kelinci, yang merupakan simbol kehidupan dan kesuburan. Beberapa
melihatnya sebagai bagian dari ritual terpenting untuk mengingat bagaimana
Tuhan sudah mati dan berkorban bagi manusia. Jadi, umat Tuhan harus tunduk dan
taat pada segala perintah dan dogma dari pemimpin gereja…. dan kembali lagi
pada keterikatan.
Tuhan sudah bangkit, dan itu membuat setiap orang dapat menjalani jalan yang langsung kepada Allah Bapa. Wahai, bukankah kita memangil-Nya, "Bapa", seperti yang diajarkan Yesus? Hormatilah anugerah itu. Rayakanlah Paskah. Bersyukurlah, terimalah, nikmatilah.
Tuhan sudah bangkit, dan itu membuat setiap orang dapat menjalani jalan yang langsung kepada Allah Bapa. Wahai, bukankah kita memangil-Nya, "Bapa", seperti yang diajarkan Yesus? Hormatilah anugerah itu. Rayakanlah Paskah. Bersyukurlah, terimalah, nikmatilah.
Selamat menjalani
kehidupan yang diberikan-Nya. Hidup itu kekal, tidak ada kesudahannya.
21 Maret 2016
Talenta
Sebab itu ambillah
talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh
talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi,
sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang
ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak
berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat
ratap dan kertak gigi."
(Mat 25:14-30)
Tiga hal yang bisa
dipelajari.
Hal yang pertama,
bagian perikop ini ada di Matius 25, yang membahas tentang hari kedatangan
Tuhan yang kedua. Ini kisah yang dituturkan Yesus setelah kisah tentang 10
gadis yang menunggu pengantin pria, 5 pandai dan 5 bodoh. Ini kisah yang
dilanjutkan tentang Tuhan akan memisahkan ilalang dan gandum di hari
kedatangan-Nya.
Maka perlu kita taruh seluruh bagian ini dalam pengajaran tentang akhir jaman.
Bagaimana pada akhirnya? Bagaimana kita mempertanggungjawabkan karya kita di hadapan Tuhan?
Semua ini akan dialami manusia pada akhir jaman. Kalau meninggal sekarang, akan menunggu sampai tiba saatnya. Tetapi kesempatan manusia adalah ketika masa dalam hidupnya. Yang penting adalah pemahaman bahwa kehidupan ini bukan berakhir dalam tubuh ini saja. Manusia mempunyai waktu yang lebih panjang dibandingkan masa hidup tubuhnya.
Maka perlu kita taruh seluruh bagian ini dalam pengajaran tentang akhir jaman.
Bagaimana pada akhirnya? Bagaimana kita mempertanggungjawabkan karya kita di hadapan Tuhan?
Semua ini akan dialami manusia pada akhir jaman. Kalau meninggal sekarang, akan menunggu sampai tiba saatnya. Tetapi kesempatan manusia adalah ketika masa dalam hidupnya. Yang penting adalah pemahaman bahwa kehidupan ini bukan berakhir dalam tubuh ini saja. Manusia mempunyai waktu yang lebih panjang dibandingkan masa hidup tubuhnya.
Hal yang kedua,
pengertian bahwa TUHAN mempunyai orang-orang yang berada dalam rumah-Nya.
Kepada orang-orang ini, TUHAN memberikan:
- Kemampuan untuk mengelola uang
- Talenta, yaitu uang
- Wewenang untuk mengerjakannya
Jadi, kita mempunyai kesanggupan dan sumber daya dan wewenang untuk mengerjakan.
Ada yang diberikan
banyak. Ada yang diberikan sedikit.
Yang menerima
banyak, akan menghadapi situasi yang lebih kompleks, lebih rumit. Urusan yang
lebih besar; mengerjakan satu proyek dengan modal 5 talenta, langsung
menghasilkan 10 talenta -- kalau berhasil. Risiko besar
Yang menerima sedikit, akan menghadapi situasi yang lebih sederhana, dengan risiko kecil, hasil yang kecil juga. Untuk mendapatkan hasil duakali lipat, harus berulang-ulang mengerjakan hal yang sama, yang sederhana. Risikonya kecil, tapi butuh ketekunan untuk mengulang-ulang pekerjaan.
Yang menerima sedikit, akan menghadapi situasi yang lebih sederhana, dengan risiko kecil, hasil yang kecil juga. Untuk mendapatkan hasil duakali lipat, harus berulang-ulang mengerjakan hal yang sama, yang sederhana. Risikonya kecil, tapi butuh ketekunan untuk mengulang-ulang pekerjaan.
Ada orang yang mampu
mengerjakan hal besar yang rumit, ada juga orang yang sederhana. Tuhan tidak
perlu memberikan semua orang dengan kekuatan yang sama. Tapi bagi yang menerima
kemampuan besar, ada risiko yang lebih besar. Tanggung jawabnya sama; tidak berarti
orang yang mendapat sedikit akan lebih sedikit bertanggungjawab.
Hal yang ketiga
adalah tuntutan untuk MEMBERI. Kita melihat hal ini dari apa yang terjadi
ketika Tuhan datang. Orang yang mendapat 5 talenta dan 2 talenta, memberikan
kemampuannya. Orang yang menerima satu talenta, tidak bersedia memberi -- ia
merasa Tuhan tidak adil, tidak menanam (tidak bekerja) tapi mengharapkan hasil.
Perhatikanlah: hamba
dituntut untuk memberi, bekerja. Orang harus positif, artinya memberi. Tujuan
orang Kristen adalah memberi, bukan menerima.
Dunia ini bekerja
sebaliknya: mau menerima, bukan memberi.
Mari kita lihat
sekarang, bagaimana masalah terjadi. Tujuan orang adalah menerima
sebanyak-banyaknya dengan modal, tenaga, dan waktu yang sesedikit-sedikitnya.
Ketika situasi menjadi sukar maka yang menjadi sasaran adalah memperoleh UANG
TUNAI sebanyak-banyaknya. Cash is the King.
Kenapa Cash is The
King? Karena dalam bentuk Cash, penurunan tidak terjadi. Paling sedikit nilai
yang tertera pada uang tidak akan berkurang. Bank Sentral di berbagai negara
maju membuat kondisi di mana Suku Bunga adalah NEGATIF. Kalau orang taruh uang
di Bank, ia kena 'hukuman' pengurangan uangnya. Maka paling baik memegang uang
tunai, menyimpan uang tunai secara harafiah.
Masalahnya? Karena
saat ini kemampuan orang untuk menghasilkan tidak lagi sebesar dahulu. Kenapa
tidak sebesar dahulu? Karena, situasi saat ini tidak lagi seperti 10 tahun yang
lalu, tahun 2006.
Apa yang terjadi 10
tahun yang lalu?
Saat itu, orang
membesarkan harapan. Karena mempunyai harapan, maka investasi dilakukan.
Harapan dikonversi menjadi peningkatan uang, dalam bentuk peningkatan nilai
efek dan property. Beli rumah 500 juta. Langsung tawarkan kepada orang lain 750
juta -- ada yang beli karena punya harapan harganya jadi 1 M.
Kenapa bisa begitu?
Karena orang meyakini bahwa uangnya akan bertambah dengan cepat, bisnisnya akan
bertumbuh dengan cepat, diharapkan demikian. Banyak pernyataan, cerita, suara,
yang didengungkan tentang peningkatan ekonomi -- di seluruh dunia.
Kenapa bisa
meningkat begitu?
Karena, saat itu The Fed membuat suku bunganya rendah sekali sedangkan imbal hasil masih tinggi. Waktu itu, The Fed membuat gelembung…. Yang meletus di tahun 2007, jadi krisis subprime mortgage 2008. Yang belum dipahami orang waktu itu adalah, bagaimana gelembung juga terjadi dalam kehidupan orang-orang yang menikmati gelembung yang dibuat The Fed.
Karena, saat itu The Fed membuat suku bunganya rendah sekali sedangkan imbal hasil masih tinggi. Waktu itu, The Fed membuat gelembung…. Yang meletus di tahun 2007, jadi krisis subprime mortgage 2008. Yang belum dipahami orang waktu itu adalah, bagaimana gelembung juga terjadi dalam kehidupan orang-orang yang menikmati gelembung yang dibuat The Fed.
Jadi waktu gelembung
itu pecah, CDO yang berdasarkan subprime mortgage jadi 'racun'…. Itu tidak ada
di seluruh bank, tetapi masalahnya tidak ada yang tahu mana bank yang kena
racun dan bank mana yang aman. Situasinya membuat semua bank dianggap bisa bermasalah
dan mudah runtuh. Diam-diam, gaya hidup juga merupakan gelembung dan pecah. Ini
menjadi letusan susulan di tahun 2011.
Prinsipnya begini:
orang bekerja sama, atau bahkan lebih sedikit, tetapi mendapat bayaran lebih
tinggi, dan meyakini bahwa ia bisa dibayar lebih tinggi lagi, mereka membuat
hutang yang hanya bisa dibayar jika di masa depan gajinya naik lebih besar
lagi.
Berhutang, ia
membeli rumah yang sebenarnya tidak sanggup ia beli, tetapi bank memberikannya
juga karena yakin bahwa kenaikan harga rumahnya lebih besar daripada bunga
kreditnya. Sederhananya: mengambil lebih banyak, memberi lebih sedikit. Tidak
mampu (atau tidak mau capek) memproduksi, tapi ingin dapat semua peningkatan
gaya hidup, sesuai dengan apa yang ditampilkan film dan tv….
Ketika terjadi
gelembung pecah, semua kehilangan kepercayaan. Maka, harapan juga hilang;
bagaimana bisa berharap pada apa yang tidak dipercayai? Orang lantas mengejar
uang sebagai Raja jika kondisinya tunai, karena dalam kondisi ini nilainya
tetap, tidak menurun.
Untuk itu, orang
menyimpan dan mereka juga berusaha mengambil -- tidak bekerja, tapi meminta
makan. Siapa yang peduli pada mandat Tuhan untuk terus bekerja dengan tekun,
memutarkan uangnya? Mereka memilih menyimpan uangnya di bawah kasur!
Jadi, dalam hal ini
orang-orang menjadi seperti yang menerima hanya 1 talenta itu, sesuai dengan
kondisi di mana ekonomi susah dan tidak ada yang menerima 5 talenta. Merasa
tidak menerima kemampuan lebih, merasa Tuhan tidak "cukup bekerja dalam
diri saya" -- maka memilih untuk berdiam diri, tidak mau ambil risiko,
tidak mau cape.
Kepada yang
demikian, yang meributkan soal "keadilan" dan menuntut Tuhan bekerja
-- mereka tidak memberi apa-apa, karena tidak merasa menerima apa-apa.
Orang Kristen juga,
bisa merasa Tuhan tidak bekerja apa-apa, tidak memberi saya apa-apa. Mungkin
Tuhan sudah memberi kemampuan, tapi Dia tidak memberi cukup modal. Tidak
memberi cukup uang untuk bekerja lebih.
Maka orang memilih
untuk tidak memberi lebih. Tidak produktif, tidak melayani, tidak mengusahakan.
Sudah saja begini, tunggu saja nanti Tuhan bekerja. Sementara itu hidup masih
terus berjalan, jadi boleh dong berhutang untuk smartphone baru itu kan…. Sesuatu
yang tidak produktif, tidak meningkatkan produktivitas.
Inilah masalah dunia
sekarang. Apakah kita menjadi bagian dari masalah, atau jadi bagian dari
solusi?
15 Maret 2016
Mau resesi?
Sekarang ini sedang melihat Bloomberg TV dan chart harga komoditas tetap tiarap sambil merosot turun, walau ada pantulan naik sedikit di sana sini. Rating perusahaan tambang logam Fortescue yang dipangkas Moody. Pasar Future yang turun, merah semua... DOW FUT, S&P FUT ....
Ada satu tulisan kolumnis Inggris yang saya sukai. Dikatakan, di Inggris sekarang ini ada dua kelompok. Satu kelompok besar adalah orang-orang yang tidur dan bermimpi. Satu kelompok kecil adalah orang-orang yang bangun dan memandang ke depan.
Orang yang tertidur, mereka bergembira dengan banyak indikator yang menunjukkan situasi positif, pencapaian pertumbuhan besar, dan bermimpi untuk kembalinya Britania Raya yang Hebat. Orang yang terbangun melihat kemungkinan masa depan, dengan menganalisa saat ini. Berusaha melihat apa yang akan muncul.
Misalnya ya: orang senang sekali dengan peningkatan upah. Namun ada data yang menunjukkan bahwa rata-rata jam kerja orang semakin pendek. Artinya, peningkatan upah terjadi untuk waktu kerja yang lebih singkat. Artinya, biaya per jam menjadi lebih tinggi..... padahal, harga-harga mengalami deflasi alias penurunan harga.
Artinya: perusahaan-perusahaan harus menanggung peningkatan biaya dan penurunan pendapatan.
Pertanyaan: berapa lama dan berapa banyak modal yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan menahan situasi seperti ini?
Kenyataan: sudah banyak pengusaha yang menyerah dan menutup usahanya. Biaya terlalu tinggi, pendapatan terlalu rendah. Pemerintah yang membuat paksaan ini kepada para pengusaha.... tapi jika pengusaha itu berhenti, apakah Pemerintah bisa melarang?
So, ketika para pengusaha mundur, maka investasi juga mundur. Permintaan bahan logam mengalami penurunan; tidak banyak yang beli mesin baru, atau membangun pabrik baru. Toh ada kapasitas produksi besar yang tidak terpakai --- order terlalu sedikit, sudah berjalan berbulan-bulan seperti ini.
Masa depan? Kemungkinan resesi akan datang, dan kali ini lebih keras dan kejam.
Apa yang jadi reaksi Pemerintah dan Bank Sentral? NEGATIVE RATE HIT BANKS, judul di Bloomberg TV barusan (ini sambil nulis sambil mendengarkan TV) .... orang sekarang dihukum jika menaruh dananya di bank. Mestinya kan uang dialirkan ke usaha?
Mereka memilih menaruh uangnya di bawah kasur secara harafiah.....
Ada satu tulisan kolumnis Inggris yang saya sukai. Dikatakan, di Inggris sekarang ini ada dua kelompok. Satu kelompok besar adalah orang-orang yang tidur dan bermimpi. Satu kelompok kecil adalah orang-orang yang bangun dan memandang ke depan.
Orang yang tertidur, mereka bergembira dengan banyak indikator yang menunjukkan situasi positif, pencapaian pertumbuhan besar, dan bermimpi untuk kembalinya Britania Raya yang Hebat. Orang yang terbangun melihat kemungkinan masa depan, dengan menganalisa saat ini. Berusaha melihat apa yang akan muncul.
Misalnya ya: orang senang sekali dengan peningkatan upah. Namun ada data yang menunjukkan bahwa rata-rata jam kerja orang semakin pendek. Artinya, peningkatan upah terjadi untuk waktu kerja yang lebih singkat. Artinya, biaya per jam menjadi lebih tinggi..... padahal, harga-harga mengalami deflasi alias penurunan harga.
Artinya: perusahaan-perusahaan harus menanggung peningkatan biaya dan penurunan pendapatan.
Pertanyaan: berapa lama dan berapa banyak modal yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan menahan situasi seperti ini?
Kenyataan: sudah banyak pengusaha yang menyerah dan menutup usahanya. Biaya terlalu tinggi, pendapatan terlalu rendah. Pemerintah yang membuat paksaan ini kepada para pengusaha.... tapi jika pengusaha itu berhenti, apakah Pemerintah bisa melarang?
So, ketika para pengusaha mundur, maka investasi juga mundur. Permintaan bahan logam mengalami penurunan; tidak banyak yang beli mesin baru, atau membangun pabrik baru. Toh ada kapasitas produksi besar yang tidak terpakai --- order terlalu sedikit, sudah berjalan berbulan-bulan seperti ini.
Masa depan? Kemungkinan resesi akan datang, dan kali ini lebih keras dan kejam.
Apa yang jadi reaksi Pemerintah dan Bank Sentral? NEGATIVE RATE HIT BANKS, judul di Bloomberg TV barusan (ini sambil nulis sambil mendengarkan TV) .... orang sekarang dihukum jika menaruh dananya di bank. Mestinya kan uang dialirkan ke usaha?
Mereka memilih menaruh uangnya di bawah kasur secara harafiah.....
13 Maret 2016
Kebenaran Yang Dipilih
Agama adalah hak
asasi manusia yang pertama. Manusia bebas untuk beragama -- walau, tentunya,
tidak bisa bebas dari konsekuensinya. Sebagai hak, beragama adalah pilihan
manusia.
Di sisi lain, TUHAN
berhak untuk menilai, menghakimi, dan menghukum manusia. Keberadaan TUHAN
membuat ada hal-hal yang benar, dan ada hal-hal yang salah. Biasanya, kita akan
menyatakan sesuatu 'salah' karena tidak sesuai dengan kenyataan.
Ambil contoh ya?
Kebanyakan kaum muslim mengatakan bahwa ajaran Ahmadiyah itu salah. Ajaran itu
membuat orang tidak sesuai dengan ajaran Islam, yang diyakini berasal dari
Allah. Jadi, ajaran Islam Ahmadiyah itu salah; bahkan itu tidak boleh disebut
'Islam".
Nah, apakah orang
yang percaya Ahmadiyah, masih berhak beragama Ahmadiyah?
Ya, berdasarkan hak
asasi manusia, mereka berhak. Tetapi ada konsekuensinya, yaitu tidak lagi
diterima bersekutu dengan umat Islam lainnya. Itu dari sudut pandang umat Islam
pada umumnya.
Lihat dari sudut
pandang pengikut Ahmadiyah: mereka percaya apa yang mereka pegang ini benar,
sedang orang Islam lainnya tidak tepat, alias salah. Setiap usaha untuk
"meluruskan" adalah suatu paksaan untuk mengambil jalan yang salah.
Bayangkan bagaimana rasanya dipaksa demikian.
Jadi agama memang
suatu pencarian, dan penentunya adalah kebenaran kenyataan tentang kehidupan.
Adakah agama itu mendorong umat menjadi lebih baik, menjadi lebih sesuai dengan
standar kehidupan orang yang mempercayai Allah?
Kenyataan adalah
penentu. Mau contoh?
Lihat FPI. Mereka
mengaku sebagai pembela Islam. Apakah yang mereka lakukan membuat agama Islam
menjadi lebih mulia? Orang-orang ini percaya demikian. Tapi akan tiba satu saat
di mana mereka berada di hadapan Allah dan mendapati kenyataan penilaian Allah
sendiri. Tidak ada manusia yang bisa menyatakan, "dosamu diampuni".
Itu adalah haknya Allah.
Hanya Anak Allah
yang mampu mengatakan demikian. Yesus Kristus, yang dalam sejarah telah membuat
perubahan besar di atas muka bumi. Dialah yang membuka jalan kepada Allah di
Surga. Dialah yang menyatakan semua kata-kata Allah, Firman Allah, bagi dunia.
Maka dikatakan, Firman itu telah menjadi manusia.
Apakah kenyataan ini
dapat diterima manusia? Tidak, mereka yang menjadi Pemimpin Agama adalah
orang-orang yang menyalibkan Yesus. Pernyataan diri Yesus adalah suatu hujatan
di mata mereka, karena mereka tidak dapat menerima kenyataan bahwa Anak Allah
menjadi manusia. Mereka mengharuskan
Allah mengikuti aturan agama yang mereka percayai.
Lihatlah, bukankah
sekarang ini juga masih begitu juga?
Contoh yang sangat
ramai saat ini adalah Ahok kembali menjadi Gubernur. Lihat kenyataan, ada
begitu banyak yang telah dilakukan untuk Jakarta. Ada banyak pembersihan yang
telah dilakukan. Jakarta menjadi tempat yang lebih baik dan nyaman untuk hidup.
Melihat kenyataan ini, sangat masuk akal untuk kembali mengangkat Ahok menjadi
Gubernur Jakarta. Orang-orang lain, para pesaing dan penantangnya, mereka tidak
punya kenyataan apapun untuk dilihat sebagai karya sebagai seorang Pemerintah
Daerah.
Tapi, isu yang
kemudian muncul adalah Ahok bukan umat Islam. Orang-orang FPI itu mengharuskan
Ahok mengikuti aturan agama yang mereka percayai. Masa bodoh dengan kenyataan.
Tidak peduli apa kebenarannya. Pokoknya, tidak cocok aturan agama, tidak boleh
jadi Pemimpin. Mereka juga tidak peduli bahwa ini adalah Republik Indonesia,
yang berdasarkan Pancasila.
Dalam Pancasila,
seorang beragama Kristen sama layaknya dengan seorang beragama Islam.
Penentunya adalah kenyataan, kebenaran. Bukan seperti apa kalimat yang terucap,
atau cara ritual agamanya dijalankan, melainkan apakah orang itu melakukan
kehendak Allah, yang bisa dilihat buahnya oleh semua orang. Apakah orang itu
telah bekerja, membangun sesuatu yang hasilnya bisa disaksikan semua orang.
Pemerintahan yang
lebih bersih? Ruang hidup yang lebih baik? Pelayanan masyarakat yang lebih
profesional? Penegakkan peraturan yang lebih tegas? Kalau memilih Gubernur,
ingatlah bahwa hal-hal ini menjadi tujuan rakyat. Kita mau hidup lebih baik,
bukan?
Sedangkan bagi
orang-orang yang masih meributkan agama itu menjadi segala ukuran…. Satu
Pertanyaan: jika suatu hari bertemu dengan Allah secara langsung, seandainya
Dia bertanya "apakah yang sudah kamu lakukan atau kamu miliki untuk masuk
ke dalam Surga-Ku?"
Apakah jawaban Anda
kepada Allah?
10 Maret 2016
Tidak Ada Deparpolisasi
Politik iu apa sih?
Politik adalah pengetahuan dalam memerintah.
Suatu ilmu dan seni untuk memerintah sebuah kota (aslinya, dalam bahasa Yunani, 'polis' artinya 'kota') yang isinya ada berbagai macam kelompok, berbagai macam kepentingan, sedemikian rupa sehingga melalui dialog dan debat bisa diperoleh sebuah keputusan, sebuah jalan tengah yang bisa diterima semua pihak.
Mungkin bukan jalan yang paling menyenangkan. Mungkin bukan kesepakatan yang paling ideal. Tetapi ini adalah keputusan yang bisa diterima semua pihak, untuk menjadi peraturan yang harus ditaati semua pihak.
Nah, Partai Politik adalah organisasi yang mewakili salah satu pihak untuk menentukan keputusan, peraturan.
Partai Politik bertemu,berdialog, berdiskusi, berdebat untuk membuat pengaturan, atau LEGISLASI. Kumpulan ini disebut dengan BADAN LEGISLATIF. Kita di Indonesia memberinya nama: DPR.
Lalu, untuk melaksanakan Pemerintahan, ada satu susunan organisasi Pemerintahan, yang disebut EKSEKUTIF. Pemimpin Eksekutif di Indonesia adalah Presiden, dibantu Menteri-Menteri dalam Kabinet untuk urusan-urusan. Daerah-daerah eksekusinya dipimpin oleh Gubernur dalam Propinsi, yang dibagi dalam Kabupaten dan Kota.
Kenapa menulis begini? Karena sekarang muncul kata DEPARPOLISASI.... nah, kalau kaitannya adalah Pemilu Kepala Daerah, ini salah! KELIRU!
PARPOL beraksi di LEGISLATIF, di DPR atau DPRD. Parpol TIDAK bekerja di Eksekutif. Kepala Daerah, seperti Gubernur, TIDAK BOLEH mementingkan satu Partai Politik tertentu. Tidak boleh, misalnya, memberi kesempatan khusus kepada anggota Partai Politik X yang mengusungnya, dan menghambat Partai Politik Y yang mengkritiknya.
Jadi, jika seorang Kepala Daerah, seorang GUBERNUR seperti Pak Basuki Tjahaja Purnama, hadir dari jalur Independen, itu BUKAN deparpolisasi. Mengatakan demikian, itu menandakan tidak paham bagaimana sistem Trias Politica berjalan.
TIDAK ADA DEPARPOLISASI DALAM CALON PERSEORANGAN INDEPENDEN. Sebagai pimpinan Eksekutif, yang utama adalah integritas dan kompetensinya untuk melakukan eksekusi. Bukan kesetiaan kepada Parpol tertentu.
Parpol tempatnya di Legislatif. Di DPR. Untuk jadi anggota DPR, harus jadi anggota Parpol kan? Aturan itu tetap berlaku. Tidak ada deparpolisasi di Indonesia.
Yang ada adalah Parpol yang mengatur bukan demi kepentingan rakyat, melainkan kepentingan golongannya sendiri.... Dan rakyat harusnya TIDAK menyerahkan suara untuk diwakili Parpol seperti itu.
Politik adalah pengetahuan dalam memerintah.
Suatu ilmu dan seni untuk memerintah sebuah kota (aslinya, dalam bahasa Yunani, 'polis' artinya 'kota') yang isinya ada berbagai macam kelompok, berbagai macam kepentingan, sedemikian rupa sehingga melalui dialog dan debat bisa diperoleh sebuah keputusan, sebuah jalan tengah yang bisa diterima semua pihak.
Mungkin bukan jalan yang paling menyenangkan. Mungkin bukan kesepakatan yang paling ideal. Tetapi ini adalah keputusan yang bisa diterima semua pihak, untuk menjadi peraturan yang harus ditaati semua pihak.
Nah, Partai Politik adalah organisasi yang mewakili salah satu pihak untuk menentukan keputusan, peraturan.
Partai Politik bertemu,berdialog, berdiskusi, berdebat untuk membuat pengaturan, atau LEGISLASI. Kumpulan ini disebut dengan BADAN LEGISLATIF. Kita di Indonesia memberinya nama: DPR.
Lalu, untuk melaksanakan Pemerintahan, ada satu susunan organisasi Pemerintahan, yang disebut EKSEKUTIF. Pemimpin Eksekutif di Indonesia adalah Presiden, dibantu Menteri-Menteri dalam Kabinet untuk urusan-urusan. Daerah-daerah eksekusinya dipimpin oleh Gubernur dalam Propinsi, yang dibagi dalam Kabupaten dan Kota.
Kenapa menulis begini? Karena sekarang muncul kata DEPARPOLISASI.... nah, kalau kaitannya adalah Pemilu Kepala Daerah, ini salah! KELIRU!
PARPOL beraksi di LEGISLATIF, di DPR atau DPRD. Parpol TIDAK bekerja di Eksekutif. Kepala Daerah, seperti Gubernur, TIDAK BOLEH mementingkan satu Partai Politik tertentu. Tidak boleh, misalnya, memberi kesempatan khusus kepada anggota Partai Politik X yang mengusungnya, dan menghambat Partai Politik Y yang mengkritiknya.
Jadi, jika seorang Kepala Daerah, seorang GUBERNUR seperti Pak Basuki Tjahaja Purnama, hadir dari jalur Independen, itu BUKAN deparpolisasi. Mengatakan demikian, itu menandakan tidak paham bagaimana sistem Trias Politica berjalan.
TIDAK ADA DEPARPOLISASI DALAM CALON PERSEORANGAN INDEPENDEN. Sebagai pimpinan Eksekutif, yang utama adalah integritas dan kompetensinya untuk melakukan eksekusi. Bukan kesetiaan kepada Parpol tertentu.
Parpol tempatnya di Legislatif. Di DPR. Untuk jadi anggota DPR, harus jadi anggota Parpol kan? Aturan itu tetap berlaku. Tidak ada deparpolisasi di Indonesia.
Yang ada adalah Parpol yang mengatur bukan demi kepentingan rakyat, melainkan kepentingan golongannya sendiri.... Dan rakyat harusnya TIDAK menyerahkan suara untuk diwakili Parpol seperti itu.
09 Maret 2016
Kenapa Dengan OKI?
Mulanya, saya merasa heran dengan hasil Deklarasi OKI di Jakarta. (http://www.bbc.com/…/2016/03/160306_indonesia_ktt_oki_dampak)
Ayolah. Sebesar apa kondisi krusial di Palestina?
Tapi, membaca ft.com hari ini "Saudi Arabia turns the screw on Lebanon's economy" -- terlihat bahwa pilihan deklarasi OKI memang harus begitu. Negara-negara Islam harus memiliki musuh bersama, yang bernama Israel.
Walaupun, dalam setahun terakhir, tidak ada isu baru dan genting yang muncul di Palestina. Beritanya kurang lebih serupa: kelompok-kelompok pejuang Palestina menyerang penduduk sipil Israel, yang memicu tentara Israel mengejar dan mengisolasi desa-desa di Palestina, yang kemudian diberitakan sebagai gerakan pendudukan Israel ke Palestina, serta membenarkan perlawanan Palestina dengan menyerang sipil Israel, yang mendorong tentara Israel mengejar...... dan seterusnya.
Bertahun-tahun seperti itu. Para pemimpin negara Islam, termasuk Pak Jokowi, mustahil tidak memahami kondisi ini.
Namun Israel sebagai musuh bersama, adalah jangkar yang mempersatukan negara-negara Islam. Tanpa Israel, peperangan di antara negara Islam bisa hebat sekali.
Perang dingin yang terjadi adalah antara Iran, yaitu Syiah, dengan Arab Saudi, yaitu Sunni. Peperangannya terjadi di Lebanon; pasukan Hizbullah (yang tahun 2006 memerangi Israel) adalah kelompok Syiah, yang didukung Iran. Pemerintah Lebanon selama ini didukung oleh Arab Saudi. Jadi, di Lebanon selama bertahun-tahun terjadi pertentangan, seperti bara api dalam sekam.
Februari lalu kelompok negara-negara teluk (Gulf Cooperation Council) telah menyatakan Hizbullah sebagai organisasi teroris. Pemerintah Arab Saudi menahan bantuan USD $3 Milyar bagi tentara Lebanon. Ini jadi tekanan yang bisa mengganggu stabilitas Lebanon.
Sementara itu, Arab Saudi masih belum berhasil menghancurkan basis suku Houthi yang Syiah di Yemen.
Begitu pula, di Syria, pasukan pemberontak yang didukung negara Teluk DAN Amerika mengalami kekalahan melawan tentara Pemerintahan Bashar Al-Assad yang didukung oleh Iran dan Rusia.
Keramaian ditambah oleh Turki, yang Pemerintahan Erdogan cukup bermasalah dengan Rusia, yang menunjukkan bagaimana ISIS diam-diam bertransaksi melalui Turki. Ada bukti-bukti bahwa tentara Turki bekerja sama dengan ISIS; padahal, Turki masih menjadi anggota NATO dan ISIS belum lama ini membuat teror yang hebat di Perancis.
Di dalam sisi kemanusiaan, ada gelombang pengungsi dari Suriah, yang bukan hanya pergi ke Eropa dan sekarang ditolak di sana. Para pengungsi juga masuk ke Lebanon, yang masih punya masalah ekonomi berat.
Perlawanan terjadi, seperti yang dinyatakan oleh pimpinan Hizbullah, Hassan Nasrallah. Ia mengecam sikap intervensi Arab Saudi, bahkan lebih dari kecamannya terhadap Israel. Jelaslah ada potensi konflik besar berikutnya, karena Lebanon yang punya kesulitan ekonomi, mungkin akan mendekat kepada Iran.
Negara Iran sendiri kini telah bebas dari sanksi ekonomi, sedang memperkuat aliansinya dengan pemerintahan di Irak yang sekarang juga Syiah.
Untungnya, eskalasi tidak terjadi dengan cepat karena semua pihak mengalami kesulitan ekonomi, yang disebabkan rendahnya harga minyak bumi. Seandainya saja harga minyak bumi masih berada di level di atas $60 oer barrel, dengan dana yang ada mungkin konflik sudah menjadi perang terbuka.
Ini semua menjadi latar belakang negara-negara OKI, dan mereka tidak membahas bagaimana bisa berdamai di antara negara Islam. Sebaliknya, resolusi adalah untuk bersatu melawan musuh yang sangat besar dan sangat mengerikan, Israel.
Bagi Indonesia?
Baguslah jika memang semuanya mau memerangi Israel. Posisi teraman bagi Indonesia.
Baguslah jika memang semuanya mau memerangi Israel. Posisi teraman bagi Indonesia.
Karena, jika sampai terjadi pecah perang Sunni vs Syiah, dan mungkin bisa menarik Amerika vs Rusia di belakang masing-masing pihak (kemungkinan kecil Amerika mau langsung berhadapan dengan Rusia) -- ada kemungkinan cukup besar kedua belah pihak mencari dukungan ke Indonesia.
Sangat bodoh jika Indonesia mau terlibat dalam perang Syiah vs Sunni. Tapi, lihat saja bagaimana propaganda anti-syiah sudah diluncurkan pihak-pihak Sunni di media sosial....
Langganan:
Postingan (Atom)